It is not your job to be everything to everyone.
────୨ৎ────
Azoya hanya dua hari di Macau, hari ini ia kembali ke Jakarta untuk kembali melanjutkan pekerjaan yang lainnya.
"Jangan salah ambil koper lagi." Peringat Gisheila.
Azoya memutar bola matanya malas, "Iya bawel." Balasnya ketus, ia juga memperlihatkan kertas yang tergantung pada kopernya yang berisikan namanya.
"Puji Tuhan ngga salah lagi." Balas Gisheila mengucap syukur.
"Hari ini ada jadwal apa?" Tanya Azoya.
"Hari ini istirahat aja, buat hari ini sama besok lo gue liburin sebagai ganti yang kemarin."
"Dua hari doang? Bisa kali seminggu, modelnya capek nih." Balas Azoya menggoda.
"Satu hari lu libur sama aja udah hamburin duit ratusan juta."
Azoya mendelik kesal, apa salahnya menolak satu dua perkerjaan untuk liburnya. Managernya yanh satu itu memang lebih ambisius dibandingan dirinya. Tapi tak masalah karena Azoya pun juga menikmati pekerjaannya.
•••
Tak ada hal serius yang akan dilakukan Azoya hari ini, mungkin ia hanya akan makan menonton series dan tidur saja seharian ini.
Sehabis pulang dari bandara gadis itu langsung membanting tubuhnya pada tempat tidur empuk milikny, tak lama setelah itu gadis itu terlelap dalam tidurnya.
Sekitar pukul 7 malam Azoya terbangun itu pun karena suara dering ponselnya yang nyaring.
"Halo, siapa?" Azoya hanya asal menjawab tanpa melihat kontak penelepon.
"Gue Jericho, lo udah hapus kontak gue ya?" Balas manusia dari sebrang telpon.
Azoya kemudian memeriksa kontak penelepon, dan ternyata benar saja bahwa itu adalah dari Jericho. Jericho adalah salah satu patner kerja Azoya yang lainnya pada beberapa waktu lalu.
"Kenapa Jer?"
"Gue boleh minta tolong ke apart gue? Gue kekunci di kamar mandi dan kunci serepnya ada di kamar gue, kunci yang gue pegang sekarang patah jadi engga bisa dibuka pintunya."
Azoya menegakan tubuhnya, "Udah coba hubungin yang lain?"
"Udah, tapi ngga ada yang jawab. Lo bisa kesini tolongin gue? Gue udah kedinginan banget."
"Hm, iya. Tunggu sebentar, gue otw."
"Thanks."
Setelahnya panggilan terputus. Azoya menghela nafasnya berat, kalau boleh jujur ia paling malas berurusan dengan Jericho karena pasti akan ada saja masalah setelah ini.
•••
Klek!
Pintu kamar mandi terbuka, Jericho keluar dalam keadaan yang masih memakai bathrobe berwarna putih dengan panjang hanya sampai lutut kaki.
"Thank you ya, gue ngga tau lagi kalo aja tadi lo ngga jawab telpon gue."
Azoya tersenyum dan mengangguk, "Santai aja. By the way gue balik ya."
"Eh masa langsung balik, hari ini gue traktir di grill and soda sebagai ucapan terima kasih gue."
"Ngga usah kali, gue juga kebetulan tadi mau keluar apart jadi sekalian bantuin." Tentu ini hanya alasan, Azoya ingin pulang sekarang.
"Makan dulu yuk, gue juga laper." Jericho masih dalam pendiriannya.
Tak ada kesempatan untuk menolak karena laki-laki itu lebih dulu pergi ke dalam kamarnya, mungkin ingin berganti pakaian. Azoya hanya pasrah dan mendudukan dirinya di sofa.
"Yuk jalan." Laki-laki itu kembali datang dengan pakaian yang lebih rapih.
Azoya mengangguk dan beranjak, lebih cepat lebih baik jadi dia berencana akan makan dengan cepat lalu pulang.
•••
Dilain tempat lain Aslan berhadapan dengan gadis yang sangat ia hindari dari dunia ini. Ia sama sekali tak menyukai gadis di depannya. Jangan kira itu adalah Azoya karena kenyatanya dia adalah mantan kekasih Aslan yang sangat Aslan benci.
"Kamu kenapa sih selalu ngehindar? Kamu udah engga sayang aku ya."
Aslan memejamkan matanya sejenak kemudian ia kembali membukanya, "Kita udah engga ada hubungan apa-apa Sarah, kita udah putus dihari itu dimana kamu ninggalin aku."
Sarah menggeleng menolak, "Aku harus berapa kali kasih tau kamu kalo aku pergi untuk gapai cita-cita aku! Kamu kenapa engga mau ngerti."
"Gimana mau ngerti kalo kamu aja dari awal engga ada kabarin aku. Kamu pikir aku ini mainan kamu apa, yang kalo udah bosen dibuang. Kamu pergi sesuka hati kamu tanpa kasih kejelasan hubungan ini. Kamu ninggalin aku waktu Papa aku hampir bangkrut, kamu dimana waktu aku lagi butuh pelukan Sar?"
"Aslan..."
"Aku tau saat itu kamu lagi ngga ada kerjaan apapun di Paris, kamu ngapain ke Paris Sar? Jauhin aku? Iya? Karena aku jatuh miskin, iya?"
"Aslan ngga gitu!"
"Cukup Sar, kamu mau sujud di kaki aku sekali pun aku engga akan mau untuk melanjukan hubungan itu lagi."
Sarah menunduk, "Aku boleh minta peluk untuk terakhir kalinya?"
Mengangguk, Aslan mengiyakan mau gadis itu. Toh ini bukan hal besar untuknya. Aslan merengkuh tubuh gadis itu sekitar dua menit, setelahnya ia melepaskannya.
"Be happy Aslan."
Gadis itu pergi meninggalkan caffe dimana caffe itu adalah caffe favorite mereka dulunya. Sayang sekali itu hanya akan menjadi kenangan.
Hubungan mereka bukan hubungan singkat karena sudah berjalan hampir 3 tahun, tetapi harus kandas dihari saat Sarah meninggalkan Aslan ketika kekuangan keluarga Aslan mengalami gangguan. Dan tepat satu tahun lalu Sarah meninggalkan Aslan tanpa kabar, bahkan seluruh sosial media Sarah tak ada yang bisa Aslan hubungi.
Dari sana Aslan akhirnya sadar bahwa Sarah hanya memanfaatkan hartanya, buktinya gadis itu kembali datang memohon untuk kembali ketika Aslan mendapatkan masa kejayaannya lagi. Walaupun awalnya Aslan sempat meragukan kebusukan Sarah, namun hari ini ia semakin sadar.
"Brengsek." Umpat Aslan kemudian membuang gelang pasangan mereka berdua.
────୨ৎ────
See you in another chapter!!
Vote & Komen jangan lupa yaa teman-teman tersayang ᥫ᭡.
—𝓐

KAMU SEDANG MEMBACA
ELECTRIC LOVE [END]
FanfictionDua insan dipertemukan tanpa sengaja, di sebuah kejadian yang tak mengenakan membuat mereka berselisih panjang. Sampai akhirnya mereka disatukan di sebuat unit apartment karena satu insident. Entah karena jodoh atau bukan tetapi mereka selalu saja...