Berakhir

356 26 0
                                    

"Tuan putri."

Suara tegas nan lembut itu kembali terdengar, kali ini bukan didalam kamar Arabella lagi melainkan diluar kediaman sehingga suaranya terdengar sedikit nyaring agar sang putri mendengar.

Suara panggilan tersebut terdengar beberapa kali tapi yang pasti sang putri tidak semudah itu untuk menyahuti, ia masih saja asik dengan dunia yang ia ciptakan sendiri. Melamun tanpa henti dan membayangkan segala sesuatu yang tidak ia inginkan sama sekali, tapi kini justru semuanya telah terjadi.

"PERGI!."

Hanya satu kata itu yang ia utarakan mungkin setelah dirasa gendang telinganya muak dengan suara yang ia dengar tersebut.

"Saya membawakan anda sarapan."

"AKU TIDAK MEMBUTUHKANNYA!."

"Anda harus makan."

"TIDAK! KU BILANG PERGI!."

Arabella merebahkan tubuhnya sembari menutup kedua telinga dengan bantal. Suara itu masih saja menyahut padahal sudah jelas apa yang Arabella katakan. Ia sama sekali tidak peduli jika Nathaniel adalah orang baik, sebab menurutnya yang terbaik hanyalah Felix seorang. Tidak ada lagi. Tidak ada ganti. Persetan dengan status, lagi pula ia sama sekali tidak menginginkannya.

"Manusia tuli! Manusia tidak mempunyai otak sepertinya bagaimana bisa disandingkan dengan ku? Ayah dan ibu sama sekali tidak tahu apapun!." Ujarnya.

Ia kembali menangis seraya bergumam menyalahkan kedua orang tuanya, hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh siapapun. Menghina raja dan ratu sama saja menghina kerajaan, dan itu semua adalah pelanggaran berat, tidak peduli siapa yang menghina bahkan jika itu datang dari anak dan kerabat dekat raja serta ratu, hukuman pastilah harus ditegakkan. Beruntung saja Arabella mengumpat tapi tidak sampai terdengar oleh kedua orang tuanya dan orang lain sehingga ia tidak harus menerima itu semua.

"Aku sangat merindukan mu Felix! Aku tersiksa tanpa mu disisi ku. Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku sangat lelah. Aku ingin bertemu denganmu. Aku mencintaimu."

Arabella terus bergumam. Menggumamkan apa saja yang tidak jauh-jauh dari sang kekasih yang telah pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Lagi-lagi rindu hanya menjadi sebuah kata, sebab tidak ada pertemuan untuk mengobatinya.

Segalanya memang terlihat berlebihan bagi siapa saja yang melihat dan mendengar kisah cinta Arabella yang tragis ini, tapi menurut sang putri, tidak ada satu manusia pun yang benar-benar mengerti bagaimana keadaan hatinya saat ini. Cintanya mungkin terdengar bagai cinta buta atau semacamnya, tapi Arabella sama sekali tidak memperdulikan hal tersebut. Yang ia tahu adalah, bahwa ia mencintai Felix dan Felix mencintainya hingga sampai kapanpun bahkan hingga maut memisahkan cinta itu akan tetap ada. Meski  mungkin saja hanya tangis yang mampu menjadi bukti nyatanya.

Arabella menghentikan tangisannya. Ia memandang kosong ke depan dengan air mata yang masih membasahi pipinya. Sang putri bangkit dari pembaringan lalu berteriak keras.

"DAYANG... DAYANG..."

Dengan berlari tergopoh-gopoh setelah mendengar jeritan sang putri, keempat dayang yang mengabdi pada Arabella -meski beberapa hari terakhir ini mereka selalu mendapat perlakuan tidak baik dari Arabella, tapi mereka masih setia menemaninya, dan mereka yakin suatu saat nanti sang putri akan kembali ke sedia kala- itupun membungkuk hormat setelah sampai dihadapannya dan siap melayani apa saja yang mungkin tuan putrinya perintahkan.

"Kau dan kau." Tunjuk Arabella pada dayang Aries dan dayang Serina. "Usir pria itu, jangan biarkan ia berteriak tidak jelas di depan kediaman ku lagi!." Perintahnya.

"Baik. Laksanakan tuan putri." Ujar keduanya menurut, kemudian melangkah menjauhi Arabella guna melaksanakan apa yang menjadi perintahnya.

"Kau dan kau!." Kali ini Arabella menunjuk dayang Martha dan dayang Taniya. "Bawakan aku kelinci dan racun yang paling mematikan!."

Change Of Destiny (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang