Bab 28: Batas Terakhir

4 4 0
                                    

Pagi yang baru saja menyapa dunia terasa begitu tenang dan damai. Sinar matahari menembus jendela besar kamar Alina, memantulkan cahayanya yang hangat di dinding putih yang dingin. Alina membuka matanya perlahan, dan seketika itu juga, rasa lelah yang masih menempel di tubuhnya mengingatkan betapa beratnya hari sebelumnya. Kepalanya terasa sedikit pening, tapi ia tahu bahwa tidak ada waktu untuk mengeluh. Dia harus bangkit dan menghadapi hari yang baru ini dengan semangat yang sama, meskipun tubuhnya belum sepenuhnya pulih.

Alina berjalan pelan menuju kamar mandi, membiarkan air dingin membasuh wajahnya yang lelah. Sambil menatap pantulan dirinya di cermin, ia bisa melihat betapa tampak jelas lingkaran hitam di bawah matanya. “Aku harus bisa bertahan,” bisiknya pada diri sendiri, seolah-olah sedang mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini akan berakhir dengan baik.

Tak lama kemudian, Alina sudah berpakaian rapi dalam setelan kerjanya yang sederhana tapi tetap elegan. Dia melangkah keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Di sana, seperti biasa, Tuan Rafiq dan kedua anaknya, Amir dan Nadia, sudah menunggu dengan sarapan yang telah disiapkan oleh staf rumah tangga.

“Pagi, Alina,” sapa Nadia dengan senyum hangat. “Kau terlihat lebih baik.”

Alina mengangguk pelan, duduk di kursinya. “Pagi, Nadia. Terima kasih. Aku merasa sedikit lebih baik sekarang.”

Tuan Rafiq menatap Alina dengan penuh perhatian. “Kami khawatir tentangmu, Alina. Apakah kau yakin bisa bekerja hari ini? Mungkin kau perlu lebih banyak istirahat.”

Alina menggenggam cangkir tehnya, merasakan kehangatannya di telapak tangannya. “Aku menghargai perhatian kalian, Tuan Rafiq. Tapi, aku tidak bisa hanya berdiam diri. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan aku tidak ingin membuat kalian semua khawatir. Aku bisa melakukannya.”

Amir, yang duduk di seberang meja, menatap Alina dengan cermat. “Alina, kami semua tahu betapa kerasnya kau bekerja, dan kami sangat menghargai itu. Tapi, kau juga harus tahu kapan harus berhenti. Tidak ada yang akan menyalahkanmu jika kau membutuhkan waktu untuk dirimu sendiri.”

Nadia menambahkan, “Kita semua di sini untuk saling mendukung, Alina. Jangan ragu untuk mengatakannya jika kau merasa perlu istirahat.”

Alina terdiam sejenak, merenungkan kata-kata mereka. Namun, ia tidak ingin dianggap lemah. Dia telah bekerja terlalu keras untuk mencapai posisinya sekarang. “Aku benar-benar menghargai kekhawatiran kalian, tapi aku berjanji akan memberitahu kalian jika aku merasa butuh istirahat. Untuk sekarang, izinkan aku melanjutkan pekerjaanku. Aku yakin bisa menangani ini.”

Tuan Rafiq mengangguk perlahan, meskipun masih ada kekhawatiran yang tersirat di matanya. “Baiklah, Alina. Tapi ingat, kesehatanmu adalah prioritas utama. Jangan sampai kau mengabaikannya.”

Setelah sarapan selesai, mereka semua berangkat menuju kantor. Mobil mewah milik keluarga Rafiq meluncur mulus di jalan raya yang sibuk, membawa mereka ke gedung perusahaan yang megah. Ketika mereka tiba, Alina segera menuju ruang kerjanya, mencoba menghilangkan rasa lelah yang masih menggantung di tubuhnya. Namun, pikirannya sudah terfokus pada tugas-tugas yang menunggunya.

Hari itu terasa seperti marathon tak berujung. Alina harus menghadiri beberapa rapat penting, menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dari para direktur, dan memastikan bahwa semua proyek yang sedang berjalan tidak ada yang terhambat. Dia terlibat dalam perdebatan sengit dengan salah satu klien yang menuntut perubahan besar pada kontrak mereka. Dengan argumen yang tajam dan bukti-bukti kuat yang telah dipersiapkan sebelumnya, Alina berhasil mempertahankan posisi perusahaan. Klien itu akhirnya setuju untuk tetap pada kesepakatan awal, meskipun terlihat jelas bahwa mereka tidak sepenuhnya senang.

Seusai rapat, Nadia menghampiri Alina di luar ruangan. Wajahnya tampak khawatir. “Alina, kau tidak terlihat baik. Kau sudah beristirahat sejak pagi?”

Alina: Dari Kedai Kecil ke Singgasana KekuasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang