ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHaima tersenyum lebar sejak tadi pagi. Dia dapat kabar jika dia masuk kandidat karyawan yang akan dapat promosi bulan depan. Walaupun masih kandidat, tapi setidaknya Haima mendapatkan kesempatan ini.
Semenjak direktur keuangan diganti beberapa bulan lalu, sistem kerja mereka memang menjadi lebih efisien dan tertata, termasuk pembagian pekerjaan yang cukup adil dibanding atasan yang sebelumnya. Setiap pekerjaan berada di tangan ahlinya. Tidak ada lagi si A mengerjakan pekerjaan si B.
"Happy ya, Ma?" tanya Satara, direktur keuangan yang kita bicarakan barusan. Beliau masih sangat muda untuk ukuran direktur di perusahaan ini, karena yang lain berusia lima puluhan, sedangkan Satara baru tiga puluh dua.
"Eh? Iya, Pak." Haima sedikit kaget dengan kedatangan Satara di depannya kemudian terkekeh kecil.
Satara ikut terkekeh. "Semoga kali ini rezeki kamu ya."
"Aamiin, terima kasih, Pak!"
Haima terus tersenyum mengiringi langkah Satara yang kembali ke ruangannya.
Ah, Haima hampir melupakan sesuatu. Dia mengeluarkan ponsel lalu mengetik pesan di room chat Akandra.
Haima :
Aku ada kabar baik. Balas kalau kamu udah free! :)Pesan yang terkirim hanya ceklis satu. Akandra sepertinya benar-benar sibuk hari ini. Haima melihat jam di mejanya, baru pukul dua. Dia tidak sabar ingin bercerita kepada Akandra.
Waktu berlaku, sudah pukul lima. Waktunya Haima pulang. Sebelum keluar kantor, Haima mengecek ponselnya sekali lagi, Akandra belum membalas pesannya, dan tanda pesannya masih ceklis satu. Haima jadi penasaran, apa sidangnya berjalan dengan lancar?
Haima menghela napas pelan, berjalan ke arah halte sambil memikirkan Akandra. Pria itu bilang, kasus kali ini cukup rumit. Akandra ada di pihak terduga pelaku pemerkosaan. Saat bercerita tiga hari lalu, Haima yang mendengar langsung menyuruh Akandra untuk mundur dari kasus itu, bagaimana pun, Akandra harus tetap ada di jalan yang benar.
Tapi, Akandra kembali menjelaskan, tidak semua pengacara yang berada di pihak orang yang terduga bersalah berarti harus membelanya dan mengatakan dia tidak bersalah. Tapi, tugasnya ada memastikan hukum berjalan sebagaimana mestinya dan memastikan hak-hak terduga pelaku terpenuhi selama sidang. Akandra meyakinkan Haima jika dia akan selalu berada di jalan yang benar.
Haima mengembuskan napas pelan, dia baru sampai di depan rumah. Begitu masuk setelah mengucapkan salam, Haima melihat Bapak tidur terlentang di depan televisi.
"Kenapa, Pak?" tanya Haima. Tidak biasanya Bapak pulang dibawah pukul delapan malam.
"Kurang enak badan, Ma."
"Ke kamar aja kalau gitu, istirahat Pak. Ibu sama Diah mana?" Haima mendekat dan mengecek tubuh Bapak yang ternyata normal.
"Bapak ga apa-apa. Ibu sama adikmu ada di kamar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend's House
Genç Kız Edebiyatı(Privat acak, follow sebelum baca) Tidak ada tempat ternyaman untuk Haima kecuali rumah Akandra, sahabatnya. Rumah warisan yang Akandra tinggali seorang diri ini sudah seperti rumah milik Haima juga. Sejak direnovasi tujuh tahun lalu, gadis itu tida...