Bab 2: terbang??

72 6 0
                                    

Cerita ini hanyalah fiksi belaka! Apabila terdapat kesamaan tokoh dan karakter hanyalah kebetulan yang tidak di sengaja!

Warning!!! membaca cerita ini dapat menyebabkan hilangnya kewarasan karena gereget sendiri, dimohon untuk selalu menyiapkan makanan ringan disamping kalian! terima kasih!!!

"Bagaimana tabib Han?" Tanya Raja Wang begitu tabib selesai memeriksa putri kesayangannya.

"Menjawab tuanku, keadaan putri baik-baik saja. Tapi tolong jangan biarkan putri terlalu banyak pikiran yang mulia." Sang tabib menunduk hormat.

Raja Wang mengangguk. "Terimakasih tabib Han untuk tujuh tahun ini yang selalu berusaha menolong putriku. Kasim Sam, berikan tabib Han hadiah yang sudah saya siapkan." Titahnya diangguki Kasim Sam.

Sontak, tabib Han yang mendengar hal tersebut langsung bersujud sembari merapalkan terimakasih dan doa-doa kebaikan.

Permaisuri mengelus lengan dan dahi Qing Yan dengan sayang, tampak matanya menggenang.

Tok.... Tok.... Tok

"Masuk!"

Seorang pemuda berpakaian pengawal memasuki ruangan untuk memberitahu kalau kereta kuda telah siap.

Raja Wang lalu mengangguk. Sepeninggalan pengawal, Raja Wang menghembuskan napas berat. Sudah dua jam mereka menunggui Qing Yan, tetapi belum sadar juga dan kini mereka harus pergi ke kerajaan selatan.

"Istriku," Raja Wang menepuk pelan pundak sang istri. "Kita harus bergegas, sebelum hari berubah gelap."

Permaisuri mengangguk lalu mencium kening sang putri, berbisik untuk segera bangun.

*****

"Putri, tolong hati-hati!" Seru dayang Tan dari bawah. Jantungnya berulang kali nyaris berhenti saat melihat kelakuan tuannya yang 'luar biasa' sesaat kembali sadar, tepatnya setelah mengetahui kalau dia memiliki kemampuan meringankan tubuh sehingga bisa terbang.

Dan kini, nona tersayangnya sedang loncat dari satu pohon ke pohon lain lalu berputar-putar diatas pohon. Pohon oak berusia ratusan tahun dan memiliki ketinggian yang luar biasa.

"Wuhuuuuuuu.... Gue bisa terbang....!" Seru Athaleya merentangkan tangan.

Dayang Tan terus merapalkan doa, doa untuk senantiasa agar diberikan penambahan umur panjang. Karena jujur, nyawanya seolah tinggal sepertiga.

"Dayang Tan?"

Dayang Tan spontan berbalik lalu menunduk sambil mengucap salam.

"Salam beribu keagungan tuanku."

Sang pemanggil alias putra pertama Kerajaan Wang mengangguk. "Ada apa dayang Tan? Lalu kenapa kau disini? Apakah Qing Yan sendiri?" Tanyanya sekali lagi.

"Hamba sedang menemani tuan putri." Jawab dayang Tan masih menunduk.

"Tuan putri siapa?" Suara lain menimpali.

Dayang Tan semakin menunduk, calon pemimpin Alam langit berada tepat di depannya. Salah sedikit, nyawanya bisa melayang.

"Sa--salam hormat kepada calon pemimpin, cahaya bintang bulan dan matahari selalu mengiringi." Setelah mendapat anggukan, dayang Tan memberitahu kalau putri Qing Yan telah sadar. Sudah bisa di tebak bagaimana raut sang pangeran.

Dengan tak sabar, pangeran pertama menarik dayang Tan untuk menemui adiknya. Tapi baru saja berbalik, suara pekikan mengejutkan mereka berempat.

"Wuhuuuuu.... Gue bisa terbang!! Dayang Tan! Wuhuuuuuuu...!"

Selain dayang Tan, semua terperangah, sedangkan sang calon penguasa melipat tangan di depan dada sembari menaikkan alis.

"Qing'er ?!" Pangeran pertama berseru tak percaya.

Athaleya perlahan menurunkan kaki, menatap lekat cowok-cowok tampan di depannya.

"Qing'er?" Ulang Athaleya.

"Itu nama anda, putri." Terang dayang Tan.

Athaleya mengumpat dalam hati, gimana ceritanya dia bisa lupa nanya siapa namanya sendiri. Bahkan, sekarang dia pun tak tahu berada di alam mana. Yang jelas bukan dunia manusia, mana ada manusia bisa terbang.

Atau jangan-jangan, ini bangsa siluman? Atau, bangsa gaib bagian selatan, timur, barat, daya?

"Qing'er? Kau baik-baik saja? Tidak ingin memeluk chang'ge?"

Athaleya menatap lama cowok yang baru bertanya. Entah kenapa, melihat visual cowok di depannya dia seolah familiar. Otaknya dengan cepat memproses semua yang terjadi.

"Dayang Tan, siapa mereka?"

"Di depan anda, pangeran pertama alias kakak pertama anda, lalu disamping kakak anda adalah tuan Xiwu dan di samping tuan Xiwu adalah putra mahkota Jian Yang."

"Kakak pertama? Aku?" Dayang Tan mengangguk. "Lalu tuan Xiwu? Pangeran mahkota Jian Yang?" Dayang Tan mengangguk lagi.

"Qing Yan, ada apa sebenarnya? Kau melupakanku?" Pangeran pertama tak dapat membendung rasa penasarannya. Kenapa adiknya bersikap aneh?

"Qing Yan? Aku?" Athaleya menunjuk dirinya memastikan

Pangeran pertama mengangguk. "Wang Qing Yan, putri satu-satunya Kerajaan Wang. Anak terakhir dari tiga bersaudara.

Double kill! Bagaimana mungkin?! Otaknya mendadak kosong. Di sisa kesadarannya, ia tanpa sengaja melihat netra tajam menatapnya dingin.

Untuk kedua kalinya, Athaleya jatuh tak sadarkan diri. Tanpa aba-aba, Athaleya segera di bawa ke kamar diikuti Xiwu, ahli medis yang juga seorang ahli racun. Tak ada penyakit yang tak bisa ia sembuhkan.

Di lain sisi, putra mahkota Jian Yang secara samar tersenyum miring.

Tbc......

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang