Sepanjang hari itu, Arabella hanya menghabiskan waktunya di kamar, ditemani para dayangnya yang senantiasa sabar dan telaten dalam melatihnya diberbagai kegiatan.
Sudah banyak hal yang Arabella lakukan, selain membuat teh, ia juga sudah belajar bagaimana merajut dan menjahit secara manual menggunakan tangan, sebab di zaman terbelakang seperti sekarang sudah dapat dipastikan tidak ada alat yang akan membantu manusia dalam melakukan pekerjaannya. Meski awalnya sangat sulit untuk Arabella, tapi setelah sekian kali berlatih, ia sudah bisa menguasainya walaupun tidak sehebat para dayangnya.
Di hari yang sama pun Arabella mencoba melukis, dengan kemampuan dangkalnya, ia cukup merasa bangga sebab hasil lukisannya tidak seburuk yang ia kira, Nathaniel dan keempat dayangnya pun memuji lukisannya setelah Arabella selesai menggambarnya, membuat Arabella merasa lega setelah mendengarnya.
Berbicara tentang Nathaniel, laki-laki itu belum juga beranjak dari kediaman Arabella sejak awal yang berniat akan melakukan banyak hal hari ini, sehingga Nathaniel menyaksikan segalanya. Terkadang Arabella merasa malu sebab Nathaniel seringnya menatap secara terang-terangan dengan matanya yang tajam itu. Membuat pergerakan Arabella tidak bebas.
Saat ini Nathaniel terlihat seperti pengangguran yang begitu santai, tapi disisi lain uang akan mengalir dengan sendirinya mengingat ia adalah seorang pangeran yang tentu saja kekayaan tidak perlu dipertanyakan lagi. Mengusirnya pun seakan percuma sebab Nathaniel sudah keukeuh dengan keputusan dari awal bahwa ia akan bersama Arabella seharian ini.
"Apa kau lelah?." Tanya Nathaniel penuh perhatian.
"Sedikit." Jawab Arabella. Keduanya sudah kembali duduk bersebelahan diatas kasur setelah kegiatan melukis Arabella yang dilakukan di ruang tamu selesai.
"Tidurlah, aku akan membangunkan mu saat makan siang nanti." Ujar Nathaniel.
"Jadi maksud mu.."
"Iya. Aku akan disini juga untuk menemani mu tidur." Jelas Nathaniel begitu ringan.
'Bagaimana cara ku menolaknya? Bukannya tidur, kemungkinan besar aku justru terkena serangan jantung karena dia selalu menatap ku, karena membuat jantung ku berdetak tidak semestinya.' Batin Arabella agak frustasi.
"Kau tidak memiliki kesibukan apapun hari ini?." Tanya Arabella mencoba mengingatkan. Semoga saja ada.
"Sepertinya ada." Jawab Nathaniel yang membuat mata Arabella seketika berbinar. Ia akan terbebas dari Nathaniel.
"Apa?."
"Menemani tidur disini." Arabella segera merasa lemas mendengar jawaban Nathaniel.
"Kesibukan macam apa itu? Kau juga butuh istirahat karena seharian menemaniku disini."
"Begitukah? Baik jika kau memaksa." Ujar Nathaniel. Matanya berkedut menahan senyuman bodohnya agar tidak terbit karena Arabella yang seakan memperhatikannya. Arabella menatap curiga lelaki yang duduk disampingnya ini.
Tanpa aba-aba, Nathaniel segera mendorong Arabella hingga ia dan dirinya terjatuh keatas kasur, Nathaniel segera merapihkan caranya tidurnya juga Arabella hingga kini keduanya sudah dalam keadaan berpelukan dengan Nathaniel yang telah lebih dulu memejamkan matanya.
Mata Arabella mengerjap beberapa saat setelah kejadian tersebut, jantungnya sungguh berdetak secara menggila karena peristiwa yang tidak terdeteksi itu, tapi yang lebih membuat pipinya terasa panas adalah sentuhan Nathaniel yang begitu terasa di pinggangnya saat ia ditarik agar lebih dekat dengan lelaki tersebut, bahkan saat ini, tangan yang terlihat kekar namun tertutup baju mewahnya itu masih bertengger manis di pinggang Arabella dan sepertinya Nathaniel tidak berniat untuk melepaskannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/370927960-288-k487450.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Of Destiny (Tamat)
FantasyMenceritakan tentang seorang gadis bangsawan yang pada awalnya begitu ceria dan penuh dengan senyuman, sebelum sang kekasih pergi untuk selama-lamanya dari kehidupannya karena sebuah insiden. Ia menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan sikapnya...