Bab 30

8 3 0
                                    

Qing Yan duduk di ranjang dengan malas, kedua matanya dipaksa terbuka yang sesekali terpejam tanpa disadari.

"Tuan puteri, anda tidak boleh tidur. Anda harus menunggu yang mulia membukakan tudung  pengantin anda. Baru anda bisa istirahat."

Ucapan dari para dayang beberapa menit lalu terngiang di kepala.

Dua jam, ah.. salah, tiga jam dia dalam posisi duduk tegak tapi orang yang dinanti entah pergi kemana. Tidak dapat menahan kantuk, ia terlelap dalam duduk tidak menyadari pintu terbuka diikuti sosok membawa sebilah pedang.

Berjalan mengendap, sosok itu bersiap menghunuskan pedang sebelum sebuah panah menghunus dadanya.

"Sayang sekali langsung mati. Tak disangka jantungmu berada di kanan."

Prok... Prok...

"Istriku memang hebat." Qing Yan melengos mendapati suaminya bersandar, jangan lupakan raut culas dan menyebalkannya.

"Berisik. Cepat buka tudung ini!" Titah Qing Yan membuat Jian Yang mengerutkan alis lalu terkekeh.

Istrinya mulai mengeluarkan sifat aslinya, eh?

Menuruti titah sang istri, Jian Yang menatap lamat perempuan yang dulu dihindari bahkan hampir kehilangan nyawa karenanya. Dia berjanji dia akan selalu melindungi istrinya. Sudah saatnya dia membasmi para tikus yang menggerogoti Kerajaan nya.

"Bereskan dia!" Qing Yan melirik mayat yang tergeletak mengenaskan dengan tubuh mulai menghitam. "Bukankah kau yang mengundang dia kemari. Suami macam apa yang berencana membunuh istrinya di hari pertama pernikahan!" Omelan Qing Yan dibalas gelakan tawa.

Kerajaan Zhang

"Apa yang akan kau lakukan sekarang Nan Yan? Yang mulia sudah menikah dan kemarin dia menolak menemui mu bahkan kau dilarang menginjakkan kaki di Istana Bintang." Ruo Nan pura-pura bersimpati.

"Kau pikir aku akan diam saja? Tentu tidak Ruo Nan. Dia hanyalah seorang Dewi yang dipilih oleh Kaisar Langit, bukan karena kemampuannya."

"Lupakan soal itu, kita harus bergegas sebelum bulan purnama merah berakhir. Ini adalah kesempatan kita untuk membalikkan keadaan."

Mereka pergi menuju bangsa Iblis. Netra merah milik Nan Yan menatap bulan dengan tajam. Sekarang dia tahu kenapa netranya berubah merah. Karena kebangkitan dia tidak lepas dari campur tangan bangsa Iblis.

Selain masalah Jian Yang, dia juga harus mencari tahu siapa yang memasukan racun sulur hitam kepadanya. Dia bersumpah akan membuat orang itu membayar berkali-kali lipat.

*****

Qing Yan keluar dari kamar mandi dan mendapati kamar telah bersih dan wangi. Tidak sia-sia dia oleskan racun yang dibuat Ye Xi ke sekitar ujung anak panah.

Jadi, bangsa Iblis telah bertindak ya, kalau begitu kebangkitan raja kematian tidak akan lama lagi. Kira-kira siapa yang dijadikan inang oleh raja kematian?

"Apa yang kau pikirkan di kepala cantikmu, istriku?" bisikan halus tiba-tiba menyambut indera pendengaran.

"Jangan panggil gitu, geli." Dengus Qing Yan.

"Semakin dilarang semakin ku turuti."

"Lupakan. Ada yang ingin ku bicarakan." Ujarnya mengubah raut muka menjadi serius.

"Katakan!" Titah Jian Yang menanti.

"Apa kau tahu dimana kemungkinan posisi raja kematian?"

"Lembah kabut. Tapi tepatnya tidak ada yang tahu."

Qing Yan merenung, haruskah dia pergi ke sana dan menyelidiki semua. Apalagi pencetus bangkitnya raja kematian adalah kakaknya sendiri.

Menyadari apa yang ada di pikiran istrinya, sontak Jian Yang menolak mentah-mentah ide itu. Tidak sedikitpun dirinya memberi ijin istrinya pergi kesana.

Berbagai bujuk rayu tak membuat pria itu luluh. Sebaliknya, pria itu justru berbaring sembari menarik tubuh mungil ke dalam dekapannya.

"Patuh lah! Semua demi kebaikanmu. Cukup sekali kau kesulitan di tempat terkutuk itu." Cetus nya saat Qing Yan terus memberontak.

"Kalau anda lupa, andalah yang membuat saya terjebak di sana dan hampir membuat saya terbunuh."

Kerajaan Wang

"Sebetulnya ada apa denganmu Chang, sedari pesta pernikahan kau hanya diam dan melamun." Cecar Xiwu.

"Tidak. Hanya merasa masih tidak terima adikku menikah secepat ini."

"Bukankah kau seharusnya paham, alasan apa yang membuat adikmu cepat-cepat menikah."

Rui Chang berdecak lalu meninggalkan kediaman menuju ruang latihan. Pikirannya berkecamuk. Dia tidak ingin mendengar nasihat-nasihat ataupun celotehan mengenai raja kematian.

Menyebalkan dan buang-buang waktu.

Di tempatnya Xiwu menatap tingkah sahabatnya bingung, apakah semenyakitkan itu di tinggal menikah oleh adiknya.

Yang tidak Xiwu sangka, tingkah aneh Rui Chang berlanjut beberapa hari kedepan membuat semua merasa segan dan waspada kalau tidak ingin punggungnya terkena pecutan.

Selain selalu berdiam diri, emosi Rui Chang menjadi sangat tidak terkendali. Kesalahan kecil berubah besar.

Mungkin hanya kedatangan Qing yang bisa membuat Rui Chang  berubah seperti dulu.

Tak lama sebuah surat berhasil
dikirimkan melalui pos burung merpati. Sembari menunggu balasan, Xiwu membaca beberapa buku.

Thc.....

Apa kabar hari ini?? Semoga masih senyum... memberanikan diri.

Jangan lupakan bintang dan kata-kata mutiara nya 🙋⭐✍️

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang