Bab 34

22 3 1
                                    

Bangsa Iblis

"Ada apa?" Laki-laki bertudung hitam mengerutkan alis, begitu melihat Ruo Nan datang ke kamarnya dengan penuh amarah.

"Wanita sialan itu, aku menyesal membuat dia sadar lagi. Seharusnya kubiarkan dia tetap koma."

"Bukankah kau bilang dia adalah bidak yang sempurna?"

Ruo Nan mendesis, awal nya ia kira membangkitkan Nan Yan bisa membuat Jian Yang berpaling, ternyata perkiraan dia salah. Bukannya berpaling justru mereka semakin dekat.

Semua karena pria itu tahu siapa penyelamat masa kecil sesungguhnya dan ayah bodohnya baru mengatakan itu setelah sekian lama.

Sepertinya sudah saatnya, Kerajaan Zhang dia ambil alih. Itu artinya, dia harus menghabisi seluruh Keturunan Zhang agar dia bisa melanjutkan tahta. Benar. Itu satu-satunya cara untuk mendapat keuntungan besar.

Tapi, nyawa Nan Yan sekarang bergantung dengan Raja kematian. Yang bisa membunuhnya hanya raja kematian sendiri.

"Sial... Tua bangka sialan, semua kacau gara-gara dia."

Sosok bertudung hitam yang tak lain adalah Wen Jun geleng-geleng kepala melihat betapa berantakan perempuan di depannya, seolah semua tidak memiliki jalan lain.

"Kalau kau berpikir untuk menghabisi seluruh keluargamu, lupakan! Kau akan menyesal."

Ruo Nan terkekeh sinis. "Apakah seorang Wen Jun, pemburu darah dingin bangsa iblis sedang mengeluarkan sisi baiknya? Lagipula untuk apa menyesal kalau mereka tak menguntungkan untukku. Mereka tak lagi berguna."

Wen Jun mendekati Ruo Nan dan mengukung tubuh mungil itu di dinding, tangan kirinya memoles pelan bibir merah perempuan itu.

Bibir yang hanya digunakan untuk memberikan umpatan, hinaan dan cacian.

"Kau akan menyesal tidak membuat mereka menderita lebih berat, sayang. Sebelum menghabisi mereka, peralat mereka. Biarkan mereka menyebarkan kemarahanmu. Jadikan mereka alat yang bisa kau gerakan semaumu. Kendalikan pikiran mereka agar menjadi bidak penurut. Kembalikan wabah yang pernah menyerang kalian kepada mereka yang kini sedang tertawa bahagia. Buatlah huru-hara di Alam Bintang." Zhang Ruo Nan terdiam, menimbang ucapan Wen Jun yang masuk akal.

Wen Jun tersenyum sinis melihat hasutan nya berhasil. Dengan begini, ia tak perlu mengotori tangannya sendiri.

"Kau mengatakan semua bodoh. Nyatanya kau jauh lebih bodoh Ruo Nan. Demi dendam, kau membakar dirimu sendiri."

Istana Bintang

Qing Yan melangkah disertai tatapan ingin tahu, "suamiku apa maksud perempuan ini? Menikah? Kalian? Siapa dia?" Tanya Qing Yan pura-pura polos dan itu semua tak luput dari pandangan Jian Yang.

Nan Yan tersenyum remeh, dilihat dari sisi manapun perempuan yang kini menunggu jawaban hanyalah seorang gadis manja dan lemah. Miris sekali kursi Dewi Petir di tempati oleh kaum lemah.

Semua karena titah dari pak tua itu. Ah, tapi dengan begini jadi lebih memudahkan dia untuk membunuh perebut di depannya.

"Perkenalkan saya Zhang Nan Yan, puteri dari Kerajaan Zhang sekaligus puteri yang dicintai dan akan dinikahi oleh yang mulia."

Qing Yan mengangkat alis saat nada meremehkan ditujukan kepadanya. "Cantik sih.... Tapi sayang, masih cantikan gue. Bisa-bisanya Qing Yan di tinggalin demi perempuan kayak gini. Ck... Dasar makhluk bodoh. Udah piksi ditambah dungu." Batinnya.

"Oh.. benarkah? Hebat sekali puteri ini bisa membuat yang mulia berpaling. Bukankah itu luar biasa Puteri Nan Yan?"

"Apakah anda bangga telah menghancurkan kebahagiaan orang lain? Menghalangi dua orang yang saling mencintai?"

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang