Bab 36

15 4 0
                                    

Cerita ini hanyalah karya fiksi belaka. Ambil sisi positif dan buang sisi negatifnya. Selamat membaca 🌽🌽

Qing Yan membuka mata begitu pintu di tutup, ia bergegas mengambil perlengkapan yang sudah ia siapkan beberapa hari lalu dan berganti pakaian. Katakan dia bebal, tapi rasa keingintahuan di hatinya membuat ia tak nyaman.

Setelah siap, menggunakan ilmu meringankan tubuh Qing Yan pergi melalui jendela, penjagaan di sekitar Istana jauh lebih ketat di malam hari itu sebabnya sepanjang Istana dia harus terbang walau energinya terkuras banyak.

Beberapa jam perjalanan akhirnya ia tiba di lembah kabut. Entah kenapa suasana di lembah kabut malam ini jauh lebih mencekam dibanding sebelumnya. Mengedar sekitar, Qing Yan tanpa rasa takut dan keraguan melangkah masuk.

Dahinya mengerut kala matanya melihat satu pohon tidak memiliki satupun daun, seingatnya pohon besar itu adalah pohon paling lebat diantara yang lain.

Qing Yan mengamati pohon itu lebih dekat, sebelum tangannya sempat memegang batang pohon tiba-tiba keluar sulur hitam dari dalam tanah membuat Qing Yan refleks menebas sulur yang terus tumbuh.

Menjauhi pohon, Qing Yan lantas menatap tajam ke arah pohon. Tidak salah lagi ada sesuatu di balik pohon tanpa daun itu.

Qing Yan mengangkat pedangnya, kemudian menyalurkan sedikit mana, cahaya biru bercampur merah menghiasi sekitar pedang. Tanpa aba-aba ia berlari ke arah pohon dan dengan cepat memegang batang pohon sembari tangan satunya menebas setiap sulur yang berniat melilit.

Siapa sangka, di saat ia berhasil menyentuh pohon dirinya terlempar ke tempat antah berantah. Darah segar berhasil dimuntahkan, netra jingganya menatap sekeliling. Badannya berusaha bangkit tapi ternyata ada luka besar di kaki.

Mendengus kecil, Qing Yan memilih bersandar di batu besar. Mengumpulkan tenaga sebelum mencari tahu dimana ia sekarang.

Tumbuhan dan bebatuan semuanya memiliki warna sama. Merah dan jingga. Sama seperti di lembah kabut yang hanya dihiasi dua warna.

Sebetulnya dimana dia sekarang? Bagaimana dengan kakak dan suaminya sekarang? Apakah mereka sadar kalau dirinya menghilang?

Qing Yan memejamkan mata lelah, memikirkan semua masalah yang datang silih berganti.

Istana Bintang

Di tengah perbincangan, tiba-tiba pengawal bayangan masuk dan menghadap Xing Yue, memberitahu kabar yang membuat semua terbelalak.

BRAAKKK

"Apa kau bilang?! Qing Yan di lembah kabut?!" Xing Yue menggebrak meja.

"Perempuan itu." Desis Jian Yang pergi diikuti Xiwu. Sedangkan Xing Yue menatap bawahannya, seolah berbicara melalui mata, Xing Yue lalu menghembuskan napas berat.

"Perintahkan seluruh pasukan mengawasi lembah kabut. Beritahu Tao segera tutup akses masuk ke lembah ilusi setelah yang mulia masuk!" Titah Xing Yue tegas dan langsung di angguki pengawal bayangan.

*****

Qing Yan bangun masih di tempat yang sama. Baru dirinya mencoba bangkit sekawanan katak loncat di depannya, mata mereka menghunus tajam seolah marah tempat mereka di pijak.

Bentuk mereka kecil-kecil, beraneka warna dan corak. Yang paling mencolok adalah katak berwarna merah memiliki corak polkadot hitam. Di antara yang lain, dia menatap Qing Yan penuh permusuhan.

Benar saja, tiba-tiba katak merah itu loncat kearah Qing Yan yang refleks mengayunkan pedang membuat katak merah itu terpental tapi tidak mati.

Kening Qing Yan mengkerut saat melihat katak itu bangkit tanpa kesusahan dan luka.

Mereka? Katak kan?

Sekawanan katak yang melihat teman mereka terpental, merongrong marah. Mereka menerjang Qing Yan yang terus mengayunkan pedangnya. Percuma, katak-katak itu tidak mati justru mereka menyemprotkan cairan bening kental.

Terlampau kesal, Qing Yan membabi buta mengayunkan pedang. Sekilas mata jingganya berubah merah pekat, angin kencang mendadak datang membawa butiran-butiran pasir menyebabkan jarak pandang tertutup. Pusaran pasir bermunculan di setiap tempat, gemuruh petir menyambar di berbagai alam.

Termasuk di Alam Iblis, Raja kematian langsung membuka mata ketika merasakan getaran yang amat dikenalnya. Dia bangkit dari singgasana dan tersenyum.

Pedang kematian mulai bangkit! Artinya dia harus segera merebut pedang itu dan melakukan kontrak darah.

Kembali ke tempat Qing Yan, Qing Yan menatap sekumpulan katak tajam lalu menggerakkan pedangnya dan menyalurkan sedikit mana.

Sekali tebas dan sekali putaran katak-katak itu mati meninggalkan jejak lengket di sekitar tanah.

Instingnya mengatakan kalau cairan kental itu mematikan. Melihat burung gagak di atas batu lantas dia mengikat burung tersebut dan melemparkan ke arah cairan di tanah, dalam hitungan sepuluh detik gagak itu mati.

Ternyata benar. Katak panah beracun sesuai dengan apa yang pernah dia baca di perpustakaan Istana Langit.
Katak seukuran kaki ayam dan memiliki racun paling mematikan, selain kematian dapat juga menyebabkan kelumpuhan dan kebutaan permanen.

Belum ditemukan penawar racun katak panah beracun. Bahkan, Ye Xi yang ahli racun pun lebih memilih menjauh jika bertemu katak panah beracun.

Qing Yan memusatkan perhatiannya ke semua tempat. Jika ada katak panah beracun di sini, itu tandanya ada tempat lain dekat dengan perairan.

Tapi dimana? Semuanya hanya hamparan tanah gersang dan batu-batu besar.

Qing Yan memutuskan pergi ke arah Barat, mengikuti kata hati. Bola matanya kontan metotot dengan mulut terkatup tak percaya.

Di depan sana, sekumpulan katak seolah sedang berpesta menyantap tangkapan besar. Mereka saling berebut.

Sekujur tubuh Qing Yan merinding melihat ratusan atau ribuan katak bergerombol. Membekap mulut, ia berlari dan mengeluarkan semua isi perutnya.

Kalau di dunia nyata ular makan katak, tapi barusan yang dia lihat justru sebaliknya. Ular sebesar pohon kelapa, mungkin lebih besar lagi sedang di.....

Qing Yan geleng-geleng kepala, berusaha mengenyahkan kejadian tadi.

"Itulah akibatnya pergi tanpa pamit."

Suara seseorang membuat Qing Yan menoleh, lalu mendengus saat tahu siapa pemilik suara itu.

Dirinya malas menjawab, perutnya benar-benar tidak kuat menahan mual.

"Minumlah! Setidaknya perutmu akan menjadi lebih nyaman." Mengambil botol bambu yang disodorkan, Qing Yan menenggak setengah dan menyerahkan botol nya lagi sembari mengucapkan terimakasih.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Qing Yan.

"Menurutmu mengetahui pasanganmu pergi apa yang harus dilakukan?!"

"Biarin. Cari pasangan baru." Jawaban ngawur Qing Yan berhasil membuat keningnya merah karena jentikan jari pria tak punya hati.

"Cobalah dan kau harus tanggung akibatnya." Jian Yang mendengus. "Tadi aku melihat bangkai katak dan burung disana, apakah ulahmu?"

Qing Yan menganggguk.

"Mengetahui kau masih hidup tandanya kau baik-baik saja." Ucap Jian Yang santai membuat perempuan di samping mendengus.

Suami ngga punya hati ya gitu, ngga ada khawatirnya sama sekali. Mungkin kalo dia tewas juga cuma diem.

Jian Yang menatap lekat istrinya.
"A'ner.. sekalipun harus mati. Kamu harus mati di tanganku dan di depan mataku sendiri......."
Bisikan hati selanjutnya hanya deru angin yang mendengar.

"Dengan begitu aku bisa puas dan bahagia ketika melihatmu terbujur kaku dan telah meninggalkan dunia ini."

*****

Tbc.....

Nah loh.. suami pengin istrinya mati..

Terimakasih sudah sampai sejauh ini..

Sampai jumpa di part selanjutnya..

Tetap sehat dan bahagia yaa..🙋✍️⭐

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang