1

73 8 0
                                    

Hanna sibuk di dapur. Wanita dengan rambut hitam panjang yang diikat sembarangan itu tengah membuat masakan kesukaan sang suami, Lee Jungkook. Pria yang sudah membersamainya dalam pernikahan delapan tahun ini akan berjanji pulang lebih cepat malam itu. Sup-nya belum masak ketika telinganya menangkap sebuah suara langkah kaki yang memasuki area dapur.

"Tunggu sebentar, sup kesukaanmu akan segera matang," ucap Hanna dengan nada ceria.

Jungkook meraih kursi di meja makan. Matanya menatap sang istri yang sedang memakai apron berwarna pink. Ia ingat, Jungkook juga memiliki apron dengan jenis yang sama tapi dengan warna yang berbeda yaitu abu-abu. Sudut matanya melirik apron abu-abu itu yang tergantung di samping lemari pendingin. Mereka berdua memang sering memasak bersama hingga apron itu tidak disimpan dan dibiarkan tergantung di sana.

"Aku ingin bercerai."

Kalimat itu berhasil membuat mata Hanna yang bulat menoleh penuh padanya. Suara spatula besi yang jatuh menggema di ruangan itu, tapi bukan itu yang membuat telinga Hanna pengang. Hanna memusatkan tubuhnya penuh menghadap Jungkook yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Mendadak ia merasa lantai terasa berguncang, lampu gantung yang berada di atas meja makan berputar hebat, hingga semua kaca lemari yang ada di dapur itu pecah dan pecahannya terbang menuju dirinya.

Lutut Hanna terasa lemas, sekuat tenaga ia mencoba menggerakkannya hingga tubuhnya sudah tepat berdiri di hadapan Jungkook. Tangannya terulur merapikan rambut pria itu yang mulai panjang. Wajah Jungkook terlihat lelah, bagaimana Hanna bisa tak menyadari itu sejak kedatangannya. Sejenak pandangan mereka bertemu pada satu garis yang lurus, tak ada lagi percakapan setelah kalimat itu muncul. Hanna mencoba menarik napas dengan tenang, meski gemuruh hatinya begitu berisik mencoba mempertanyakan banyak hal.

"Baiklah, kalau itu maumu," lirih Hanna.

Jungkook tercekat. Ia tak mengira akan semudah itu mendapatkan persetujuan dari Hanna, apalagi ini tentang perpisahan. Jungkook tahu betul bagaimana sifat istrinya itu, sejak ia memutuskan ingin bercerai, dia sudah mempersiapkan diri dengan beberapa luka yang akan ia dapati karena dalam perkiraannya, Hanna akan mengamuk hebat. Tapi, semua jauh berbanding terbalik. Wanita itu masih berdiri dengan tenang sambil menatapnya, bahkan tak ada airmata yang terlihat.

Hanna hendak berbalik, tapi Jungkook segera menahan tangannya. "Kau bisa tanyakan alasannya, jangan diam saja," ucap Jungkook mencoba membuat wanita di depannya ini bereaksi.

Tapi, Hanna tak melakukannya. Dengan perlahan dia melepaskan cekalan Jungkook, kemudian mendekat kembali pada kompornya yang tengah mengebulkan asap, pertanda sup-nya sudah masak. Dengan cekatan, Hanna mengangkat panci itu dan membawanya pada sink, menumpahkan semua isinya dengan raut wajah datar.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jungkook panik. Matanya menatap sup kesukaannya sudah berpindah tempat dan menjadi sampah.

Hanna menoleh. Tatapannya melembut pada Jungkook yang masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Aku tidak perlu alasan untuk melakukannya, dia akan tetap terbuang, meski aku membuatnya dengan seluruh hatiku."

Telak. Kalimat Hanna menghantam dadanya dengan hebat. Jungkook seperti didorong pada tempat paling tinggi. Matanya bergetar, menatap netra Hanna yang seindah lelehan madu sedang berkaca-kaca. Wanita itu pasti sedang menahan emosinya, karena jika mengingat bagaimana temperamen seorang Hanna, tidak mungkin ada air mata, wanita itu akan segera menghancurkan seseorang yang sudah menyakiti hatinya. Tipikal anak kaya manja pada umumnya.

Hanna kembali beranjak. Kakinya menjauh pada dapur yang terletak di lantai satu rumahnya. Setelah membelokkan diri, Hanna bersiap menaiki tangga, tapi sebelum itu, tangannya meraih pagar tangga dan meremasnya dengan kuat. Tiba-tiba, kakinya terasa kaku. Airmata yang susah payah ia tahan akhirnya keluar tanpa kendali. Berjatuhan membasahi lantai marmer putih yang ia pijaki.

Forgive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang