25. Maaf

852 151 84
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ"Aku harus pulang, Akandra!" Haima mengikuti Akandra yang hendak pergi entah ke mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Aku harus pulang, Akandra!" Haima mengikuti Akandra yang hendak pergi entah ke mana.

Haima dengan cepat berusaha menahan agar pintu terbuka setelah Akandra keluar, tapi percuma, tenaganya tidak sebesar Akandra yang menarik paksa pintu dan langsung menutup juga menguncinya dari luar.

Haima berteriak nyaring saat pintu akhirnya kembali tertutup rapat. Sudah tiga hari dia di rumah ini. Akandra mengurungnya dan mengambil ponselnya. Haima benar-benar tidak diizinkan untuk pergi. Semua akses keluar rumah ini dikunci, telepon rumah diputus dan ponsel Haima diambil paksa oleh Akandra beberapa hari lalu.

Haima menendang pintu dan kembali ke ruang keluarga, duduk di sana tanpa tau harus melakukan apa. Ini juga pertama kalinya Akandra keluar rumah sejak tiga hari. Setelah Haima mengatakan niatnya untuk ke Turki, Akandra berubah seperti orang yang tidak pernah Haima kenal.

Akandra memang tidak menyakiti Haima secara fisik, tapi pria itu jelas jelas mengurung Haima. Saat malam tiba, setelah makan malam, Akandra akan menyuruh Haima untuk ke kamar dan menguncinya dari luar.

Dua jam hanya diam, terdengar pintu terbuka dan Akandra masuk dengan beberapa keresek di tangannya.

Akandra ke dapur lebih dulu, mencuci tangan lalu menghampiri Haima dan membawa makanan yang sudah dipindahkan ke piring.

"Ayo makan dulu," kata Akandra mengulurkan suapan pertama untuk Haima.

Haima menepis kasar tangan Akandra sampai makanan itu terbuang dan berserakan.

Akandra tidak marah. Kembali menyendok makanannya dan mengulurkannya kepada Haima.

"Ayo makan, tapi pagi kamu nggak sarapan." Akandra menempelkan sendoknya tepat di bibir Haima.

Sekali lagi Haima menepis tangan Akandra dan menatapnya marah. "Aku mau pulang!"

"Pulang ke mana? Memangnya kamu punya rumah selain rumah kita?" tanya Akandra pelan seraya membersihkan nasi yang berserakan di sofa.

"Kamu gila, Akandra! Kamu kurung aku berhari-hari di sini. Aku bisa laporkan kamu!"

Akandra mengangguk pelan. "Kamu bisa laporkan aku setelah kamu makan. Buka mulut atau aku pakai cara kasar, Haima."

Haima tetap menutup mulutnya rapat. Akandra menghela napas, kembali ke dapur untuk mencuci  tangannya sekali lagi lalu kembali duduk di sebelah Haima dan mengambil makannya langsung dengan tangan kakan dan tangan kirinya mencengkram pelan pipi Haima agar mulutnya terbuka dan memaksa agar makananya masuk ke mulut Haima.

Haima hendak berontak, tapi tidak bisa saat Akandra memajukan tubuhnya menghimpit Haima di ujung sofa agar tidak bergerak.

"Kunyah," perintah Akandra dengan suara paraunya.

Haima mengunyah makanan di mulutnya dengan mata yang berkaca. Akandra sekali lagi menghela napas kasar, bangkit dan menarik Haima lalu memeluknya. Setelah beberapa saat, Akandra melepaskan pelukannya, kembali menyuapi Haima sampai makanan di piring mereka habis.

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang