22. Duka

1.4K 167 23
                                    

Double up nih, voment ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double up nih, voment ya!

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Hari Senin pagi, Haima sudah siap dengan pakaian formalnya dan siap untuk pergi ke rumah Akandra. Pria itu mengambil cuti khusus untuk hari ini. Mengantar Haima interview dan mempersiapkan acara nanti malam.

Kenapa Haima yang ke rumah Akandra? Karena Haima ingin sarapan di sana dan karena jaraknya menjadi sedikit lebih dekat dibanding jika Akandra yang menjemputnya.

"Aku pergi ya, Pak. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan buat langsung telepon," ujar Haima.

Bapak terkekeh pelan. "Iya, kamu juga hati-hati, semoga langsung dapat kabar baik."

Haima tersenyum dan mengangguk lalu berpamitan.

"Ima," panggil Bapak membuat Haima menolehdan kembali mendekat. "Bapak percaya sama Akandra, Kalau kamu butuh sesuatu, minta sama dia. Akandra pasti bisa bantu kamu."

Haima terkekeh lalu mengangguk kecil. "Dari dulu juga memang gitu, kan? Akandra yang selalu bantu kita."

Bapak mengangguk dan menyuruh Haima untuk segera pergi sebelum terlambat. Haima kembali mengangguk dan pergi.

Hatinya sedikit berdebar karena melihat kesempatan yang sepertinya memiliki peluang baik yang lebih besar, belum lagi hubungannya dengan Akandra yang di luar ekspetasinya. Haima sedang dalam kondisi yang senang.

Tidak sampai setengah jam Haima sudah sampai di halaman rumah Akandra, dia melihat mobil Ayah ada di depan pagar, Haima terus tersenyum dan berjalan masuk, tapi sebelum menekanbel, Haima mendengar suara cakap-cakap di halaman samping. Haima berjalan ke samping dan melihat Akandra yang sedang menyiram tanaman bersama Bunda.

"Aka--"

"Bunda tetap ga setuju sama Haima."

Haima menelan suaranya sendiri saat mendengar ucapan Bunda lalu sedikit mundur ke belakang pintu taman.

"Bunda, kita udah bahas ini berkali-kali. Kalau engga sama Haima, aku ga mau."

"Akandra, Bunda juga tau dia anak yang baik, tapi dia ga akan bisa jadi keluarga kita, Akan. Kamu tau sendiri keluarga besar kita kaya gimana. Dan lihat keluarga Haima, bukannya Bunda mau mencela, tapi keluarga dia sangat biasa, selain itu mereka ga harmonis. Ayolah, nurut sama Bunda kali ini aja."

"Bunda!"

"Pikirkan lagi dan coba temui Tania sekali aja."

Akandra menggeleng. "Haima ga perlu jadi bagian keluarga besar Bunda atau Ayah. Haima cuma perlu jadi keluarga aku."

"Akandra."

"Engga, Bunda. Ga masalah kalau Bunda ga restuin kita, karena aku udah minta restu baik-baik. Apapun keputusan Bunda, aku tetap akan menikahi Haima bulan September."

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang