08: Misi Pertama

417 54 1
                                    

YOU POV

Aku duduk dengan gelisah di dalam sebuah mobil yang membawaku bersama Jake dan Jay menuju kantor polisi yang menjadi target pencurian kami pada sore hari ini. Misi ini adalah misi pertamaku setelah aku kehilangan ingatanku, beberapa minggu yang lalu. Aku merasakan ketakutan yang begitu mendalam, saat mencoba mengingat kejadian naas itu.

Aku hanya takut, kejadian itu terulang lagi dalam misi kali ini, sehingga aku berusaha membuang seluruh pikiran burukku dengan mengatur napasku. Aku harus bisa mengontrol rasa takut dalam diriku agar tidak menyusahkan orang lain maupun diriku sendiri. Dalam misi kali ini, aku hanya bertugas sebagai wanita korban kekerasan guna mengalihkan perhatian beberapa polisi di dalam kantor polisi tersebut, agar Jake dan Jay dapat mencuri berkas penting tujuan kami.

"Sayang, lihat!" Jake memperlihatkan foto kami yang telah ia upload ke sosial media miliknya, lalu mendapatkan banyak komentar dukungan serta like dari teman-temannya. Jake dan Jay tak terlihat gugup sedikitpun, malah terlihat sangat santai seolah kami sedang tidak dalam perjalanan untuk menjalankan misi.

"Wae?? Kamu kok gugup sekali." tanya Jake diakhiri tawa pelan. Aku pun berusaha untuk terlihat baik-baik saja dengan berkata, "Tidak sayang." Masih berusaha menutupi segala yang aku rasakan. Jake pun menyimpan kembali handphone miliknya ke dalam tas lalu menggenggam tanganku hangat. Aku merasakan kenyamanan dalam genggaman tangan itu dan tak lama kemudian, kami sampai di tujuan kami. Sebuah taman kota yang tak berada jauh dari kantor polisi tersrbut.

Tubuhku telah terukir banyak sekali memar untuk mendukung peranku saat ini. Setelah kami turun dari mobil tersebut, aku siapkan diriku untuk memulai peranku sedangkan Jake dan Jay bersiap menuju jalan pintas ke dalam kantor polisi tersebut. Aku tarik napas dalam sambil membenarkan posisi maskerku, hanya lima menit yang aku butuhkan untuk bersandiwara tetapi bagiku itu adalah waktu yang lama sekali.

Aku langkahkan kaki menuju kantor polisi tujuanku setelah air mata mengalir deras dari pelupuk mataku. Aku usap air mata itu dengan mrnampilkan ekspresi tertekan yang mendalam di wajahku, aku masuki kantor polisi tersebut. Beberapa orang polisi memperhatikanku lalu bertanya, "Kenapa mba?" seorang polisi menyuruhku duduk di depan meja kerjanya.

Aku tekan tombol di jam tangan milikku sebagai pertanda untuk Jay dan Jake agar segera memulai aksinya. Ah, Jake nanti yang akan berperan sebagai kekasihku untuk membuat kekacauan disini setelah urusannya membantu Jay masuk ke dalam kantor polisi tersebut berhasil.

"Saya ingin melaporkan kekasih saya atas tuduhan penyiksaan pak." ujarku. Polisi tersebut pun terus menatap ke arahku penuh telisik.

"Maaf, coba buka masker mba sebentar!" perintah polisi itu, jantungku berdegup kencang karena takut make up di wajahku luntur akibat air mata ini. Aku turunkan masker di wajahku hanya sesaat sebelum akhirnya polisi tersebut mengerti.

'Barusan dia menyiksa mba lagi ya?" tanya polisi itu. Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban untuknya.

"Saya takut pak, saya bingung harus bagaimana." ujarku.

"Iya tak apa, kalau mba melaporkannya pada kami nanti kekasih mba tidak bisa mengganggu mba lagi." jantungku pun berdegup semakin kencang saat seorang polisi datang menghampiri kami. Dalam kantor polisi ini, tak begitu banyak polisi yang menjaga. Sehingga aku yakin Jay akan sangat mudah mengambil berkas tersebut.

"Ceritakan secara detail perlakuan kekasih mba ya, terakhir kapan ia menyiksa mba lagi?" tanya polisi itu,

"Tadi malam pak," jawabku terlihat snagat tertekan sampai menitikkan air mata lagi.

"Apa alasan dia memukul mba?" tanya polisi itu lagi.

"Semalam, setelah saya pulang minum bersama teman-teman kampus saya yang memang didominasi laki-laki. Pacar saya memukul saya menggunakan tongkat baseball miliknya hingga saya babak belur pak. Diatak hanya memukul saya menggunakan itu, terkadang ia juga sering menyayat tubuh saya menggunakan benda taja-"

Kringgg!!!

Handphoneku berdering yang aku yakini adalah panggilan masuk dari Jake. Baiklah inilah momen yang pas untuk mengacaukan kantor polisi ini untuk menarik perhatian semua polisi.

"Sebentar ya pak." Aku pun mengangkat panggilan tersebut tanpa beranjak dari kursiku. Aku hanya mengubah posisi dudukku menyamping untuk melihat suadana di dalam kantor polisi ini.

"Dimana?!!" bentak Jake begitu menggelegar, membuatku semakin ketakutan.

"Kantor-eh perpus oppa." aku sengaja gagap seperti itu saat menjawab pertanyaannya. Jake pun tertawa lalu membentakku lagi untuk mendalami peran.

"Kamu jangan bohong!! Oppa lihat GPS hapemu di kantor polisi kok!!" Setelah mengatakan itu aku menoleh ke polisi yang berada di depan meja ini. Ia terlihat sibuk dengan hanphone miliknya bersama teman polisinya. Memang waktunya sangat mendukung misi kami.

"Tidak oppa, pasti GPS handphoneku salah, aku sedang di perpus kampus oppa mencari buku untuk mengerjakan tugas." ujarku berusaha menampik pikiran buruk Jake dan setelah itu, panggilan tersebut di putus secara sepihak oleh Jake.

"Nama mba siapa?" tanya polisi tersebut.

"Lee Yeojoong pak." jawabku semakin di penuhi ketakutan mendalam.

"Nama kekasih mba siapa?" tanya polisi itu lagi.

"Park Taemin." aku dan Jake tentu sudah memikirkan nama panggilan ini sejak lama, hingga suara lelaki mengejutkanku.

"Yeojoong!!" tepat setelah itu Jake datang menghampiriku dengan wajah yang mengerikan. Dia sangat pandai mendalami peran.

"O-oppa.." aku gugup setengah mati dibuatnya.

"Apa yang kamu lakukan disini?! Ayo pulang!!" Jake berusaha menarikku tepat sebelum seorang polisi yang lain menahan lelaki itu.

"Tak bisa mas, mas sudah menyakiti kekasih mas!" ucap polisi tersebut, perhatian pun semakin tertuju pada kami.

"Saya tidak menyakitinya kok, kamu melaporkanku ya?!" tanya Jake semakin menambah kekacauan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala pelan sebelum merasakan seorang polisi wanita yang menjadi target kami membawaku menjauh dari Jake. Polisi wanita ini yang bertugas mrnjaga berkas-berkas dalam kantor polisi ini.

"Ti-tidak oppa, maafkan aku." lirihku penuh ketakutan, Jake pun semakin emosi dengan ingin menarikku paksa keluar dari kantor polisi ini.

"Tak bisa mas, mas duduk aja dulu. Kita bicarakan dengan baik-baik." bujuk seorang polisi.

"Apa yang perlu dibicarakan baik-baik?!! Aku tak menyakitinya kok!! Ikut oppa sekarang Yeojoong!!" tangisku pun pecah saat Jake menarikku paksa dari wanuta itu. Kekacauan pun semakin menjadi-jadi saat ini. Hingga sku merasakan getaran di jam tangan milikku, pertanda Jay telah selesai dengan tugasnya mengambil berkas itu, berarti drama ini juga bisa selesai.

"Kau menyakitiku oppa, jangan seperti ini.." lirihku semakin menangis krncang saat Jake berhasil mrmbawaku lepad dari polisi wanita itu tetapi kami ditahan untuk tidak keluar dari kantor polisi ini oleh salah seorang polisi.

"Yasudah kalau begitu kita putus saja!!" tidak. Inilah peranku yang utama yaitu menjadi wanita bodoh budak cinta. Ketakutanku pun semakin menjadi-jadi saat Jake mengucapkan kalimat final itu dan berniat keluar dari kantor polisi ini, aku lepaskan tangan polisi wanita yang menenangkanku dan meraih tanga Jake lalu memohon padanya.

"Tidak oppa, eung? Jangan akhiri hubungan kita. Aku mencintaimu oppa. Maafkan aku!" desakku pada Jake. Setelah melihat tingkahku yang plin plan para polisi tersebut pun mulai meninggalkanku.

"Maafkan saya pak, saya tak jadi melaporkannya. Maaf ya pak!" ucapku krpada polisi tersebut lalu berlari mengejar Jake yang telah memasuki mobil hitam yang tak berada jauh dari kantor polisi tersebut. Aku berlari krncang lalu memasuki mobil itu dari sisi yang lain agar tak terlihat para polisi. Kami memang sengaja membuat kekacauan seperti itu karena kasus penyiksaan selama masa pacaran mrmang sangat menjamur di Korea, banyak kasus yang ditutup karena kesepakatan dua belah pihak yang madih saling mencintai sehingga banyak polisi yang tak terlalu mrngambil pusing kasus seperti ini apalagi aku yang masih tergila-gila dengan kekasihku yang toxic.

Setelah mendudukan diri di dalam mobil tersebut, Jay menunjukkan beberapa berkas yang menjadi tujuan misi kami. Jake pun tertawa senang lalu mrngecup pipiku dengan tiba-tiba setelah membuka masker di wajahku.

"Akting yang bagus sayang, oppa akan memberikan hadiah untukmu nanti malam!" Ia bahkan masih terbawa dengan sandiwara kami yang tadi.

TBC

THE DAY AFTER QUARANTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang