ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤAkandra menepati ucapannya saat mengatakan akan membantu Bapak. Sekitar pukul sepuluh, Akandra datang langsung ke kedai. Kedai bubur itu sudah cukup sepi karena mayoritas pembeli datang lebih pagi.
Begitu Akandra datang, dia langsung menyuruh Bapak untuk pulang dan beristirahat saja. Bapak yang memang masih belum membaik mengiyakan dan pulang.
"Kamu juga pasti cape, Akan. Mending istirahat," ucap Haima setelah melayani seorang pembeli.
"Ini juga istirahat." Akandra duduk di salah satu kursi menghadap Haima yang masih berdiri di depan gerobak menyiapkan semangkuk bubur untuk Akandra.
"Bapak kayanya harus check up, kondisinya semakin ga baik kalau dilihat sekilas," ucap Akandra.
Haima mengangguk kecil, berbalik dan memberikan buburnya kepada Akandra. "Aku udah ajak, tapi tetap ga mau."
"Nanti aku yang coba ajak," kata Akandra setelah menyuap sendok pertamanya.
"Gimana sidang kemarin?" tanya Haima.
"Lancar, sesuai perkiraan. Tapi mereka tetap minta banding. Kita masih diskusi, kalau sampai acc, kayanya aku mundur dari kasus ini."
"Hukumannya berapa lama?"
"Putusannya tujuh tahun sama denda, itu udah lebih rendah dari tuntutan pihak penggugat. Harusnya udah ga perlu buat banding."
Haima mengangguk kecil. Kasus pemerkosaan memang marak di luar sana, dan sedikit dari korban yang berani melapor karena beberapa faktor, salah satunya karena malu. Malu jika orang tau dia adalah korban pemerkosaan, malu jika orang menganggapnya rendah. Dan walaupun melapor, beberapa kasus sulit ditindak lanjut, kurang buktilah, dan alasan lainnya yang membuat korban memilih untuk bungkam.
"Kalau aku pindah firma hukum, menurut kamu gimana?" tanya Akandra saat bubur di mangkuknya sudah habis.
"Kenapa?"
"Aku udah pikirkan ini beberapa waktu. Firma yang sekarang memang besar, tapi rasanya kurang cocok sama aku. Mereka kadang cuma pikirkan masalah materi."
Haima kembali mengangguk kecil. "Tapi, aku rasa, hampir semua firma kaya gitu. Zaman sekarang, materi nomor satu, sisanya urusan nanti. Tapi ya tetap balik lagi ke kamu, kalau udah ga nyaman ya pindah aja. Tunggu kontrak habis ya?"
Akandra menggeleng. "Tunggu pendapat kamu."
Haima menaikkan sebelah alisnya. Akandra menunjuk ke depan dengan dagunya. Haima berbalik, ternyata ada pembeli.
Akandra ikut berdiri saat ada pembeli lainnya. Melayani dengan cepat dan kembali duduk berhadapan.
"Jadi, apa kabar baik yang kamu punya?" tanya Akandra.
Haima tersenyum cerah sebelum menjawab, Akandra jadi ikut tersenyum padahal tidak tau apa yang akan Haima katakan.
"Aku masuk kandidat karyawan yang akan dapat promosi bulan depan," ucap Haima semakin tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend's House
ChickLit(Privat acak, follow sebelum baca) Tidak ada tempat ternyaman untuk Haima kecuali rumah Akandra, sahabatnya. Rumah warisan yang Akandra tinggali seorang diri ini sudah seperti rumah milik Haima juga. Sejak direnovasi tujuh tahun lalu, gadis itu tida...