"Tanganmu bisa terbakar kalau seperti itu." Xiwu berjalan mendekat lalu mengambil alih kipas yang digunakan untuk mengatur suhu api agar tetap stabil. "Biar aku saja, lebih baik kau istirahat."
Ye Xi tak langsung menurut, pandanganya masih tertuju pada panci berisi obat, pikirannya berkelana. Kemudian melirik pria berpakaian hijau di sampingnya.
"Kalau ada pertanyaan, tanyakanlah!" ujar Xiwu sembari mengipas-ngipas dan sesekali membuka tutup panci tanah, memastikan takaran suhu pada obat sudah pas.
"Apakah darah kehidupan begitu berarti untuk jia-jia? Apakah aku bisa mengembalikannya?" tanyanya kemudian.
"Kalau kau ingin mengetahui tentang darah kehidupan, kau bisa bertanya kepada Rui Chang."
"Pria itu, apakah dia masih marah karena darah kehidupan adiknya ada padaku?"
Xiwu hanya tersenyum sebagai tanggapan. Daripada marah, sahabatnya masih membayangkan bagaimana rasa sakit yang dialami Qing Yan, apalagi setelah di ketahui kalau adiknya sempat bertarung. Tubuh sekecil itu melawan tiga orang dewasa? Hati seorang kakak mana yang tidak hancur.
"Ada satu hal membuatku penasaran, saat kau diacungkan pedang kau sama sekali tidak takut. Bahkan, saat Chang memarahimu. Kau pasti tahu siapa mereka dan bagaimana kejamnya mereka."
"Selain lembah kabut, tidak ada yang lebih menakutkan lagi." Ye Xi menerawang, mengingat masa-masa hidupnya di lembah kabut. Seorang diri, tanpa makanan dan terus berkeliling mencari jalan keluar. Berkali-kali terkena racun, sampai akhirnya kini ia kebal terhadap beberapa jenis racun.
Bertahan hidup hanya mengandalkan air, beruntung tidak lama ia berjalan ia menemukan satu tempat penuh dengan buah-buahan liar. Dan, disanalah tempat ia tinggal bertahun-tahun. Melatih bela diri dan belajar meracik racun serta penawarnya.
"Satu hal yang harus kau tahu, Qing Yan memberikan darah kehidupannya karena kau memang pantas. Mungkin, dia memiliki alasan yang kita tidak tahu. Bersemangat lah! Teruslah hidup dengan baik." Xiwu memberikan senyum menenangkan. "Obatnya sudah selesai, campurkan sedikit madu lalu berikan pada Qing Yan."
*****
Qing Yan membuka mata, sekujur tubuhnya remuk sulit digerakkan. Menatap langit-langit kamar, dahinya mengerut. Dimana ia? Ini bukan kediamannya ataupun Istana Bintang.
Kepalanya semakin berdenyut saat mengingat kejadian sebelum dia tak sadarkan diri.
"Jia-jia??!"
Qing Yan menoleh mendengar suara dari arah pintu, disana ada seorang gadis berpakaian merah diikuti tiga pria yang sangat dikenalnya.
"Kau sadar? Mana yang sakit? Katakan! Berikan obatnya padaku!" Ye Xi berseru semangat, Xiwu memberikan obatnya geleng-geleng kepala.
"Jia-jia?" Menyadari perempuan di depannya terdiam, Ye Xi memeriksa nadi Qing Yan.
"Tak apa. Kau siapa?" tanya Qing Yan susah payah. Tenggorokannya luar biasa sakit.
"Aku Ye Xi, apa kau ingat orang yang bersamamu saat di lembah kabut sepuluh tahun lalu? Akhirnya kita bertemu." Ye Xi dengan penuh semangat menceritakan kejadian lalu yang hanya ditanggapi kerutan alis.
"Bagaimana, setelah melihat wajahku apa kau mengingat sesuatu?"
Qing Yan menggeleng lalu tatapannya jatuh pada gelang di tangan gadis muda di depannya. Menatap seksama, Qing Yan menyentuh gelang tersebut. Tanpa disadari mulutnya mengucapkan kalimat yang disambut pelukan penuh air mata.
"Anak bodoh yang tidak tahu mana selatan dan barat, eh!"
"Cukup! Berikan obatnya sekarang Ye Xi. Kau masih memiliki banyak waktu memeluk Qing Yan," ujar Xiwu memecah suasana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Return with you
FantasyREVISI Dilakukan setelah Tamat. Athaleya, penulis novel fantasi berubah menjadi karakter di salah satu novel miliknya setelah mengalami kecelakaan. Cerita yang dia kira berjalan semestinya ternyata perlahan melenceng dari alur. __________ "Silakan...