Berbagi Kisah

156 7 0
                                    

Nathaniel terus saja memperhatikan Arabella yang tengah telaten dan juga teliti dalam merajut kain pertamanya, terkadang ia tersenyum geli setelah beberapa saat yang membuat Arabella penasaran, begitu ditanya jawabannya selalu.

"Kau lucu, maka dari itu aku tertawa."

Sudah berulang kali Arabella bertanya alasan kenapa Nathaniel tertawa layaknya anak kecil yang mendapat mainan baru, tapi jawaban itu lah yang akan Nathaniel lontarkan sehingga Arabella memilih menyerah untuk menanyakannya saat Nathaniel tiba-tiba tertawa geli tidak jelas. Arabella bosan mendengar jawaban yang menurutnya tidak jelas itu.

"Kau terlihat sudah sangat ahli untuk ukuran pemula, bahkan kau sudah tidak membutuhkan dayang lagi untuk membimbing mu." Puji Nathaniel.

"Kebetulan aku orang yang cepat tanggap." Jawab Arabella sekenanya, Nathaniel setuju dengan hal itu terbukti dari kepalanya yang mengangguk beberapa kali dengan pelan.

"Dan yang lebih mengejutkan kau mengusir para dayang mu itu agar dapat berduaan dengan ku, aku merasa tersanjung."

Arabella melotot garang, ia tidak terima saat setelah Nathaniel mengatakan hal itu. Ia pun memberhentikan sejenak kegiatan merajutnya untuk menatap Nathaniel dan berkata.

"Jangan mengambil kesimpulan seenaknya! Aku memang menyuruh mereka istirahat, bahkan aku juga sudah membuat mereka pergi saat kau masih berada diluar tadi." Kembali Nathaniel tersenyum rendah mendengar jawaban Arabella yang benar-benar tidak terima ia mengatakan hal demikian, padahal Nathaniel akan dengan senang hati jika Arabella membenarkan.

Arabella kembali melanjutkan merajut, dengan masih diperhatikan dengan begitu intens oleh Nathaniel. Meskipun pria itu melakukannya setiap waktu, bahkan terkadang tidak peduli dimana pun dan kapan pun itu, tapi Arabella masih belum terbiasa dengan tatapan Nathaniel satu ini. Ia masih saja gugup jika menyadari hal itu. Lagi pula manusia mana yang tidak risih dan merasa kaku jika ditatap sedemikian rupa oleh orang lain?

"Daripada kau terus diam seperti manusia yang tidak berguna, lebih baik ceritakan tentang keluarga mu. Aku ingin dengar." Ujar Arabella.

"Tentu saja aku sangat berguna disini Ara."

"Apa kau bisa sebutkan apa kegunaan mu disini?."

"Memperhatikan mu, itu sangat berguna supaya kau tidak merasa gugup lagi nantinya."

"Terserah kau saja."

"Kau tadi ingin mendengar tentang keluarga ku?." Tanya Nathaniel setelah terkekeh pelan.

"Hm."

"Hmm.. Itu bukan sesuatu yang buruk, tapi tidak ada yang istimewa di keluarga ku."

"Jadi kau enggan menceritakannya?."

"Jika kau ingin, aku akan menceritakannya."

"Jadi?."

"Darimana aku harus bercerita?."

"Hal-hal yang kau ketahui saja."

"Baik, ayah ku adalah anak raja dari raja dan ratu  sebelumnya yaitu kakek dan nenek ku, keduanya juga anak raja sebelumnya. Kakek dan nenek hanya memiliki satu anak yaitu ayah ku, maka dari itu ayah mendapat pelatihan kedisiplinan dan bela diri yang cukup ketat, karena masa depan kerajaan bergantung padanya saat itu." Arabella menyimak kisah Nathaniel sembari merajut dan sesekali menatap kearahnya.

"Sedangkan ibu ku, dia adalah wanita dari kalangan bawah, bukan bangsawan apalagi anak raja, hanya rakyat biasa yang kemudian dicintai oleh anak raja lalu dinikahinya, beruntung sekali ayah ku bukan? Aku sering merasa kasihan dengan ibu ku."

Change Of Destiny (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang