2

63 6 0
                                    

Hanna mengerjapkan matanya beberapa kali. Netranya berlarian mengenali tempat yang ada di sekelilingnya. "Ternyata, aku masih disini." Hanna sedikit berdecak ketika kenyataannya yang ia dapati adalah ia masih di tempat yang sama.

Hanna melirik ke samping kiri, tempat dimana biasanya Jungkook tidur. Sisi itu kosong dan terasa dingin. Bunyi petir yang menggema nyaring seolah menyadarkan Hanna, dan ia segera bangkit. Kembali meraih koper dan membuat semua hal yang ia perlukan ke dalamnya. Tekadnya sudah bulat, ia harus pergi.

Hanna benar-benar tidak ingin tahu alasan apa yang membuat Jungkook ingin berpisah dengannya. Baginya, Jungkook sudah tak lagi mencintainya. Sudah tak lagi menginginkannya, mengetahui alasan pria itu meninggalkannya hanya semakin membuatnya terpuruk. Hanna membenci perasaan itu, ia hanya tidak ingin menyakiti dirinya lebih dalam lagi.

Koper itu terseret dengan mudah, Hanna hanya membawa sedikit baju dan beberapa kepentingannya. Langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu keluar, Henna meremas gagang kopernya dengan kuat. Siapa sangka akhirnya akan begini? Rumah yang ia harapkan menemani dirinya dan Jungkook hingga tua, tapi nyatanya hanya selama delapan tahun saja.

Hujan semakin lebat ketika Hanna sudah keluar dan berdiri di teras rumahnya. Bahkan badai sekalipun, tak ada yang mampu menghentikannya. Tekad wanita itu sudah bulat, ia akan pergi. Meski tak tahu dimana tujuan yang pasti. Setelah sudah memasuki mobil dengan sedikit basah, Hanna mulai mengendarai mobilnya menuju jalanan kota.

"Yura, kirim alamat rumah ibumu yang aku beli bulan kemarin. Ah- tidak, aku baik-baik saja, aku hanya ingin kesana. Iya, aku akan menjemputmu."

Panggilan yang tertuju pada sahabatnya Hanna yang bernama Kim Yura itu terputus. Lampu merah membuat Hanna sedikit merasa rileks, punggungnya bersandar sempurna. Hujan sudah reda, jalanan sepi dan hanya menyisakan beberapa mobil yang masih berlalu lalang. Sudah jam sebelas malam, dan ini adalah malam pertama Jungkook meninggalkannya.

Sudut mata Hanna menangkap siluet seseorang yang teramat ia kenal di balik kemudi yang sekarang berada tepat di samping mobilnya. Tubuhnya menegang, mobil yang terbuka itu menampilkan sosok Jungkook sedang bersama seorang wanita yang Hanna tak pernah sangka sedikitpun akan menduduki tempat di samping Jungkook.

Mereka tertawa, tangan Jungkook membereskan rambut wanita itu yang berterbangan karena kap mobil porsche yang Jungkook miliki terbuka sepenuhnya. Sesekali Jungkook mengecup punggung tangan wanita itu kemudian menaruhnya di dada. Pegangan tangan Hanna menguat pada setirnya, sungguh di antara semua kesialan, pemandangan kali ini adalah akumulasi kesialannya selama sepuluh tahun.

"Bella... jadi itu alasannya."

Pikiran Hanna menerawang jauh. Bella adalah sekretaris Jungkook. Wanita yang sudah berada di sisi Jungkook selama dua tahun ini. Hanna beberapa kali bertemu dan berbincang dengannya. Bella sosok wanita yang lemah lembut dan selalu berpakaian sopan. Hanya saja, patut Hanna mengakui jika Bella sangat cantik.

Entah kenapa perhentian lampu merah saat ini terasa sangat lama. Hanna tak bisa mengalihkan perhatiannya pada dua pasangan yang terlihat sangat bahagia. Sudut bibir Hanna tertarik, senyum Jungkook dan tawa lepasnya membuat ia juga merasa perasaan yang sama. "Aku bahagia untukmu Jungkook."

****

Yura menyerahkan sebuah kunci rumah pada Hanna. Rumah milik mendiang ibunya yang telah meninggal satu tahun yang lalu. Awalnya, Yura tak ingin menjualnya, tetapi karena dalam keadaan mendesak ia akhirnya merelakan rumah itu dibeli oleh sahabatnya sendiri. Yura merasa aman meninggalkan rumah itu dengan Hanna dan bukan orang lain.

"Ada apa?" tanya Yura segera ketika tubuhnya sudah sepenuhnya masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt.

"Ceritanya nanti saja, ya. Aku mohon."

Forgive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang