20. Date

1.2K 146 16
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

"Aku libur," ucap Akandra membuat Haima memicingkan matanya.

Haima tidak menjawab dan kembali masuk membantu Bapak untuk keluar. Ini jadwal kemoterapi Bapak yang kesekian kalinya dan bertepatan dengan hari libur Haima.

"Loh ada Akan," kata Bapak saat melihat Akandra tetap berdiri di luar pagar.

Akandra tersenyum, masuk lalu menggandeng Bapak untuk ke mobilnya.

"Kamu ga kerja, Akan?" tanya Bapak.

"Libur, Pak."

"Libur di hari Rabu? Kamu pengacara, bukan pekerja ritel atau cafe kaya Haima."

Akandra terkekeh pelan. Sebenarnya memang tidak libur, dia memilih untuk WFH hari ini, pekerjaanya tidak terlalu banyak dan alasan utamanya adalah karena Haima libur, jadi dia juga ingin libur.

Seperti jadwal sebelumnya, kepoterapi Bapak kali ini juga pagi-pagi, sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menemui dokter dan menjalankan kemoterapi.

"Haima, tolong beli minum ya, Bapak haus," pinta Bapak.

"Saya aja, Pak." Akandra hendak berdiri namun di tahan Bapak.

"Biar Haima aja," ucap Bapak.

Akandra menoleh ke arah Haima, wanita itu mengangguk kecil dan pergi setelah pamit.

"Sebenarnya kondisi Bapak memburuk, kemoterapi ini engga menghasilkan apa pun, kankernya tetap menyebar sampai ke tulang belakang, Haima ga tau."

Akandra terdiam, seburuk itu?

"Kalau gitu, kita ke Singapura atau Malaysia aja, saya ada kenalan di sana, kita—"

Bapak menggeleng dan tersenyum membuat Akandra langsung diam.

"Bapak tetap kemoterapi supaya Haima tenang, walaupun tau kondisi ekonomi kita juga lagi ga baik-baik aja. Bapak ga terlalu pingin sembuh, tapi Haima ..."

Bapak menghela napas kasar lalu memegang tangan Akandra.

"Akandra, seumpama Bapak meninggal dalam waktu dekat, tolong kamu bantu Haima jual kedai ya. Itu khusus buat Haima, jangan kasih tau adik atau ibunya, dan tolong jangan sakiti dia," ujar Bapak membuat Akandra sedih dan bingung dengan kalimat terakhir.

Akandra mengangguk saja.

Haima kembali ke ruang rawat beberapa menit kemudian, dan setelah sesi kemoterapi dan cek kesehatan selesai, mereka langsung pulang.

Akandra merenungkan apa yang Bapak ucapkan tadi, sepertinya menikah tahun ini memang solusi.

"Pak," ucap Akandra pelan saat mereka sudah di mobil dan perjalanan pulang.

Bapak duduk di belakang, sedangkan Haima di depan bersama Akandra.

"Sebenarnya saya dan Haima pacaran, baru beberapa minggu, tapi rencananya saya mau menikahi Haima dalam waktu dekat atau paling lama akhir tahun ini."

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang