Bab 11: Zhang Ruo Nan

46 7 0
                                    

Warning!!!!!
Cerita ini hanyalah karya fiksi dan karangan semata. Ambil nilai positifnya dan buang sisi negatifnya!!!

✨✨✨✨✨✨

Suara kokok ayam diikuti kicauan burung menjadi sambutan pertama kali Qing Yan membuka mata, saat nyawanya terkumpul, badannya meregang. Melemaskan otot-otot yang kaku.

Pria dingin itu, hari terakhir latihan benar-benar tidak pandang nyawa.

Kalau bukan karena titah Kaisar Li Bo Wen menyuruhnya istirahat, mungkin mereka akan latihan sampai pagi.

Di sela tangannya memukul-mukul pelan bahu, tiba-tiba pintu diketuk.

"Siapa?

"Hamba Bibi Luo, tuan puteri. Hamba diperintahkan oleh Kaisar untuk membantu anda." Qing Yan mengangguk lalu mempersilakan Bibi Luo masuk.

"Apakah rambut anda ingin diikat puteri?" Tanya Bibi Luo saat menyisir rambut panjang Qing Yan.

"Boleh Bibi. Sederhana saja, tidak perlu terlalu ramai." Bibi Luo melakukan apa yang diminta oleh gadis yang saat ini melihat-lihat aksesoris, memilah mana yang akan digunakan.

"Ah.. Bibi, tolong pakaikan ini." Qing Yan menyerahkan jepit berbentuk sulur berwarna emas. Semua terlihat sempurna dipadukan dengan hanfunya yang berwarna merah,

Setelah selesai, Qing Yan pergi menuju ruang pertemuan dengan penuh percaya diri.

Disana orang-orang telah berkumpul termasuk kakaknya.

"Puteri Wang Qing Yan, memberi salam hormat kepada yang mulia kaisar." Qing Yan menunduk sembari menyatukan kedua tangan di dekat dada. Selang beberapa detik, seruan dari luar, mengejutkan semua. Sontak mereka berdiri, membungkuk menyatukan kedua tangan,

"YANG MULIA LI JIAN YANG, MEMASUKI RUANGAN!"

Sang tuan agung berjalan dengan langkah tegas, pakaian hitam bersulam emasnya berkibar mengikuti ayunan kaki, manik hitamnya menghunus bak elang mencari mangsa, aura dingin menguar tajam di sekeliling ruangan membuat siapapun yang dilewati menggig...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang tuan agung berjalan dengan langkah tegas, pakaian hitam bersulam emasnya berkibar mengikuti ayunan kaki, manik hitamnya menghunus bak elang mencari mangsa, aura dingin menguar tajam di sekeliling ruangan membuat siapapun yang dilewati menggigil dan menahan napas.

Di tempatnya, Kaisar langit geleng-geleng kepala. Bahkan karisma dirinya jauh dibawah cucunya.

"Salam hormat Kakek." Jian Yang berhenti tepat di samping Qing Yan yang masih belum mengubah posisinya.

" Jian Yang berhenti tepat di samping Qing Yan yang masih belum mengubah posisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang