18. So...?

1.3K 166 64
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Akandra benar-benar tidak datang. Haima sampai di rumah saat hari sudah malam, setelah mengirim pesan, Haima kembali menunggu kurang lebih tiga jam dan akhirnya memutuskan pulang berjalan kaki.

"Dari mana sih kamu? Jualan sebentar malah ngilang, bukannya bersih-bersih rumah!" teriak Ibu begitu Haima masuk rumah.

Haima menghiraukannya dan memilih langsung masuk kamar dan menutup pintu. Dia merebahkan tubuhnya tengkurap dan tiba-tiba terisak. Haima sudah tidak bisa menahannya lagi.

Rasa sesak dan sesal begitu memenuhi hatinya.

Haima memang mengatakan bisa mendatangi Akandra ke London atau mereka bertemu saat Akandra pulang, tapi kapan? Itu masih lama, Akandra baru saja pergi hari ini. Dan Kapan Haima bisa menyusul Akandra ke sana?
Sepertinya tidak akan bisa dengan kondisi keuangan Haima yang pas-pasan seperti sekarang.

"Haima!"

Haima tersentak dan bangun dari tidurnya, sudah pagi. Haima langsung mengecek ponselnya, tetap tidak ada balasan dari Akandra. Mendesah pelan, Haima bangkit dan memilih untuk mandi dan bersiap untuk berjualan.

Tidak ada tenaga untuk bekerja hari ini, tapi semuanya harus berlanjut. Haima butuh uang, itu artinya dia harus bekerja.

Selesai menutup kedai pukul sepuluh pagi, Haima memilih langsung ke cafe, lebih baik diam atau membantu di sana daripada tetap di kedai, pikirnya.

"Eh, Mba, kok udah di sini?" tanya Gani, salah satu rekan kerja Haima.

"Iya, lagi pengen datang cepat aja. Aku tunggu di dalam ga apa-apa, kan? Bisa bantu cuci piring juga."

"Ya ga apa-apa, tapi sayang kenapa ga istirahat aja."

Haima hanya tersenyum kecil lalu masuk ke bagian belakang dan menyapa temannya yang lain. Tidak banyak yang bisa di lakukan, jam ramai biasanya terjadi pukul tujuh pagi, dua belas siang dan tujuh malam, di luar jam itu biasanya hanya satu dua orang yang datang dan memesan.

Haima masih sesekali mengecek ponselnya. Kemarin memang ada pesan balasan dari Bunda Akandra, katanya kemarin mereka ke Bandara mengantar Akandra yang memang akan ke London dan Haima tidak membalas lagi pesan itu.

Sebenarnya Haima juga kecewa, kenapa Akandra pergi tiba-tiba. Bukankah tidak bisa pergi ke luar negeri mendadak? Itu artinya Akandra sudah menyiapkannya dari jauh jauh hari, bukan? Setidaknya perlu waktu untuk menyiapkan dokumen keberangkatan.

Haima mengembuskan napas pelan, lebih baik dia fokus dulu untuk menyelesaikan pekerjaannya, karena ini sudah masuk shift-nya.

"Haima?"

Haima mengangkat wajah saat seseorang di depannya memanggil. Orang itu tersenyum ramah, sangat ramah seperti sudah saling mengenal. Haima mengingat ingat, siapa wanita di depannya ini.

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang