19. Hug

1.5K 162 60
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Akandra terus memegang tangan Haima selama beberapa menit setelah mereka sampai di cafe, shift kerja Haima sebentar lagi dimulai dan Akandra juga harus kembali bekerja, tapi Akandra enggan untuk berpisah.

"Aku harus kerja," ucap Haima pelan seraya mengulum senyum.

"Aku juga," balas Akandra.

Haima terkekeh dan menarik paksa tangannya dari genggaman Akandra tapi Akandra kembali menarik tangan Haima.

"Akan ..."

"Nanti malam aku jemput."

"Hm." Haima mengangguk dan tersenyum kecil.

"Kita makan malam bareng?"

"Hm."

"See you soon."

Haima kembali mengangguk dan akhirnya tertawa pelan. "Udah sana, delapan jam lagi kita ketemu."

"Aku ga mau pergi."

"Kamu harus kerja."

Akandra menghela napas. "Kamu benar, aku harus kerja lebih keras buat biaya pesta tujuh hari tujuh malam."

Haima tertawa pelan dan kembali menarik tangannya. Sejak mereka resmi berpacaran, Akandra beberapa kali mengatakan akan mengadakan pesta yang megah, benar-benar megah, pria itu bahkan sudah membuat rencana di buku hariannya, mulai mencari vendor, gedung dan sovenir untuk para tamu.

Haima hanya tertawa melihatnya, tidak melarang tapi aneh saja pikirnya. Mereka bahkan baru beberapa hari pacaran, tapi Akandra sudah berpikir sangat jauh.

"I miss you already."

Haima tersenyum dan mendorong AKandra pelan lalu masuk ke cafe tanpa mengatakan apa-apa lagi atau Akandra akan menahannya lebih lama.

Haima menghela napas pelan dengan bibir yang terus tersenyum, siapa sangka mereka benar-benar menjadi sepasang kekasih. Semoga Haima tidak akan kehilangan Akandra seperti dengan cara apa pun.

Hari ini berjalan dengan lancar, Haima juga kembali bertemu dengan Sabrina, putri Satara. Anak itu terlihat sangat supel, mau mengobrol dengan siapa saja termasuk Haima.

Haima jadi penasaran, kenapa Satara bercerai? Jika dilihat kasat mata, Satara adalah orang yang sangat baik, perlakuannya kepada Sabrina juga sangat mencerminkan jika Satara adalah ayah yang baik.

"Dor!"

Haima terpekik dan melihat ke belakang. Sila.

"Mba suka sama Pak Satara?" tanya Sila.

"Engga lah, aku lihat Sabrina bukan Pak Satara."

Sila menyeringai usil.

"Serius. Lagi pula aku udah punya pacar," ucap Haima pelan.

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang