Setiap garis yang bertemu, akan membentuk sebuah makna baru.
────୨ৎ────
Entah apa yang dikerjakan oleh Aslan tetapi laki-laki itu selalu keluar di pagi hari dan akan pulang pada matahari sudah tenggelam, ini terjadi selama seminggu terakhir ini.
Sebetulnya Azoya sangat ingin bertanya namun mengingat peraturan mereka, niat itu pun ia urungkan.
Azoya menghela nafasnya, "Luna, Papi kamu itu kayanya sibuk banget sih. Berangkat pagi pulang malem, dulu gitu juga ngga?"
Kucing itu seakan-akan mengerti, ia mengangguk kemudian membuka suaranya layaknya kucing yang entah artinya apa.
"Ih kamu lucu banget sih! Yaampun kamu aku gigit ya!!" Dengan gemasnya Azoya mencium seluruh permukaan wajah Luna.
"Hari ini kita masak-masak mau ngga? Masak brownies mau? Kata temen-temen aku brownies buatan aku enak banget, kamu mau coba?"
Meow meow.
"Itu artinya apa Luna, artinya mau banget ya? Okay! Ayo kita cooking cooking, lest go!"
Kebetulan kaki Azoya sudah jauh lebih baik, selama seminggu ini Aslan selalu membantu Azoya untuk mengompres kaki Azoya beserta memberikan salep.
Dan sekarang, Azoya sudah bisa berjalan lagi walaupun belum maksimal sempurna tetapi itu sudah cukup membantu karena kini Azoya sudah bisa kembali berjalan.
•••
Berbeda dengan Azoya dan Luna yang sibuk membuat brownies, di tempat lain Aslan sibuk mengerjakan berlembar-lembar dokumen.
Selama seminggu ini Aslan sibuk mengurus perusahaan Omanya, ini memang bukan yang pertama karena dulu ia juga sudah mulai membantu sesekali tetapi karena kini ia sudah menganggur jadilah Omanya itu memberikan lebih banyak beban pekerjaan pada cucunya itu.
"El sumpah pala gue pusing banget, gue ngga tau lagi ah ini gimana." Aslan melempar dokumen- dokumen itu ke meja kerjanya.
"Jangan tantrum dulu anjir! Belom ada 10 menit lo pegang itu ya Aslan." Peringat Elkaira yang sudah jengah.
Aslan merengek seperti anak kecil yang tidak dibolehkan membeli mainan, "Capek El!"
"Gimana mau selesai kalo lo banyak ngeluhnya Aslan Laksamana. Cepet selesaiin!"
"Engga. Mau." Aslan membuang wajahnya lalu melipat kedua tangannya didepan dada.
Elkairo memijat kepalanya, beginilah Aslan sangat mood-moodan kalau melakukan pekerjaan. Memang cukup merepotkan tetapi diluar itu Aslan juga terampil karena ia selalu melakukan pekerjaannya dengan sempurna. Hanya kurangnya itu saja, sangat moody-an.
"Yaudah maunya gimana Aslan Laksamana? Gue pusing ngurusin lo." Ucap Elkairo yang sudah sebal di level akhir.
"Gue mau tidur dulu, lo jangan ganggu gue." Aslan beranjak kemudian ia pergi menuju sofa tak jauh dari meja kerjanya. Ia membaringkan tubuhnya disana lalu menutup matanya dengan lengannya.
Elkairo membuang nafasnya perlahan, "Sabar El sabar... lo ngga akan bisa jadi kaya kalo resign sekarang."
•••
Seperti biasa Aslan akan pulang saat bulan sudah menjemput. Aslan membuka pintu apartmen dengan wajah yang sudah sangat lesu dan pakaian yang berantakan.
Klek!
Saat suara pintu itu terdengar, Luna dengan cepat berlari menuju pintu ia tau bahwa itu pasti Aslan.
"Hai cantik, udah makan?" Aslan menggendong Luna dan membawanya masuk.
"Udah pulang Lan." Tanya Azoya basa basi yang berharap dibalas baik oleh sang lawan.
"Buta mata lo? Kalo gue disini artinya apa hah?" Balas Aslan ketus.
Azoya datang membawa sepiring berisi brownies buatannya bersama dengan Luna, "Santai aja kali gue cuma nanya."
"Apaan nih?" Tanya Aslan menujuk piring yang dibawa kleh Azoya.
"Nih cobain, tadi gue buat brownies itung-itung aja sebagai tanda terima kasih gue karna kemarin udah bantu gue buat obatin luka gue." Azoya memberikan piring tersebut.
Tanpa ragu laki-laki itu memakan satu potong brownies buatan Azoya.
"Enak?" Tanya Azoya penasaran.
Aslan mengangguk, "Enak tapi kemanisan buat gue yang ngga suka manis. Tapi ini enak."
"Berapa ratenya kalo dari satu sampe sepuluh?"
"Sembilan."
Mata azoya berbinar, "Serius segitu? Ah Luna ngga sia-sia kita tadi masak-masak!" Pekik Azoya senang dengan membawa Luna kedalam dekapannya lalu ia berputar-putar.
Aslan tersenyum tipis bahkan hampir tak terlihat. Ini pertama kalinya ia merasakan hangatnya suasana rumah, biasanya dirinya hanya disambut oleh Luna tetapi kini bertambah satu orang yaitu Azoya.
Azoya, gadis yang tak pernah ia sangka untuk menjadi sedekat ini. Secara hubungan memang belum dekat, tatapi dari jarak? Mereka tinggal satu atap karena kesialan tetapi membawa makna baru dalam kehidupan mereka.
"Udah-udah pusing itu anak gue lo puter-puter gitu." Aslan menghentikan Azoya kemudian kembali menarik Luna kedalam dekapannya.
"Eh, maaf maaf."
"Gimana hari ini? Luna ngga repotin lo kan?" Tanya Aslan.
Azoya menggeleng, "Dia baik banget. Bahkan tadi dia bantuin gue masak, dia itu yang nungguin browniesnya jadi di depan oven."
Aslan mengangguk, "Bagus deh kalo dia ngga banyak tingkah. Tapi lo pake jampi-jampi apaan Luna sampe nempel banget sama lo."
"Dih, engga ya! Dia tuh tau mana cewek cantik dan baik hati makannya dia cepet akrab sama gue." Balas Azoya angkuh.
"Najis! Makan tuh cakep." Cetus Aslan sinis dan ia memasukan satu potong brownies pada mulut Azoya kemudian ia kabur pergi menuju kamarnya membawa Luna.
"Aslan! BENER-BENER LO YA!"
────୨ৎ────
See you in another chapter!!
Vote & Komen jangan lupa yaa teman-teman tersayang ᥫ᭡.
—𝓐
KAMU SEDANG MEMBACA
ELECTRIC LOVE [END]
Hayran KurguDua insan dipertemukan tanpa sengaja, di sebuah kejadian yang tak mengenakan membuat mereka berselisih panjang. Sampai akhirnya mereka disatukan di sebuat unit apartment karena satu insident. Entah karena jodoh atau bukan tetapi mereka selalu saja...