Arabella menatap sebuah kotak kayu yang berisikan barang milik Nathaniel yang sudah ia rapihkan, ia tidak akan membiarkan para pelayan atau dayang melakukannya. Kini ia terdengar menghela nafas berat setelah mengetahui apa yang akan terjadi selama kurang lebih dua minggu ke depan.
Bukan suatu keburukan memang, justru ini adalah hal yang penting karena menyangkut kesejahteraan rakyat dan juga kerajaan, hanya saja Arabella sudah membayangkan rindu yang menyiksa di setiap detik yang akan ia lalui nantinya. Arabella sudah membayangkan jika kamar ini seketika menjadi membosankan dan membuatnya tidak betah berlama-lama didalamnya.
Satu minggu setelah Daniel pamit untuk kembali ke kerajaan Sagitarius, tepat pada hari ini Nathaniel akan melakukan tugasnya sebagai pangeran sejati. Arabella sudah mendapatkan kabar tersebut dari Nathaniel tiga hari sebelumnya, namun ia masih saja tidak bisa sepenuhnya melepaskan Nathaniel untuk pergi ke perbatasan guna melihat kondisi yang ada disana.
Nathaniel sudah menceritakannya pelan-pelan kepada Arabella jika masalah yang terjadi cukup serius. Kerajaan Raharja yang berbatasan langsung dengan kerajaan Sagitarius yang kini pemimpin mereka sudah terganti meminta untuk kembali melakukan rundingan tentang luas tanah, padahal oleh pemimpin terdahulu sudah disepakati dan dibicarakan dengan baik hingga menghasilkan keputusan yang diterima oleh semua belah pihak, hanya saja raja saat ini memang terkenal dengan ketamakannya sehingga jika tidak dimusyawarahkan kembali kemungkinan besar akan terjadi perang berdarah antara dua kerajaan. Itu yang Arabella tangkap dari pembicaraannya bersama Nathaniel saat sang suami meminta izin untuk berangkat ke kerajaan Raharja.
Baik ayah Nathaniel yang masih menjabat sebagai raja, Daniel, dan juga Nathaniel beserta para petinggi kerajaan Sagitarius akan berunding untuk menuntaskan masalah tersebut secepatnya.
Bahkan sampai saat ini Arabella dan Nathaniel belum juga bisa berkunjung ke kerajaan Sagitarius secara langsung. Awalnya Arabella ingin ikut bersama Nathaniel, hanya saja sang suami tidak mengizinkan sebab ia sama sekali tidak mau terjadi hal buruk kepada Arabella disana nantinya mengingat ini adalah sebuah pertemuan yang cukup sensitif.
"Kenapa lama sekali sampai dua minggu? Kalian hanya berunding bukan?." Tanya Arabella saat pertama kali mendengar penjelasan Nathaniel.
"Karena kami sama sekali tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya. Aku mengatakan seperti ini hanya untuk berjaga-jaga karena tidak ingin memberi mu harapan tinggi jika aku akan sebentar nantinya." Jelas Nathaniel.
"Jika memungkinkan masalah ini selesai dengan cepat, aku berjanji akan langsung pulang dan menemui mu. Aku pastikan, aku akan berusaha keras agar urusan ini cepat selesai agar kau tidak perlu lagi merindu dan mengkhawatirkan ku." Lanjut Nathaniel. Arabella tidak mengelak, ia hanya menghela nafas begitu mendengarkan kalimat penenang Nathaniel yang sama sekali tidak bisa membuatnya tenang.
"Kau bisa mengirim ku surat jika merasa rindu dengan ku." Ujar Nathaniel mengusulkan.
"Hm."
"Aku tidak suka melihat mu yang tidak bersemangat seperti ini, aku jadi semakin merasa berat untuk pergi." Kini suara Nathaniel yang baru saja keluar dari kamar mandi membuat lamunan Arabella terpecah, fokusnya kembali ke Nathaniel yang sudah terlihat segar dan kini hanya memakai jubah mandinya.
"Tidak. Aku hanya memikirkan hal apa yang harus aku lakukan selama kau pergi nanti."
"Banyak yang bisa kau lakukan Ara."
"Memang banyak, tapi rasanya tentu saja akan berbeda tanpa kehadiran mu nanti."
Nathaniel berjalan menghampiri Arabella, memeluk tubuhnya, lalu mencium puncak kepalanya penuh dengan rasa kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Of Destiny (Tamat)
ФэнтезиMenceritakan tentang seorang gadis bangsawan yang pada awalnya begitu ceria dan penuh dengan senyuman, sebelum sang kekasih pergi untuk selama-lamanya dari kehidupannya karena sebuah insiden. Ia menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan sikapnya...