CHAPTER 18

385 71 16
                                    

Hujan dan Peran.

────────

Aslan bangkit menghampiri tubuh gadis yang sejak tadi ia tunggu-tunggu kepulangannya.

"Lo ngapain ujan-ujanan?!"

Tanpa berlama-lama Aslan segera mengambil handuk lalu ia lilitkan pada tubuh Azoya yang sudah basah kuyup.

"Tunggu sebentar, gue siapin air anget buat mandi."

Azoya menarik lengan Aslan menghentikan laki-laki itu, "Engga usah. Gue bisa sendiri."

"Gimana cara lo siapinnya? Badan lo udah mengigil abis kaya gini, bahkan bibir lo udah pucet banget. Bentar lagi palingan lo pingsan." Cerca Aslan

"Gue bisa Aslan."

Aslan melepaskan tangan yang sebelumnya melingkar di pinggang Azoya, "Oke kalo lo bisa, silahkan sana."

Belum ada 5 langkah tapi tubuh Azoya sudah hampir jatuh. Untungnya dengan gerakan cepat Aslan mampu menahan tubuh itu.

"Ini yang lo bilang bisa? Jadi orang jangan keras kepala." Aslan mengangkat tubuh Azoya, ia bawa tubuh mungil itu ke sofa.

Air hangat telah siap, Azoya dibantu oleh Aslan menuju kamar mandi dengan dituntun. Jika tidak begitu bisa saja Azoya kembali jatuh.

Sekitar 15 menit Azoya mandi, ia kembali menuju ruang tamu setelah merasa lebih segar. Disana sudah terdapat segelas coklat panas dan satu potong cheesecake.

Aslan menghela nafasnya, "Gue bukan mau ikut campur, tapi bisa ngga lo jaga diri lo dengan baik? Lo ngga kasian sama tubuh lo yang harus nanggung keegoisan lo?"

Azoya terdiam, ia menundukan kepalanya. Sesekali ia meneguk coklat panas dan juga menyuapkan satu suap cake.

"Kenapa cuma diem aja?"

"Gapapa."

"Sini."

"Apa?"

"Sini gue usap kepalanya, hari ini berat ya?" Aslan membawa telapak tangannya pada puncuk kepala Azoya, ia usap pelan.

Detik itu juga pertahanan Azoya runtuh, air mata yang sedari awal ia tahan akhirnya terjatuh. Satu tetes berubah menjadi deras.

"Boleh pinjem peluk juga sekalian?" tanya Azoya pelan.

Aslan tersenyum kemudian mengangguk, "Boleh."

Aslan merengkuh tubuh mungil Azoya. Punggung yang sudah lama menanggung beban kini bergetar, mata yang selalu berbinar kini penuh dengan air mata, dan tangan mungil lembut meremas ujung pakaian Aslan.

"It's okay... nangis aja kalo itu bisa bikin lo lebih tenang. Seperti waktu lo dengerin cerita gue, lo juga bisa berbagi cerita lo ke gue. Seperti gue percaya ke lo, lo juga bisa percaya ke gue. Gue bisa denger cerita lo." Bisik Aslan sembari mengusap punggung kecil Azoya.

Sekitar 15 menit Azoya memangis dipelukan Aslan.

Sudah merasa puas, Azoya melepaskan pelukannya pada Aslan. Aslan memberikan tisu pada Azoya, gadis itu perlahan mengusap wajahnya menghapus jejak air matanya.

"Udah?"

Azoya mengangguk, "Gue boleh cerita?"

"Boleh."

"Hari ini gue baru tau temen-temen gue diem-diem selidiki rumor yang tertimpa ke gue, dan tadi gue dapet rekaman suara dari Noora isinya rencana busuk Erika yang mau hancurin karir gue—"

"—ternyata selama ini dia iri sama kesuksesan gue, itu yang buat dia mau ancurin gue. Lebih gilanya ternyata Jericho ada rasa juga sama gue, disitulah yang bikin Erika semakin marah dan pengen karir gue hancur lewat Jericho."

Azoya terkekeh, "Di waktu yang bersamaan, salah satu brand yang jadiin gue BA juga tiba-tiba aja hubungin gue buat kesana untuk tanda tangan pemutusan kontrak. Dan sampai disana ternyata gue ketemu sama dia. Ternyata gue di gantiin sama dia, Erika gantiin gue—"

"—disitu gue marah banget dan tanpa pikir panjang gue langsung tanda tangan pemutusan kontrak habis itu gue pergi, gue udah engga ada tenaga untuk berdebat disana. Waktu mau pulang ternyata hujan, yaudah deh." Cerita Azoya panjang dan didengarkan oleh Aslan dengan baik.

"Terus selanjutnya gimana? Lo akan apa?" Tanya Aslan

"Gue akan sebarin bukti itu ke publik lewat akun kosong. Gisheila udah atur semuanya, dia yang akan upload dengan dibantu temen-temen gue yang lain."

Aslan mengangguk, "Good job! Itu pilihan yang bagus. Lo harus lawan orang-orang kaya gitu, lo ngga bisa diem aja."

"Iya, gue baru sadar kalo keputusan buat diam dan biarin beritanya hilang itu adalah hal yang salah dengan begitu gue malah buat nama gue jadi kotor."

"Iya karna orang cuma liat jeleknya aja, mereka ngga akan pernah liat seribu kebaikan lo kalo lo udah buat 1 kesalahan."

Azoya mengangguk setuju, "Terus kalo lo gimana? Kasus lo udah sampe mana."

"Lo percaya gue engga begitu?" Aslan menatap mata Azoya.

"Percaya aja, lagi pula media emang ngga akan selalu 100% bener karna pasti ada aja yang mereka edit-edit artikelnya supaya viral."

Aslan mengangguk lalu ia beranjak, "Gue duluan ke kamar. Lo jangan kelamaan disini, udaranya dingin. Apalagi lo habis ujan-ujanan, jaga kesehatan karna habis ini pasti media semakin kejar-kejar lo."

"Iya."

────────

Gais kalian ada yang sadar ngga kalo aku dari kemarin salah bikin nama buat karakter haechan disini? T_T demi aku baru sadar banget kalo dari chapter 10 bikin nama dia salah T_T Aku malah bikin jadi Haikal bukan Elkairo COY SERIUS AKU BARU SADAR BANGETTTTTT

Kayanya waktu ngetik terlalu fokus ke Zoya Aslan sampe karakter lain hilang identitas T_T maaaffff yaa gaisss, kalian juga tidak ingetin akuuu T_T

Itu 7 Chapter bikin nama Elkairo jadi Haikal buset gue kesambet apaan yaa ituu. Dan bisa-bisanya aing baru sadar njirr dahlahhhh T_T

See you in another chapter!!
Vote & Komen jangan lupa yaa teman-teman tersayang ᥫ᭡.

—𝓐

ELECTRIC LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang