Hari berlalu begitu lambat, tiga hari telah terlewat setelah kepergian sang pangeran rasanya seperti bertahun-tahun bagi sang putri yang tengah dilanda asmara namun sayangnya ia belum juga berani mengungkapkannya. Kini rasa penyesalan entah kenapa tumbuh setelah ia menyadari hal itu. Seharusnya ia katakan saja perasaannya, harusnya ia tidak perlu mengelak jika ia juga mencintai suaminya, seharusnya dari dulu ia lebih perhatian kepada suaminya, seharusnya ia bisa lebih bergantung padanya, dan masih banyak kata seharusnya yang untuk sekarang ini rasanya begitu terlambat saat disadari.
Arabella, sang putri menghembuskan nafasnya didepan cermin buram yang didepannya juga terdapat berbagai jenis perawatan untuk kulit dan juga tubuhnya, kini ia sudah bersiap untuk mendatangi pesta salah satu bangsawan yang terdapat di kerajaan Aquariya, kerajaan temannya, Lily. Si tuan putri yang unik.
Arabella memandang kosong ke seluruh kamarnya, ia sudah mulai terbiasa tanpa kehadiran Nathaniel. Ralat, terpaksa terbiasa. Mau tidak mau ia memang harus melakukan hal itu, ia memang merindu, hanya saja tidak mungkin ia selamanya akan berdiam diri meratapi rasa rindunya yang seakan tidak berujung. Banyak hal yang harus ia lakukan sebagai seorang putri. Ia sadar akan hal itu.
"Tuan putri." Suara dayang Aries membuat Arabella tersadar dan kembali ke dunianya. "Kereta kuda sudah siap." Lanjutnya.
"Hm. Ayo pergi."
Dayang Aries membungkuk sejenak guna memberi hormat dan membiarkan Arabella berjalan terlebih dahulu menuju kereta kuda yang berada tepat didepan kediaman.
"Sudah siap? Kau akan pergi sekarang?." Tanya ratu Denaya. Sang ibu memang selalu menemuinya disaat Nathaniel bertugas. Mereka lebih sering berbagi kisah, melakukan kegiatan para wanita bangsawan lainnya, dan menghabiskan waktu bersama di pasar raya aku hanya sekedar berkeliling istana. Bahkan saat ini ratu Denaya pun merepotkan diri untuk mengantar Arabella didepan kediamannya. Ibunya adalah tipe orang yang sangat perhatian kepada keluarga dan orang-orang terkasihnya.
"Iya bu." Jawab Arabella.
"Hati-hati dijalan." Arabella hanya mengangguk lalu memasuki kereta kuda.
Keheningan tercipta didalam kereta kuda, dengan Arabella yang menatap hamparan pepohonan yang ia lewati disepanjang jalan menuju pemukiman warga yang mulai memadat nantinya, sedangkan dayang Aries yang ikut serta dalam perjalanan tersebut hanya menatap Arabella dengan pandangan iba.
Semua orang di kerajaan tau bagaimana keduanya memperlihatkan cinta yang begitu besar dan sering dipertontonkan kepada setiap makhluk yang melihatnya. Keharmonisan tercetak jelas dalam hubungan mereka, saling percaya satu sama lain tidak perlu diragukan lagi rasanya, dan baik Arabella maupun Nathaniel akan mempertahan itu semua sampai akhir hayat mereka.
"Anda baik-baik saja tuan putri?." Tanya dayang Aries. Perhatian Arabella teralihkan. Ia tau jelas dayangnya ini hanya tidak ingin Arabella terlarut dalam perasaannya sehingga memutuskan untuk bertanya sesuatu yang bahkan semua orang tau jawabannya.
"Baik. Aku selalu baik. Aku hanya merindukannya, itu saja." Jawab Arabella.
"Semua orang akan mengira jika anda tidak sedang merindu sebab dari cara pandang anda, mungkin kebanyakan orang malah akan lebih mengira bahwa anda patah hati sebab ditinggal kekasih."
"Kau ini.. Entah kenapa aku selalu memikirkan segala hal yang sudah kami lalui bersama tapi tiba-tiba aku juga teringat jika banyak hal yang belum aku lakukan bersamanya, dan itu sangat banyak sampai membuat ku terus saja melamun tanpa kusadari. Banyak hal yang ingin aku katakan padanya, dan aku cukup menyesal karena belum juga mengatakan perasaan ku padanya."
"Saya yakin pangeran Nathaniel akan sangat senang jika anda berkata seperti ini didepannya nanti."
"Yah.. Aku juga yakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Of Destiny (Tamat)
FantasiMenceritakan tentang seorang gadis bangsawan yang pada awalnya begitu ceria dan penuh dengan senyuman, sebelum sang kekasih pergi untuk selama-lamanya dari kehidupannya karena sebuah insiden. Ia menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan sikapnya...