Nathaniel

217 9 0
                                    

Suara berisik dan gaduh seperti beberapa orang tengah beberes dan membongkar sesuatu itu membuat Arabella secara perlahan membuka kedua matanya, jujur ia masih mengantuk dan belum ingin bangun dari tidurnya, tapi suara yang terdengar lumayan keras itu benar-benar membuatnya terganggu sehingga Arabella terpaksa bangun.

Arabella terduduk, mengerutkan kedua alisnya lalu mengedipkan kelopak matanya untuk mengumpulkan kesadaran, barulah saat itu ia menatap sekelilingnya.

"Mereka pasti mengganggumu." Suara Nathaniel terdengar, ia berjalan menghampiri Arabella lalu mengusap puncak kepalanya. Arabella belum menyadari hal tersebut, jika ia sadar sudah dipastikan wajahnya akan memerah karena gugup.

"Ada apa?." Tanyanya seraya menatap Nathaniel yang kini mulai duduk di ranjang.

"Aku menyuruh para pelayan untuk membereskan barang-barang ku."

"Barang-barang mu?."

"Hm." Gumam Nathaniel seraya menyelipkan rambut Arabella menuju belakang telinganya dan merapikannya sejenak.

"Kenapa suaranya sampai ke kamar ku?."

"Karena memang aku membereskannya disini."

Arabella menatap Nathaniel dengan wajah bingung, sedetik kemudian ia baru sadar akan sesuatu hingga kedua matanya sukses membola setelah ia bisa mencerna apa maksud dari perkataan Nathaniel.

"Benar. Aku akan pindah ke kediaman mu." Seakan bisa membaca pikiran Arabella, dengan cepat Nathaniel membenarkan. Ia tersenyum geli melihat respon Arabella.

"Kenapa.. Cepat sekali?."

"Bukankah aku sudah katakan waktu itu?."

"Ya.. Tapi.." Ucapan Arabella terhenti saat melihat para pelayan yang mulai berlalu lalang membawa peti pakaian, meletakkannya didekat lemari Arabella, kemudian mulai memasukkan pakaian Nathaniel kesana, bahkan Arabella pun baru menyadari ada beberapa posisi barangnya yang dipindah agar lebih cukup menampung barang Nathaniel nantinya.

"Apa aku membuat mu marah karena pindah secara tiba-tiba?." Tanya Nathaniel.

"Tidak juga. Aku hanya sedikit terkejut." Ujar Arabella.

Tunggu! Kenapa kesannya ia seperti membolehkan Nathaniel sekamar dengannya dan hidup layaknya suami-istri pada umumnya? Tapi jika dia marah, alasan apa yang logis untuk itu? Mereka sudah menikah, memang seharusnya hidup di satu atap, berbagi kisah suka maupun duka, tapi tetap saja, Arabella merasa belum terbiasa dan belum siap dengan semua ini.

"Aku lega mendengarnya."

Kini Arabella menatap Nathaniel dengan kedua aslinya bertaut, ia terlihat seperti penasaran akan sesuatu.

"Kapan kau bangun?." Tanya Arabella setelah menyadari hal tersebut. Arabella ingat bahwa ia tidur satu ranjang dengan Nathaniel tadi.

"Setelah memastikan kau tidur."

"Kau tidak tidur?."

"Tidur, tapi hanya sebentar karena aku ingat akan mulai perpindahan ke kediaman mu."

"Oh... Aku akan membersihkan diri dulu." Ujar Arabella, Nathaniel hanya mengangguk mendengarnya. Ia memperhatikan setiap langkah yang Arabella ambil untuk menuju kamar mandi.

Nathaniel tersenyum penuh kebahagiaan begitu ia menyadari bahwa Arabella sama sekali tidak menolak kehadirannya di kediaman miliknya. Ia berusaha keras untuk menyembunyikan senyum bodohnya saat bersama Arabella tadi, Nathaniel kira Arabella akan marah dan menyuruhnya untuk kembali ke kediamannya di bagian barat, tapi siapa sangka jika Arabella justru seperti mempersilahkan saja tanpa berkata hal lainnya?.

Change Of Destiny (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang