14. Hari Pertama

1.7K 147 74
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

"Awalnya cafe ini cuma buka pagi-pagi. Kita buka jam lima pagi sampai jam sepuluh pagi, khusus buat sarapan gitu. Orang-orang yang mampir biasanya pekerja malam yang pulang pagi dan pekerja pagi yang baru mau berangkat kerja. Tapi karena satu dan lain hal, kita jadi buka sampai malam."

Haima mengangguk pelan, ini hari pertamanya di cafe Blue Moon, cafe milik Satara. Setelah mengatakan ketersediaannya untuk bekerja di cafe ini, hari ini Haima langsung bekerja. Satara bilang, Haima bisa langsung datang ke cafe dan membahas tentang kontrak kerja nanti malam saat Satara pulang dari kantor.

"Kita cuma ada dua shift, pagi dari jam empat pagi sampai jam dua belas siang, dan shift siang jam dua belas sampai jam sembilan malam. Shift siang memang lebih satu jam kerjanya, karena biasanya closing-an selalu lama, tapi Pak Satara kasih uang tambahan buat yang kerja shift siang," lanjut Sila. Pekerja yang mengajarkan Haima beberapa hal siang ini.

Semua pekerja di sini berumur di bawah 30 tahun, jadi Haima yang paling tua di sini, dia panggil Mba oleh semua orang di sini, sedikit canggung, tapi tidak masalah.

"Kita cuma lima orang, Mba udah kenalan kan sama yang lain?" tanya Sila diangguki Haima.

"Sekarang jadi berenam sama Mba Haima. Shift kita diatur setiap minggu, tapi katanya Mba cuma siang ya?" tanya Sila lagi.

"Iya, tapi kalau kalian mau tuker shift juga, aku ga masalah kok."

"Oke, mungkin sesekali kalau butuh doang ya. Pekerjaan kita ga banyak, tapi harus bisa semua, Mba. Kalau kitchen kita ada khusus satu orang setiap shift, tapi kasir dan waiters gantian aja siapa yang kosong, dan kalau kitchen lagi sibuk biasanya harus bantu juga, dan yang penting cara buat kopi, kita udah ada takarannya jadi ga susah, ga masalah kan?"

Haima tersenyum dan mengangguk. "Ga masalah, aku bisa juga kok di kitchen dan buat kopi ada pengalaman juga."

Sila hanya tersenyum menanggapinya. Anak itu tipe yang sangat ramah dan aktif, Haima menyukainya.

Siang ini tidak terlalu ramai orang, hanya satu dua yang memesan kopi.

Haima berdiri di belakang kasir, merapikan apron berologo cafe yang dia kenakan. Dia sudah siap menerima pelanggan pertamanya hari ini.

Haima tersenyum saat pintu terdorong dari depan, tapi hanya beberapa detik, senyumnya langsung hilang saat melihat Akandra. Berbalik dengan Akandra yang terus tersenyum.

"Aku mau ice americano," kata Akandra saat sudah di depan kasir dan berhadapan dengan Haima.

"Kamu penguntit, ya?" tanya Haima membuat Akandra terkekeh pelan.

"Mana mungkin."

Haima segera memasukkan pesanan Akandra dan mengambil uang dari Akandra, lalu bergegas membuat kopi seperti yang Sila ajarkan tadi.

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang