Ketika perempuan marah.
────୨ৎ────
Matahari kembali menampakan dirinya, sinarnya memancar ke seluruh bumi belahan timur. Disini dua manusia berlawanan jenis merasakan cahaya tersebut membuat mereka sedikit terusik.
Azoya perlahan membuka matanya, saat matanya sudah terbuka sempurna ia mulai menyadari adanya seseorang yang kini memeluknya erat.
Sempat terkejut tetapi Azoya kembali menetralkan nafasnya. Azoya menatap wajah damai Aslan yang berada pada dekapannya. Saat memandang wajah laki-laki itu, mata Azoya tak sengaja bertemu dengan kalung yang melingkar di leher panjang Aslan.
"Gue kaya pernah liat? Ah tapi pasti banyak yang punya kalung kaya gitu kan." Ucap Azoya dalam hatinya.
"Kenapa?" Tanya Aslan tiba-tiba yang membuat Azoya tersentak.
Azoya segera melepaskan pandangannya, "Eh? Maaf."
Keduanya melepaskan pelukan mereka perlahan lalu mendudukan dirinya masing-masing di sofa panjang dimana tempat mereka tidur semalam.
"Maaf semalem gue ngga sadar peluk lo." Ucap Aslan dengan suara rendahnya.
"Lain kali jangan mabok sendiri, bahaya tau!" Omel Azoya, ia tidak bisa bayangkan kalau semalam laki-laki itu nekat akan pulang sendiri jika dirinya dan Haikal tidak menjawab telponnya.
Aslan menghela nafasnya, "Lo ngga ada hak untuk atur gue harus mabok sama siapa."
"Udah di tolongin juga, kaya ngga ada rasa terima kasihnya ya lo." Saut Azoya terpancing emosi.
"Semalem gue udah bilang gue bisa sendiri, lo aja yang maksa mau jemput." Balas Aslan.
Azoya paling tidak suka jika Aslan sudah berbicara angkuh padanya. Apa susahnya hanya sekedar jawab iya saja?
Azoya bangkit dari sofa, "Gila ya udah di tolongin tapi ini balasan lo? Nyesel gue jemput lo tengah malem." Azoya pergi meninggalkan Aslan dengan rasa amarah yang menguasai dirinya.
Brak!
Azoya membanting pintu kamarnya hingga menimbulkan suara nyaring.
•••
Setelah pertengkaran antara Aslan dan Azoya yang terjadi. Aslan tampak tak memperdulikan itu, ia memilih pergi ke kamarnya bersiap melakukan bersih-bersih pada tubuhnya yang sudah sangat lengket.
Laki-laki itu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan juga pakaian santai yang melekat pada tubuh atletisnya. Luna berlari menghampiri Aslan yang baru beberapa langkah keluar dari kamar mandi.
"Halo cantik, udah makan?" Sapa Aslan.
Luna semakin mengusak tubuhnya pada dada Aslan karena kini Aslan telah menggendong tubuh gembul kucing itu.
"Jangan begitu Luna, aku baru mandi tau." Ucap Aslan sedikit mengomel.
Bukannya berhenti, Luna malah semakin mengusak bulu-bulunya pada tubuh Aslan. Tak lama setelah itu kaus yang dikenakan Aslan mulai terdapat bulu-bulu Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELECTRIC LOVE [END]
FanfictionDua insan dipertemukan tanpa sengaja, di sebuah kejadian yang tak mengenakan membuat mereka berselisih panjang. Sampai akhirnya mereka disatukan di sebuat unit apartment karena satu insident. Entah karena jodoh atau bukan tetapi mereka selalu saja...