27. Menyerah

931 141 20
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤAkandra melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh pagi, dia sudah ada di bandara sejak dua jam lalu, Akandra juga sudah melihat Haima beberapa saat lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Akandra melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh pagi, dia sudah ada di bandara sejak dua jam lalu, Akandra juga sudah melihat Haima beberapa saat lalu. alih-alih menemani Haima, Akandra memilih hanya melihat dari jauh.

Akandra berbohong saat dia bilang tidak bisa mengantar Haima, nyatanya dia tiba lebih dulu di bandara. Banyak alasan yang membuat Akandra memilih untuk tidak mendekati Haima, salah satunya adalah rasa bersalah yang mungkin akan Haima rasakan jika Akandra mengantarnya.

Haima hanya sendirian, tanpa ditemani keluarga atau teman, Lea dan keluarganya juga sudah tiba di Turki beberapa hari lalu, jadi Haima hanya pergi sendiri.

Pengumuman keberangkatan terdengar, Haima tampak berdiri dan membawa tas kabinnya lalu berjalan mengatre untuk masuk pesawat. Akandra masih di sana, memperhatikan Haima sampai tubuh kecil itu benar-benar lenyap dari pandangan matanya. Akandra berpindah dan memilih duduk di dekat kaca besar yang memperlihatkan beberapa pesawat yang parkir, termasuk pesawat yang Haima naiki.

"Jangan pernah nyaman sama Turki, Haima." Akandra berbisik pelan saat akhirnya pesawat itu lepas landas.

Akandra menghela napas lalu bangkit untuk pulang.

Tidak ada yang bisa Akandra lakukan lagi di sisa hari ini, dia sudah cukup lama mengirimkan surat pengunduran dirinya, dan resmi menjadi seorang pengangguran sejak beberapa hari lalu.

Akandra awalnya memang hanya ingin pindah firma, ada beberapa penawaran masuk dari firma yang lebih baik, tapi setelah apa yang terjadi diantara dirinya dan Haima, Akandra merasa kehilangan tujuan dan gairah hidupnya.

Akandra semangat bekerja karena ingin menikahi Haima, ingin memberi hidup terbaik untuk Haima, tapi sekarang tidak ada lagi Haima di hidupnya. Tidak ada lagi alasannya untuk semangat.

***

Dua belas jam perjalanan udara, Haima akhirnya sampai. Hal pertama yang dia lakukan adalah mengaktifkan ponselnya dan memcari internet untuk mengirim pesan. Saat Haima sudah mendapatkannya, Haima langsung membuka aplikasi pesan, tapi tidak ada pesan yang dia tunggu. Pesan dari Akandra. Bahkan pesan terakhirnya tadi pagi masih ceklis satu.

Haima sedikit kaget saat ada panggilan masuk, panggilan dari Lea.

"Kamu di mana?" tanya Lea.

Haima melihat sekeliling dan mengatakan lokasinya lalu berjalan keluar dengan panggilan yang masih terhubung. Berjalam beberapa menit, Haima bisa melihat Lea dan anaknya. Haima tersenyum dan melambaikan tangan.

"Selamat datang di Turki." Lea memberikan bunga kecil dan terkekeh saat melihat spanduk yang Lea pegang.

"Terima kasih," balas Haima pelan.

"Ayo pulang, kamu pasti cape."

Haima mengangguk dan medorong kopernya menuju mobil Lea. Seorang sopir mendekati mereka dan mengambil alis koper Haima dan mereka naik mobil meninggalkan bandara.

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang