Bab 40: Rute Terakhir

5 4 0
                                    

Hari berikutnya, Alina dan Tuan Rafiq terjaga pagi-pagi sekali, menyusun strategi untuk melanjutkan pencarian mereka. Peta yang mereka temukan dari gudang malam sebelumnya menjadi kunci untuk langkah selanjutnya. Dengan penuh semangat, mereka memeriksa setiap titik pada peta dan merencanakan rute perjalanan mereka.

Tuan Rafiq memandang peta dengan seksama. “Menurut peta ini, ada beberapa lokasi yang harus kita periksa. Mungkin salah satunya adalah tempat di mana ibu kamu disembunyikan.”

Alina mengangguk, matanya penuh tekad. “Kita harus memprioritaskan lokasi yang paling dekat dengan tempat kita sekarang. Jika kita bisa mengecek beberapa lokasi sekaligus, kita mungkin bisa menemukan ibu saya lebih cepat.”

Setelah memutuskan lokasi pertama yang akan mereka kunjungi, mereka memulai perjalanan mereka. Selama perjalanan, suasana terasa penuh harapan dan ketegangan. Alina merasa jantungnya berdebar-debar setiap kali mereka mendekati lokasi yang ditandai di peta.

“Alina, kita sudah hampir sampai di lokasi pertama,” kata Tuan Rafiq, sambil memperhatikan peta dan GPS di mobil. “Kita harus berhati-hati dan memeriksa dengan teliti.”

Mobil mereka berhenti di sebuah lokasi terpencil yang dikelilingi oleh pepohonan lebat. Tempat ini tampaknya tidak terawat dan tidak ada tanda-tanda aktivitas manusia di sekitarnya.

“Mari kita periksa tempat ini,” kata Alina, keluar dari mobil dengan hati-hati. Mereka memeriksa area sekitar, membuka pintu masuk kecil yang mengarah ke gudang tua.

Setelah memeriksa beberapa ruangan, mereka menemukan beberapa dokumen dan barang-barang yang tampaknya sudah lama tidak digunakan. “Tidak ada petunjuk tentang ibu kamu di sini,” kata Tuan Rafiq. “Kita harus melanjutkan ke lokasi berikutnya.”

Dengan semangat yang tidak pudar, mereka melanjutkan perjalanan ke lokasi kedua. Lokasi ini adalah sebuah rumah besar yang tampaknya terbengkalai. Ketika mereka memasuki rumah tersebut, mereka menemukan beberapa jejak aktivitas yang menunjukkan bahwa tempat ini pernah digunakan.

“Ini tampaknya merupakan tempat penyimpanan sementara,” kata Alina, sambil memeriksa beberapa barang di dalam rumah. “Mungkin mereka sedang berpindah tempat.”

“Benar,” jawab Tuan Rafiq. “Tapi kita harus tetap waspada. Ada kemungkinan ibu kamu berada di salah satu lokasi yang terdaftar.”

Setelah beberapa jam pencarian, mereka akhirnya tiba di lokasi ketiga—sebuah kompleks pabrik yang tampaknya masih berfungsi. Tempat ini jauh lebih terawat dibandingkan dengan lokasi sebelumnya. Alina dan Tuan Rafiq memutuskan untuk memeriksa lebih dekat.

“Kita harus hati-hati di sini,” kata Tuan Rafiq. “Tempat ini bisa jadi memiliki penjagaan atau sistem keamanan.”

Mereka menyelinap ke dalam pabrik melalui pintu belakang yang sedikit terbuka. Di dalamnya, mereka menemukan beberapa pekerja yang tampaknya tidak menyadari kehadiran mereka. Mereka menyelinap ke ruang kantor, memeriksa dokumen dan catatan yang ada di meja.

“Tuan Rafiq, lihat ini,” kata Alina, menunjukkan sebuah catatan dengan nama dan alamat yang tampaknya akrab. “Ini adalah alamat yang sesuai dengan salah satu lokasi di peta.”

Tuan Rafiq memeriksa catatan tersebut. “Ini adalah alamat yang kita cari. Kita harus menuju ke sana sekarang juga.”

Dengan penuh harapan, mereka melanjutkan perjalanan ke alamat yang ditemukan. Lokasi tersebut adalah sebuah rumah yang tampaknya terletak di pinggiran kota. Tuan Rafiq dan Alina memarkir mobil mereka dan mendekati rumah tersebut dengan hati-hati.

Ketika mereka tiba di depan rumah, Alina merasakan jantungnya berdebar-debar dengan cepat. “Ini dia,” katanya, menatap rumah dengan penuh kecemasan. “Ini mungkin tempat di mana ibu saya berada.”

Tuan Rafiq menepuk bahu Alina dengan penuh dukungan. “Kita akan melakukannya bersama. Jangan khawatir.”

Mereka mengetuk pintu dengan lembut. Setelah beberapa saat, pintu dibuka oleh seorang pria yang tampaknya tidak dikenal. “Ada apa?” tanyanya dengan nada curiga.

“Kami sedang mencari seseorang,” jawab Tuan Rafiq. “Apakah Anda tahu sesuatu tentang seorang wanita bernama Linda?”

Pria tersebut tampak terkejut. “Linda? Dia ada di sini, tetapi dia tidak dalam keadaan baik. Anda harus hati-hati.”

Mendengar hal itu, Alina merasa campur aduk antara khawatir dan lega. “Bisakah kami menemui dia?”

Pria itu mengangguk dan mempersilakan mereka masuk. Mereka diantar ke sebuah ruangan di bagian belakang rumah, di mana Alina melihat ibunya terbaring di tempat tidur dengan tampak lemah. Alina berlari ke sisi tempat tidur ibunya dan menggenggam tangannya dengan lembut.

“Ibu!” seru Alina, air mata mengalir di pipinya. “Aku akhirnya menemukan ibu.”

Ibu Alina—Linda membuka matanya dan tersenyum lemah saat melihat putrinya. “Alina... kamu akhirnya datang.”

“Ya, Ibu, aku di sini. Kita akan membawa Ibu keluar dari sini dan memastikan Ibu mendapatkan perawatan yang tepat,” kata Alina dengan suara penuh emosi.

Tuan Rafiq, yang berdiri di samping, berbicara dengan pria tersebut untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan bantuan medis yang dibutuhkan untuk Linda. Setelah memastikan semuanya aman, Tuan Rafiq dan Alina memanggil ambulans untuk membawa Linda ke rumah sakit.

Sementara itu, Alina duduk di samping ibunya, menggenggam tangannya dengan erat. “Aku sangat menyesal tidak bisa menemui Ibu lebih cepat. Tapi kami sudah berhasil.”

Linda mengerang lembut. “Ibu senang kamu menemukanku. Terima kasih telah berjuang untukku.”

Setelah ambulans tiba dan membawa Linda pergi, Alina dan Tuan Rafiq mengikuti mobil ambulans menuju rumah sakit. Selama perjalanan, Alina merasa lega namun tetap khawatir tentang kondisi ibunya.

Sesampainya di rumah sakit, Linda segera mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan. Alina menunggu di ruang tunggu dengan penuh kecemasan. “Tuan Rafiq, terima kasih banyak atas bantuan Anda. Tanpa Anda, saya tidak tahu apa yang akan terjadi.”

Tuan Rafiq tersenyum lembut. “Saya hanya melakukan apa yang perlu dilakukan. Kita harus memastikan ibu kamu mendapatkan perawatan yang terbaik.”

Saat mereka menunggu kabar lebih lanjut tentang keadaan Linda, Alina merasa kelelahan dan tertekan, tetapi juga merasa sangat bersyukur. Dia tahu perjuangan mereka belum berakhir sepenuhnya, dan ada banyak hal yang harus diatasi di depan mereka.

Kemudian, dokter keluar dari ruang perawatan dan mendekati mereka. “Kondisi pasien stabil. Kami telah memberikan perawatan yang dibutuhkan, dan dia akan segera pulih. Anda boleh menemuinya sekarang.”

Alina dan Tuan Rafiq diizinkan masuk ke ruang perawatan. Linda terlihat lebih baik dan tidur dengan tenang. Alina duduk di samping tempat tidur ibunya, memegang tangannya dengan lembut.

“Tuan Rafiq, saya ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi,” kata Alina dengan tulus. “Bantuan Anda sangat berarti bagi saya.”

Tuan Rafiq mengangguk. “Saya senang bisa membantu. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan dan selesaikan.”

Alina menatap Tuan Rafiq dengan rasa penasaran. “Apa maksudnya?”

“Setelah ini, kita perlu memastikan bahwa semua masalah yang berkaitan dengan perusahaan Amir dan Nadia juga diselesaikan,” jawab Tuan Rafiq. “Dan ada juga beberapa hal yang perlu kita ungkap mengenai siapa yang berada di belakang semua ini.”

Alina merasa cemas namun juga bertekad. “Saya siap untuk menghadapi apa pun yang diperlukan. Kita harus memastikan semuanya beres dan tidak ada lagi ancaman.”

Saat mereka meninggalkan rumah sakit, Alina merasa sebuah babak baru akan dimulai. Meskipun masalah utama telah diselesaikan dengan ditemukannya ibunya, tantangan berikutnya masih menunggu. Alina tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai, dan ada banyak yang harus diungkap serta diselesaikan.

Alina: Dari Kedai Kecil ke Singgasana KekuasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang