Bab 31

8 3 0
                                    

Hello... Selamat datang di part 31. Hope u enjoy it💪🏻

Hari ini Qing Yan dan Jian Yang dalam perjalanan menuju Kerajaan Wang. Setelah mendapat surat mengenai Rui Chang, mereka bergegas pergi ke sana.

"Chang'ge bukan orang yang suka marah-marah lalu kenapa dia sekarang berubah? Apakah pernikahan ini tidak direstui oleh chang'ge? Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa bukan dari kemarin? Disaat banyak waktu untuk membatalkan."

Qing Yan tidak menyadari gumamannya terdengar jelas oleh pria yang kini menatapnya tajam.

Merasakan perubahan suhu di dalam kereta tiba-tiba mendingin, Qing Yan mengusap lengannya. "Yang mulia, apakah anda tiba-tiba merasa dingin? Tapi diluar panas. Atau jangan-jangan ada bangsa iblis disini? Wah.. jangan-jangan kita sedang diintai." Ocehan Qing Yan terhenti saat tidak mendengar suara apapun. Dahinya lantas mengerut saat dilihat pria di depannya diam sembari memberikan tatapan mematikan.

"Anda kenapa? Kesambet?" Tanyanya heran

"Ulangi!" Desisnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Ulangi apa?" Qing Yan mengangkat alis.

"Mengatakan ingin membatalkan pernikahan, eh? Kau berani!"

"Tentu saja berani!!" Jawaban tegas yang hanya bisa terucap dalam hati. Bisa di libas kepalanya kalau dengan lantang ngomong gitu. Eh, bukan. Menurut pengalaman para pemula yang baru menikah pasti langsung di kurung di kamar tanpa sehelai pakaian. Hiiih... Kan malu tanpa L.

"Siapa yang mau membatalkan pernikahan? Itu kan sebelumnya. Karena udah kejadian, ya sudah jalani."

"Dengar baik-baik, tidak ada perpisahan ataupun pembatalan pernikahan!" Tandas Jian Yang.

"Mana bisa begitu, bagaimana kalau kekasih anda tiba-tiba bangun lalu menagih janji untuk menikahi nya?!"

"Kalau memang begitu, apa yang akan kau lakukan ketika milikmu akan di curi?"

"Tentu saja melawan. Enak saja pangeranku di curi." Jawaban spontan dari istrinya membuat Jian Yang mengulas senyum, sebelum kembali dipatahkan saat mendengar kalimat selanjutnya.

"Daripada pangeran Xiao Heng yang dicuri, lebih baik anda saja."

"KAU!! Jangan menyesal untuk apa yang kau bilang. Lagipula siapa yang menjadi pangeran mu! Ku patahkan masa depannya." Ancam Jian Yang.

"Bukankah kau yang menjadi pangeranku, cepat patahkan." Matanya melirik ke bawah perut pria yang kini semakin kebakaran. Tidak menyangka ternyata istrinya tidak tahu malu. Sepertinya dia harus menjauhkan istrinya dari perempuan yang mendapat julukkan wanita beracun itu.

"Istri mana yang terang-terangan memuji pria lain di depan suaminya!"

"Heh! Suami mana yang di malam pengantin mengirim pembunuh ke kamar istrinya?!" Timpal Qing Yan tak mau kalah.

"Bukankah justru kau yang membunuhnya. Kenapa masih dibahas." Ucapan santai membuat Qing Yan mendengus.

"Silahkan anda menikah dengan gadis yang anda cintai atau siapapun dan berapapun.. tapi biarkan saya juga melakukan hal yang sama. Bukankah adil, yang mulia? Inilah yang namanya hidup saling menguntungkan. Anda memberi saya menerima begitupula sebaliknya."

"Lalu, apa yang bisa kau beri?"

"Tentu saja status duda untuk anda dan status janda untuk saya!! Ku tunggu jandaku!!!!"

"Pastikan langkahi dulu mayatmu sebelum menjadi janda!!"

"Karena takkan ku biarkan kau menjadi janda semudah itu! Pegang ucapanku, hanya aku yang boleh menjadi suamimu begitupun sebaliknya! Tidak ada cinta ketiga di antara kita!" Jian Yang mendekat ke arah telinga Qing Yan lalu berbisik. "Kecuali anak kita."

DEG

Tapi tunggu dulu, jangan baper. Tadi pria yang sayangnya tampan ini bilang apa.

"Pastikan langkahi dulu mayatmu sebelum menjadi janda!!"

"Yakkk.... Anda mendoakan saya mati!!!!?"

******

"Tuan Xiwu, dimana Chang'ge?" Qing Yan menghampiri Xiwu yang sedang berbincang dengan Jian Yang. Nafasnya terengah, karena terlalu semangat ingin menemui sang kakak dia berlari tapi ternyata orang yang dicari tidak ada.

"Tadi saya lihat ada di kamarnya puteri."

Qing Yan menggeleng. "Bahkan di manapun tidak ada."

Xiwu mendesah, satu lagi kebiasaan aneh sahabatnya yang mendadak sulit dicari.

"Kau mencariku?"

Qing Yan seketika berbalik, namun sorot bahagianya meredup saat menyadari ada yang tidak beres. "Apa kau kakakku?" Netra jingganya bergulir penuh selidik.

Rui Chang terkekeh. "Apa setelah menikah adikku melupakan kakakmu?"

"Kau memang kakakku...." Serunya girang. "Kenapa dengan wajah tampanmu, hah?! Kenapa pucat sekali? Apa kau tidak tidur?" Cecarnya khawatir.

"Tidak apa-apa. Hanya kurang istirahat." Rui Chang menarik lengan adiknya, mengajak duduk di kursi kosong. Menatap adiknya lamat, sorotan yang tidak dapat dimengerti artinya oleh ketiga orang.

"Lalu dimana kakak pertama?"

"Dage pergi ke perbatasan."

Qing Yan mengangguk-angguk lalu mengambil sepotong kue berbentuk bunga berwarna biru. Mengacuhkan para pria yang berdiskusi mengenai keamanan Kerajaan Bintang.

Dia baru tahu kalau lapisan pelindung mengalami keretakan sehingga bangsa iblis dapat masuk. Netranya diam-diam mengamati sang kakak, berjanji akan selalu melindungi keluarganya.

"Chang'ge, kau orang pertama yang menjadi kakak dan orang yang selalu mengkhawatirkanku. Akan ku lindungi kau dengan nyawa ku, seperti janjiku terhadap Qing Yan asli. Tujuanku disini adalah melindungi kalian."

Taman Kerajaan Wang

"Ye Xi, tidakkah kau merasa Chang'ge sedikit aneh?"

"Karena lebih banyak diam?" Diangguki Qing Yan.

"Akan ku cari tahu. Mungkin saat pesta pernikahan ada sesuatu."

Qing Yan terdiam, kepalanya berputar mengingat-ingat ada kejadian apa saat pesta pernikahan atau saat bulan purnama merah.

"Bulan purnama merah!" Tidak salah lagi, pasti berkaitan dengan itu. Benar. Bangsa iblis berkumpul di saat bulan purnama merah. Siapapun yang memiliki perjanjian, mereka bersatu. Tapi bagaimana dengan Chang'ge? Apakah Chang'ge melihat atau mengalami sesuatu?

"Ye Xi, kita harus pergi ke lembah kabut."

"Apa?! Kau mau mati?!" Seru Ye Xi.

"Hanya dengan kesana aku bisa memastikan sesuatu."

"Maksudnya?"

Qing Yan menatap perempuan yang sudah dianggap adik lalu berpendar ke arah bunga teratai di sekitar kolam, "memastikan sesuatu buruk telah terjadi. Dan hanya dengan kesana aku bisa yakin."

"Bagaimana dengan yang mulia? Lalu, kakak-kakak anda? Lembah Kabut bukan tempat sembarangan. Kau tahu itu. Mereka tidak akan mengijinkan kau kesana."

"Apa lagi yang harus ditakuti, dalam tubuhku tersimpan racun. Tanpa kesana pun aku sekarat."

"Qing Yan!" Sentak Ye Xi tak menyukai apa yang baru saja ia dengar.

Qing Yan menggenggam tangan Ye Xi, penuh permohonan. Mau tak mau Ye Xi mengangguk setuju. Lebih baik dia menyetujui dan bisa pergi menemani daripada kakaknya nekat pergi diam-diam.

Yang tidak mereka sadari, ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan mereka. Sosok itu tersenyum sinis penuh kedengkian.

"Cari tahulah.... Akan kuberikan kejutan yang luar biasa. Sudah saatnya kita bertarung, Dewi Petir." Desis sosok itu lalu menghilang.

*****

Tbc....

Halohaa... Apa kabar hari ini??

Jangan lupa tanda bintang dan kata-kata mutiaranya yaaa🙋🏻⭐✍🏻

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang