Pesta berakhir, banyak dari tamu undangan yang tidak terhitung jumlah mulai kembali ke tempat asal masing-masing setelah berpamitan dengan mempelai dan juga segenap keluarganya.
Sedangkan Arabella dan Nathaniel saat ini tengah duduk bersama kedua orang tua mereka dan juga Daniel di kursi-meja yang memang dipersiapkan khusus. Arabella merasa masih sedikit kaku saat mengobrol dengan kedua orang tua Nathaniel.
Yah... Ia baru bertemu dengan kedua orang tua suaminya itu setelah entah berapa lama menunggu karena banyak hal yang perlu keduanya kerjakan, terutama Nathaniel yang nyatanya memang sengaja mempertemukan mereka tepat pada hari pernikahannya. Terdengar aneh memang, tapi itulah rencana dari otak cerdas Nathaniel yang kini menjadi kenyataan.
"Arabella." Panggil sang ratu seakan memastikan nama. Bukan ibunya tentu saja, tapi ibu Nathaniel.
Wanita setengah baya itu terlihat cantik dengan balutan gaun berwarna biru tua yang melekat sempurna ditubuhnya, dengan berbagai pernak-pernik yang menghiasi tubuh idealnya Arabella jadi tidak yakin berapa umur ibu Nathaniel ini. Seperti terlihat lebih muda dari umur yang seharusnya.
"Iya ratu."
"Panggil saja aku ibu, kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami sekarang. Tidak perlu terlalu kaku." Ujarnya.
"Baik. Terima kasih."
"Oh ya, ku dengar Nathaniel belum juga mengenalkan nama ku padamu, anak ini memang sedikit berbeda dari yang lain." Ujarnya geram seraya menunjuk sang anak yang hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Benar Bu." Jawab Arabella.
"Karena Arabella tidak pernah bertanya bagaimana keluarga ku." Ujar Nathaniel.
"Kau pikir siapa yang tidak terkejut? Setelah menghadapi semua masalah berat tapi kau justru diminta menerima segala sesuatu yang tidak kau inginkan, tentu saja Arabella tidak sempat bertanya lebih banyak tentang keluarga kita, bahkan sampai detik ini pun mungkin saja dia tidak menyangka sudah dinikahi dengan pria seperti mu!." Ujar ibu Nathaniel, ia terlihat kesal dengan putranya dan puas setelah memarahinya.
"Karena aku sudah sangat jatuh cinta padanya ibu, maka dari itu aku gerak cepat." Seru Nathaniel percaya diri tanpa memperdulikan dimana ia sekarang.
"Kau ini! Arabella." Perhatian ibu Nathaniel beralih lagi kearah Arabella, ia seakan lelah dengan sikap Nathaniel dan semua kelakuannya. "Perkenalkan, nama ku Cessarini. Ibu dari suami mu ini."
"Perkenalan macam apa ini? Padahal kalian sudah resmi menjadi suami-istri bahkan sudah hampir dua bulan, tapi baru saling mengenalkan nama." Celetuk Daniel seakan tidak habis pikir.
"Salahkan adik mu yang menyebalkan ini!." Ujar ratu Cessarini.
"Benar sekali ibu, pusat kesalahan adalah Nathaniel." Daniel kembali menimpali.
Nathaniel hanya menghela nafas pelan mendengar namanya terus saja dipojokan. Ia tidak melayangkan protes sama sekali karena semuanya adalah kebenaran, hanya saja ia cukup kesal karena mendengar Daniel dan ibunya bekerja sama untuk menyinggungnya.
"Arabella." Kini panggilan itu berasal ayah Nathaniel. Pria yang masih terlihat gagah dengan umur yang sudah dipastikan tidak lagi muda itu tersenyum kearah Arabella, Arabella membalas dengan anggukan ringan dan senyuman pula.
"Aku Kelvino. Ayah Nathaniel. Panggil saja aku ayah sama seperti kau memanggil istri ku dengan sebutan ibu." Jelasnya dengan tenang.
Pria paruh baya itu terlihat begitu tenang meski di meja tersebut tengah terjadi sedikit perdebatan. Jiwanya seakan bisa saja menghanyutkan bagi siapa saja yang mencoba menyelaminya. Pembawaannya damai dan mampu membawa orang ikut dalam kedamaiannya juga. Arabella kembali tersenyum dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Of Destiny (Tamat)
FantasyMenceritakan tentang seorang gadis bangsawan yang pada awalnya begitu ceria dan penuh dengan senyuman, sebelum sang kekasih pergi untuk selama-lamanya dari kehidupannya karena sebuah insiden. Ia menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan sikapnya...