Bab 13: Dewi Petir

21 4 0
                                    

Alam Manusia

Saat ini di dunia manusia sedang terjadi kekacauan yang luar biasa, hujan disertai angin kencang menghancurkan bangunan-bangunan, beberapa atap rumah beterbangan, kilat-kilat datang silih berganti laksana flash kamera, gelegar petir menambah suasana semakin mencekam.

Orang-orang berlarian masuk ke rumah, kendaraaan roda dua dibiarkan tergelatak di jalanan, ada beberapa pengendara pula yang rela menembus badai.

Suara teriakan dan doa dirapalkan masing-masing.

Dua jam berlalu, terlihat semua kehancuran dan kerusakan dimana-mana, pohon tumbang dan sampah ranting pohon dan daun berserakan, kaca pecah bahkan jemuran pun ikut berserakan.

Alam Langit

Sedangkan di alam langit, terjadi guncangan yang kencang. Di aula pertemuan, mereka saling memejamkan mata, mencoba menyalurkan sedikit energi mereka untuk menghalau kekacauan agar tidak semakin besar.

Beberapa Kerajaan pun ada yang porak poranda, salah satunya adalah Kerajaan Zhang. Orang-orang berlarian kesana kemari meminta pertolongan.

Jauh disana, Bangsa iblis yang merasakan goncangan tak biasa, menatap langit membaca rasi. Seketika raut mereka diselimuti kebahagiaan. Akhirnya setelah penantian panjang mereka, mereka memiliki kesempatan untuk keluar dari segel terlarang ini.

Sudah saatnya bangsa iblis kembali dan memecah belah alam langit. Menuntaskan dendam yang membara dalam hati.

Mereka bersorak dan berpesta di tengah guncangan. Menganggap guncangan tersebut adalah alunan musik kematian bagi mereka, bagi semua alam.

*****

Rui Chang melepaskan kungkungannya secara paksa, tapi sebelum ia berlari mendekat sebuah tangan terulur, menghalangi.

"Jangan mendekat! Saat ini dia bukanlah adikmu pangeran Chang." Ucap Kaisar Langit tanpa menoleh, tatapannya masih tertuju kearah Qing Yan yang terbaring.

Beberapa saat kemudian, badan ringkih itu terduduk memuntahkan seteguk cairan merah. Tanpa kesakitan, tangan berbalut luka itu mengusap pelan bibirnya lalu berdecak diiringi senyum sinis.

Jian Yang, Rui Chang dan Xiwu memerhatikan dalam diam. Lidah mereka kelu.

"Li Bo Wen... Li Bo Wen, Hǎojiǔ bùjiàn." Sapaan bernada akrab itu mengejutkan ketiga pangeran. Suara tegas dan dingin serta aura membunuh begitu mendominasi.

Lain halnya dengan Kaisar Langit yang menanggapi dengan malas. "Apa yang kau lakukan Xiaomei? Dan, apa-apaan ini?"

"Apa? Aku melakukan apa?" Dewi Xiaomei mengangkat alis.

"Kau membiarkan gadis itu memasuki ranah terlarang?! Kau tahu apa akibatnya?"

Mengacuhkan tatapan tajam pria tua yang juga teman seperguruannya, Dewi Xiaomei mengibaskan baju pemilik gadis yang saat ini ia pinjam raganya.

"Ranah terlarang? Apa masalahnya gadis ini pemegang selanjutnya pedang Petir. Bukankah sebuah keberuntungan karena setelah sekian lama akhirnya ada juga pewaris dari pedang keramat ini?"

"Kau tahu siapa gadis itu? Dia adalah keturunan murni dari Kerajaan Wang sekaligus pemilik darah kehidupan. Kau tau bencana apa yang akan dia dapatkan?!"

"Apa kau bilang?!" Xiaomei berseru kaget. Ia menatap Kaisar langit tidak percaya.

"Jadi ini alasannya ya." Xiaomei akhirnya mengerti. Bukan dia yang membuat gadis ini memasuki ranah terlarang, tapi pedang itulah yang memaksa gadis ini.

"Ini sudah menjadi takdirnya, Li Bo Wen. Bukan aku yang membuat dia memasuki ranah terlarang. Tapi pedang kematian sendirilah yang memilih gadis ini sebagai tuannya."

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang