23. Putus

1.2K 156 21
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHaima keluar dari cafe sambil bernapas sedikit kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Haima keluar dari cafe sambil bernapas sedikit kasar. Dia baru saja berbicara dengan Satara dan mengatakan keputusannya tentang berhenti bekerja di sana, Haima juga berterima kasih atas kesempatan yang sangat baik itu.

Akandra mengulurkan tangannya yang langsung diraih Haima. Berjalan bergandengan ke arah mobil Akandra.

"Boleh aku tau rencana kamu, Love? Kamu belum kasih tau aku apa pun," pinta Akandra.

"Nanti kamu tau."

Akandra menghela napas dan mengangguk, memasangkan sabuk pengaman Haima dan pergi dari halaman cafe.

"Kita makan malam di rumah aja ya? Aku mau masak," ajak Akandra.

"Engga. Aku ga mau ke rumah kamu."

"Kenapa? Udah satu bulan ini kamu selalu tolak kalau aku ajak ke rumah. Ada apa, Sayang? Ada yang buat kamu ga nyaman di rumah?"

Haima tidak menjawab dan mengalihkan pandangannya, Akandra dengan cepat menarik pelan dagu Haima agar kembali menatapnya.

"Jawab, Sayang." Akandra menahan tangan kirinya di dagu Haima.

"Aku ga suka aja di sana."

"Alasannya?"

"Ga ada. Udahlah antar aku pulang kalau kamu ga mau makan di luar." Haima menepis tangan Akandra dan kembali menatap ke jendela samping.

Satu bulan ini hubungan Haima dan Akandra sedikit merenggang. Akandra belum tau alasannya, dia hanya berpikir jika Haima masih sedih karena meninggalnya Bapak. Tapi bukankah ini berlebihan? Kenapa harus sampai menjauhi Akandra.

Haima duduk sedikit jauh dari Akandra dan bersandar ke pintu mobil. Dia juga lelah mempersiapkan beberapa hal untuk masa depannya. Haima tertidur sepanjang jalan pulang.

Akandra membangunkan Haima saat mereka sudah sampai, dan ternyata Akandra tetap membawa Haima ke rumahnya. Haima langsung turun dan berniat berjalan menjauh, tapi Akandra menahannya.

"Aku bilang ga mau ke sini!" seru Haima berusaha melepaskan tangan Akandra.

"Kita bicara di dalam." Akandra menarik paksa tangan Haima dan menggendongnya.

Haima meronta dan menendangkan kakinya meminta turun. Akandra menghela napas saat Haima tiba-tiba menangis dan menurunkannya di pintu masuk.

"Iya maaf, kita ga akan masuk. Maaf." Akandra menghapus air mata Haima dan memeluknya.

Akandra mengusap punggung Haima pelan lalu menuntunnya kembali ke mobil.

"Coba cerita, kamu kenapa? Ga mungkin kan karena meninggalnya Bapak, kamu sampai ga mau ke rumah kita?" tanya Akandra.

Haima tidak menjawab, sesekali sesegukan. Entah harus menjelaskan atau bertanya dari mana. Haima tidak tau.

"Aku mau pulang."

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang