2. Pacar

2.6K 247 10
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

"Akan, bisa ga anak yang ajukan gugatan cerai buat orang tuanya?" tanya Haima membuat Akandra menghentikan gerakannya.

Akandra menoleh, mengulurkan tangannya memberikan es krim yang baru saja dia buka. "Kamu udah tanya itu berkali-kali, Aima."

Haima menghela napas. Sering kali terlintas di benaknya untuk menyuruh Bapak bercerai. Jika dipikir secara sederhana, pernikahan yang berusia lebih dari tiga puluh tahun memang sudah tidak membicarakan tentang cinta, tapi kasih sayang. Dan Haima rasa, Bapak tidak mendapatkan itu di rumah.

Bapak kepala rumah tangga, tapi rasanya hanya menjadi orang yang membiayai mereka, sekedar itu. Bukan karena Bapak tidak melaksanakan kewajibannya, tapi karena tidak ada rasa hormat yang Haima lihat dari Ibu untuk Bapak.

Apa rumah tangga hanya bisa harmonis karena harta melimpahnya di dalamnya? Dulu keluarga mereka baik-baik saja. Usaha Bapak lancar, berpenghasilan cukup, tapi sekarang, bukan hanya faktor implasi yang membuat semua bahan pokok menjadi mahal, tapi banyaknya variasi jualan yang sama atau mirip membuat jualan Bapak semakin sepi setiap harinya.

"Akan." Haima mulai mengigit es krimnya lalu mengernyit karena ngilu. "Bunda apa kabar?"

"Baik, sekarang udah mau terapi."

Haima mengangguk. Bunda adalah panggilan untuk ibu Akandra. Beliau sempat jatuh di depan rumah menyebabkan tidak bisa berjalan beberapa saat.

"Ayo pulang. Udah mau jam delapan," ajak Akandra mengulurkan tangannya membantu Haima turun dari ayunan.

Tadi selesai makan malam, Haima mengajak untuk membeli es krim ke minimarket di dekat rumah Akandra, lalu duduk di taman. Haima jalan sedikit berjinjit untuk mengalungkan tangannya di leher Akandra dan Akandra sedikit memiring karenanya.

"Oh iya, aku dapat protes dari fans kamu. Hapus atau arsip foto kita di instagram, mereka ga suka lihat aku di feeds kamu. Aku ga mau diteror lagi karena mereka pikir aku pacar kamu," kata Haima teringat beberapa pesan di instagramnya yang meminta untuk menjauhi Akandra dan meminta untuk menghapus fotonya dengan Akandra.

"Memangnya bukan?" tanya Akandra pelan.

Haima terkekeh dan meninju pelan perut Akandra. "Kayanya kamu betulan butuh istri. Unduh dating apps sana."

"Kan ada kamu, buat apa?"

Haima mengangkat bahunya. Akhir-akhir ini, Haima sering sekali mendengar gurauan Akandra yang seperti itu. Seolah Akandra menginginkan Haima. Tapi, mana mungkin? Iya kan?

Mereka kembali ke rumah Akandra untuk mengambi motor dan Akandra mengantar Haima sampai di depan rumah, setelah sampai, Haima membuka helm dan memberikannya kepada Akandra.

"Masuk dulu?" tanya Haima.

"Engga, salam aja buat orang di dalam."

Haima mengangguk, hendak pergi namun Akandra menahannya. Haima menaikkan sebelah alisnya, kenapa?

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang