Bab 10: KILAS BALIK.

28 5 0
                                    

Netra jingga milik Qing Yan  mengerjap kala langit yang tadi dipandang berubah menjadi beberapa potong adegan. Dia melihat kakaknya, sedang mengamuk bersimbah air mata.

"Qing'er! Kamu gila! Untuk apa kamu mengorbankan nyawamu demi orang lain?!"

"Berhenti mengharapkan cinta yang mulia! Sadar Qing'er! Yang mulia hanya mencintai perempuan itu!"

"Kau memberikan darah kehidupanmu sama halnya dengan menyerahkan dirimu untuk menjadi hujatan dan hinaan. Bahkan, hanya kesengsaraan yang akan kau temui sepanjang kau hidup."

"Sadar, Qing'er! Sadar! Kau lihat, ayahanda dan ibunda! Lihat mereka! Kamu senang buat mereka terpuruk begitu?!"

Napas Rui Chang memburu, rasanya ia ingin menghancurkan dunia. Membinasakan semua yang menyebabkan adiknya menjadi berotak dangkal begini. Terlalu naif dan membabi-buta soal mencintai.

Sedang Qing Yan tidak menyesal, dia senang melihat pujaan hatinya bisa tertawa dan terus hidup. Walau akhirnya, mereka tetap tidak bisa bersatu. Setidaknya di akhir hidupnya, dia bisa melihat tawa itu lagi.

Berhari-hari kakak dan orangtuanya mendiamkannya, menganggap ia tidak ada. Bahkan, mereka selalu makan terlebih dahulu tanpa menunggu dirinya.

Qing Yan mengangguk miris, mungkin ini lebih baik. Daripada, mereka berpura-pura menerima. Tanpa keluarganya ketahui, setiap detik dan menit ia selalu memohon pengampunan, disetiap malam tangis kepedihan mengiringi setiap napasnya. "Ayahanda, Ibunda, Chang'ge maafkan Qing'er."

Satu kejadian, ia tidak sengaja bertemu dengan sahabatnya, orang yang sudah menghasut dan membuatnya bertingkah menjijikan. Sahabatnya itu tersenyum bangga, seolah memamerkan betapa hebatnya dia

Sahabat? Masih pantaskah disebut sahabat?! Karena dia tak lebih dari iblis. Mungkin, iblis pun akan tunduk padanya.
"Terima kasih atas pengorbananmu Qing Yan. Sekarang pergilah dan jalani kehidupanmu dengan tragis!" Dia lalu pergi dengan tawa menggema.

Dalam kehidupannya ini, Qing Yan hanya ingin di cintai, di akui dan di anggap ada oleh seseorang bernama Jian Yang. Tapi, ternyata semua hanya angan belaka. Semua hanyalah ilusi. Bayangan dikala gelap.

"Aku tak mencintaimu. Sampai kapanpun begitu. Kau hanyalah jalan untuk bisa menyelamatkan gadisku, kekasih abadiku."

Ucapan penuh kepastian dan ketegasan, lagi dan lagi meluluh lantakan jiwa Qing Yan. Menggerogoti sampai ke tulang. Mengikis habis pasokan energinya. Tertawa miris, hanya itu yang bisa di lakukan.

"Kakak... Ayah... Ibu. Maafkan aku!"

"Kalau memang ada kehidupan kedua, aku hanya akan hidup untuk kalian. Melihat kalian bahagia dan sehat menjadi tujuanku."

"Dasar sampah! Makhluk hina! Seharusnya kau mati saja!

Siapa mereka, dirinya tak mengenal mereka tapi kenapa mereka ikut menghancurkan raga dan jiwanya?

Menatap kearah langit disertai derai air mata, adegan-adegan terus berubah.

Qing Yan meremas dadanya yang terasa sakit, sesekali tangannya memukul guna menghilangkan rasa sesak yang menghimpit.

Hujatan, makian, hinaan dan cemoohan tercampur menjadi satu. Satu kerajaan menghujatnya hanya karena ia tak memiliki darah kehidupan, melupakan bagaimana ia bisa kehilangan darah kehidupannya.

Apakah sebuah kebodohan karena terlalu mencintai? Seseorang bilang, mencintai dapat membuat kita terus bahagia? Apakah ini bahagia yang dimaksud? Apakah pengorbanan yang ia berikan belum cukup? Lantas, harus dengan apa lagi agar ia bisa bahagia?

"Dengan ini, matilah!!!" Suara tegas sarat kemarahan terdengar begitu jelas. Tangan kekar itu menggenggam erat sebuah cambuk dengan ukiran petir, mengangkat tinggi cambuk tersebut, mengayunkan dengan penuh keyakinan dan......

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang