Pagi yang suram menyelimuti kediaman Tuan Rafiq. Langit kelabu seakan menggambarkan suasana hati Alina yang dipenuhi dengan kecemasan. Setelah semalaman bergulat dengan pikirannya, Alina tahu bahwa hari ini akan menjadi penentu. Semuanya akan terungkap atau malah semakin kacau, dan dia tak punya pilihan selain menghadapi apa pun yang datang.
Alina sudah bersiap-siap lebih awal dari biasanya. Ia mengenakan setelan profesional berwarna hitam yang memberi kesan tegas dan anggun. Pikirannya masih dipenuhi oleh pembicaraan dengan ibunya tadi malam. Namun, tak ada waktu untuk meratapi ketakutan. Ia harus tetap fokus.
Saat Alina turun ke ruang makan, ia mendapati Tuan Rafiq, Nadia, dan Amir sudah duduk di meja. Wajah-wajah mereka terlihat tegang, seolah masing-masing tengah memikirkan hal yang sama. Ketika Alina memasuki ruangan, semua mata tertuju padanya.
“Alina, kau baik-baik saja?” tanya Nadia dengan nada penuh perhatian, meskipun kecemasan jelas tergambar di wajahnya.
Alina mengangguk, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang menghantuinya. “Aku baik, hanya sedikit kurang tidur.”
Tuan Rafiq menatap Alina dengan serius. “Aku dengar dari Amir tentang situasi di perusahaan. Ini bukan hal yang bisa kita abaikan, Alina. Ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita bayangkan.”
“Aku tahu, Tuan Rafiq,” jawab Alina dengan tegas. “Dan aku siap untuk menghadapi apa pun yang datang. Tapi aku perlu bantuan kalian semua. Kita harus bekerja sama untuk menemukan siapa pengkhianatnya.”
Amir, yang duduk di seberang meja, mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kami sudah mulai menyelidiki siapa saja yang mungkin terlibat. Tapi ini tidak akan mudah, mereka bergerak dengan sangat hati-hati.”
Alina mengambil napas dalam-dalam. “Kita harus lebih cepat dari mereka. Setiap detik berarti, dan kita tidak bisa membiarkan mereka memiliki keuntungan.”
Tuan Rafiq mengangguk setuju. “Amir benar. Kita harus berhati-hati, tapi juga bergerak cepat. Aku akan mengerahkan semua sumber daya yang kita miliki. Nadia, kau bisa menghubungi tim keamananku untuk memperketat penjagaan. Alina, fokuslah pada siapa pun yang tampaknya mencurigakan di dalam perusahaan.”
Alina merasa mendapat dorongan semangat dari dukungan mereka. Meski bayangan ancaman masih menggantung di udara, ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Mereka akan menghadapi ini bersama.
Setelah sarapan, mereka segera berangkat ke kantor. Sepanjang perjalanan, Alina mencoba menyusun rencana dalam kepalanya, memikirkan setiap kemungkinan dan langkah yang bisa diambil. Dia berusaha menyingkirkan bayangan ancaman yang tertuju pada ibunya, karena jika tidak, pikirannya akan semakin kacau.
Sesampainya di kantor, suasana yang tegang semakin terasa. Semua orang tampak bekerja dengan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya, seolah-olah merasakan adanya sesuatu yang akan terjadi. Alina segera menuju ruang rapat, di mana pertemuan darurat akan diadakan.
Di dalam ruang rapat, sudah berkumpul beberapa eksekutif senior. Wajah-wajah mereka tampak khawatir, tetapi mereka tetap profesional. Alina mengambil tempat di depan, berdiri dengan tegap, siap memimpin pertemuan ini.
“Kita semua tahu situasi yang kita hadapi saat ini,” Alina memulai dengan suara yang kuat dan penuh keyakinan. “Ada pengkhianat di antara kita, dan mereka berusaha menghancurkan perusahaan ini dari dalam. Tapi kita tidak akan membiarkan itu terjadi.”
Salah satu eksekutif, Pak Johan, mengangkat tangan. “Alina, bagaimana kita bisa yakin siapa yang menjadi pengkhianat? Mereka sangat cerdik dan mungkin sudah merencanakan ini selama berbulan-bulan.”
“Kita tidak bisa langsung menuduh siapa pun tanpa bukti,” jawab Alina dengan tenang. “Tapi kita bisa mulai dengan mempersempit lingkaran orang-orang yang memiliki akses ke informasi penting. Kita akan melakukan audit menyeluruh pada setiap divisi dan mencari petunjuk. Selain itu, kita perlu memonitor komunikasi internal dan eksternal dengan ketat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Alina: Dari Kedai Kecil ke Singgasana Kekuasaan
Fiksi UmumDi kota pelabuhan yang keras, Alina, seorang wanita dari kelas bawah, tumbuh dengan kecerdasan dan keberanian yang luar biasa. Bekerja di kedai kecil keluarganya sambil belajar dari buku-buku usang, hidupnya berubah ketika seorang pedagang kaya meli...