Bab 24: Beban Setelah Kemenangan

4 4 0
                                    

Alina terjaga di ruang istirahat dengan sinar matahari pagi yang lembut menyusup melalui tirai jendela. Kepalanya masih terasa berat, dan tubuhnya lelah. Dokter perusahaan telah memeriksanya dan menyarankan istirahat penuh untuk beberapa hari. Meskipun merasa lebih baik, Alina tahu bahwa dia harus segera kembali ke rutinitasnya. Kemenangan kemarin memberikan kepuasan, tetapi dia juga menyadari banyak hal yang harus dipersiapkan.

Saat Alina bangkit dari tempat tidur, Amir dan Nadia datang menemuinya. Mereka tampak khawatir namun penuh dukungan. Amir membawa secangkir teh hangat, sementara Nadia memegang map yang penuh dengan dokumen.

“Bagaimana perasaanmu?” tanya Amir, duduk di kursi di samping tempat tidur Alina.

“Lebih baik,” jawab Alina dengan senyum lemah. “Terima kasih untuk dukungannya kemarin.”

Nadia duduk di sisi lain tempat tidur dan membuka map di tangannya. “Kita punya beberapa hal yang perlu dibicarakan. Meskipun kamu tidak dalam kondisi terbaik, aku rasa kamu perlu tahu tentang perkembangan terbaru.”

Alina duduk dengan hati-hati, mendengarkan dengan penuh perhatian. Nadia mulai menjelaskan. “Kita baru saja menerima informasi bahwa ada pihak-pihak tertentu yang mungkin mencoba memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi. Mereka mencoba mencari celah dalam hasil keputusan kemarin.”

“Jadi, kita masih dalam bahaya?” tanya Alina, merasa gelisah.

“Ya,” kata Nadia. “Kita harus tetap waspada. Kami telah melakukan penyelidikan tambahan, dan ada kemungkinan bahwa beberapa dokumen penting mungkin sudah bocor. Kita perlu memeriksa keamanan data dan memastikan semuanya terjaga dengan baik.”

Alina mengangguk, merasa beban tanggung jawab kembali menyelimuti dirinya. “Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu?”

Nadia menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada Alina. “Ini adalah daftar dokumen dan informasi yang perlu diperiksa. Kami membutuhkan bantuanmu untuk mengidentifikasi jika ada yang tidak beres. Kami harus memastikan bahwa semua data masih aman dan tidak ada kebocoran.”

Amir, yang duduk di sebelah Nadia, menambahkan, “Kami juga perlu melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang dan mungkin meminta bantuan mereka untuk melacak sumber kebocoran. Kamu mungkin perlu terlibat dalam proses ini untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar.”

Alina merasa cemas, tetapi dia tahu dia tidak bisa mundur. Dia mengangguk dengan tekad. “Baiklah, saya akan memeriksa dokumen ini secepat mungkin.”

Setelah Amir dan Nadia meninggalkannya, Alina memulai tugasnya. Dia bekerja dengan penuh konsentrasi, memeriksa setiap detail dari dokumen yang ada di depannya. Setiap kali dia menemukan sesuatu yang mencurigakan, dia mencatatnya dengan hati-hati. Proses ini memakan waktu, tetapi Alina tahu betapa pentingnya pekerjaan ini.

Saat malam menjelang, Alina masih duduk di mejanya, dikelilingi oleh tumpukan dokumen dan catatan. Kantor sudah sepi, dan hanya cahaya lampu meja yang menerangi ruangan. Matanya terasa berat, dan kepalanya berdenyut, tetapi dia terus bekerja dengan tekun.

Tiba-tiba, suara pintu kantor terbuka, dan Amir memasuki ruangan. Melihat Alina yang masih bekerja keras, dia tampak terkejut.

“Alina, kamu masih di sini?” tanya Amir dengan nada khawatir. “Kamu harus istirahat. Kamu tidak bisa terus-menerus bekerja tanpa henti seperti ini.”

Alina mengangkat kepalanya dan memaksa sebuah senyum. “Saya hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Ada beberapa hal yang mencurigakan dalam dokumen ini. Saya rasa kita perlu memeriksanya lebih lanjut.”

Amir mendekat dan melihat dokumen yang ada di depan Alina. “Tunggu sebentar. Biarkan aku membantu. Ini terlalu berat untuk dilakukan sendirian, terutama dalam keadaanmu sekarang.”

Amir duduk di samping Alina dan mulai memeriksa dokumen bersama. Mereka bekerja dalam diam, saling bertukar pandangan dan komentar singkat tentang apa yang mereka temukan. Amir juga mulai menunjukkan beberapa teknik yang bisa membantu Alina dalam proses analisis data.

Jam terus berlalu, dan keheningan malam di kantor menggantikan keramaian siang hari. Sementara Alina dan Amir bekerja, suasana hati mereka mulai terasa lebih rileks. Alina merasa bersyukur atas bantuan Amir, meskipun dia tetap khawatir tentang apa yang akan mereka temukan.

“Ini… ini dia,” kata Alina dengan suara gemetar, menunjukkan sebuah dokumen yang memiliki catatan yang tidak biasa. “Saya menemukan sesuatu di sini yang tidak sesuai dengan apa yang kita miliki. Ada entri yang tidak cocok dengan catatan resmi kita.”

Amir memeriksa dokumen tersebut dan mengerutkan kening. “Ini tampaknya tidak biasa. Kita harus segera memberitahu Nadia dan Tuan Rafiq tentang temuan ini.”

Keduanya segera menghubungi Nadia dan Tuan Rafiq, dan beberapa saat kemudian, mereka berkumpul kembali di ruang rapat. Nadia dan Tuan Rafiq tampak sangat khawatir ketika Alina dan Amir menjelaskan temuan mereka.

“Tuan Rafiq, Nadia, kami menemukan anomali dalam dokumen,” kata Alina dengan serius. “Ada catatan yang tidak sesuai dengan laporan resmi kita, dan ini bisa menjadi indikasi adanya kebocoran data yang lebih besar.”

Tuan Rafiq mengangguk, tampak serius. “Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi ini?”

“Pertama-tama, kita perlu melacak asal dokumen ini dan memeriksa semua salinan dan catatan terkait,” kata Nadia. “Kita juga perlu memperkuat keamanan data dan melibatkan pihak berwenang jika perlu.”

Tuan Rafiq mengangguk, menatap Alina dan Amir dengan penuh rasa hormat. “Bagus. Lakukan apa yang perlu dilakukan. Kami harus memastikan bahwa tidak ada lagi kebocoran dan melindungi integritas perusahaan.”

Dengan instruksi yang jelas, Alina dan Amir kembali bekerja, menghubungi pihak berwenang dan memulai proses investigasi mendalam. Selama beberapa jam berikutnya, mereka bekerja dengan tekun, berusaha memecahkan teka-teki yang semakin rumit.

Saat fajar mulai menyingsing, Alina merasa kelelahan yang mendalam. Dia tahu bahwa tantangan ini baru saja dimulai, dan banyak hal yang masih harus dihadapi. Dengan tidur yang kurang dan tekanan yang meningkat, dia merasa tubuhnya mulai memberikan sinyal peringatan.

Amir, yang melihat kondisi Alina, akhirnya memutuskan untuk memberi tahu dia agar beristirahat. “Alina, kamu tidak bisa terus seperti ini. Pergilah ke rumah dan beristirahat. Kami akan melanjutkan penyelidikan dan mengurus sisanya.”

Alina mencoba menolak, tetapi Amir menegaskan. “Kami akan mengurus semua ini. Kamu sudah melakukan lebih dari cukup. Sekarang, kamu perlu menjaga kesehatanmu.”

Dengan enggan, Alina akhirnya setuju dan meninggalkan kantor. Di perjalanan pulang, dia merenungkan semua yang telah terjadi dan tantangan yang masih menunggu di depan. Dia merasa seperti terjebak dalam pusaran yang tidak pernah berakhir.

Sampai di rumah, Alina mencoba tidur meski pikirannya tidak bisa berhenti berputar. Dia merasa cemas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya dan bagaimana semua ini akan mempengaruhi perusahaan dan orang-orang di sekelilingnya.

Ketika malam semakin larut dan ketenangan malam menyelimuti rumah, Alina menutup matanya, tetapi tidur tidak kunjung datang. Pikiran dan kekhawatiran terus mengganggu pikirannya, membuatnya tidak bisa beristirahat dengan tenang.

Alina: Dari Kedai Kecil ke Singgasana KekuasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang