Bab 15: Kuda Kenyal?!

31 5 0
                                    

Qing Yan berdiam menatap langit, baru saja dirinya mendengar tentang wabah yang melanda Kerajaan Zhang. Batinnya bergejolak, dia merasa semua ini hanyalah siasat seseorang untuk membalas Kerajaan Zhang.

Tapi siapa dan untuk apa? Lalu, wabah itu bukan wabah pada umumnya yang bisa menyebar hanya dalam satu malam, kalau memang itu wabah seperti yang digembar-gemborkan seharusnya ada tanda-tanda yang terlihat atau dirasakan.

Jian Yang? Qing Yan seketika menggeleng. Tidak mungkin, apalagi di Kerajaan Zhang ada perempuan yang menjadi cinta matinya.

Gong Xiwu? Lebih ngga mungkin lagi. Qing Yan lantas mengambil catatan yang dia sembunyikan di satu tempat tersembunyi. Membuka lembar demi lembar, Qing Yan membaca setiap kalimat yang pernah ia tulis.

Sebuah catatan berisi alur cerita sampai konflik. Sebagai pengingat kalau dia melupakan jalan ceritanya. Mata jingganya memindai cermat setiap untaian kata. Dibaca berulang-ulang memang tidak ada penjelasan mengenai wabah. Disana hanya tertulis mengenai hancurnya Kerajaan Zhang tanpa disebutkan karena apa.

Ah, pada akhirnya konflik cerita tetap sama. Zhang Ruo Nan tentu saja tidak akan berdiam diri. Mungkin yang menjadi target utamanya tetap dirinya.

Karena tujuan mereka sama, saling menghancurkan.

Qing Yan merasa semakin lama di dunia fiksi, ingatan-ingatan di dunia nyata mulai mengabur. Dia harus bergegas menyelesaikan urusan disini sebelum dia terlena dan melupakan siapa dirinya.

"Dayang Tan!" Qing Yan menyimpan buku catatan di tempat semula lalu keluar menghampiri dayang Tan yang selalu berjaga di depan pintu. Menghalau agar dia tak kabur.

Keluarganya semakin posesif dan protektif sejak kejadian dirinya menjadi Dewi.

"Ada apa puteri?"

"Dimana Chang'ge?"

"Tadi saya lihat pangeran berada di ruang kerja bersama yang mulia."

"Dia disini?" Qing Yan mengangkat alis.

"Kenapa? Merindukanku?" Saut seseorang dari arah samping.

"Salam kepada yang mulia agung." Dayang Tan dan tiga pengawal membungkuk sementara Qing Yan menatap sombong lelaki yang kini berada di sampingnya. Mereka sekarang sama-sama tuan agung kan? Qing Yan tersenyum pongah.

"Kalian pergilah!" Titah Jian Yang.

"E-eh... Kenapa ditinggalin?!" Qing Yan berseru tak terima. Baru kakinya melangkah hendak menarik dayang Tan, tangannya terlebih dahulu ditarik ke dalam kamar.

*****

"A-aa-apa? Mundur ngga?" Cicit Qing Yan menahan tubuh jangkung di depannya yang berjalan maju, kepalanya menoleh ke belakang, memastikan tidak ada tembok.

Seolah lampu di kepala mati, tangannya terus menahan tubuh Jian Yang, dibelakangnya bukan tembok, tapi lebih parah lagi. Kasur! di tembok aja dia keceplosan nyipok pipi apalagi di kasur.

Sedangkan Jian Yang tersenyum miring tanpa ditutup-tutupi, sudah seharusnya gadis cilik ini diberi sedikit pelajaran agar tidak semena-mena terhadap dirinya.

Tidak ada pikiran lain yang melintas di kepalanya selain menjahili Qing Yan sebelum tiba-tiba otak jahatnya menayangkan adegan ulang saat gadis ini mencium pipinya. Saat itu yang bisa ia lakukan hanya satu, berdiam.

Selain jantungnya yang bekerja keras, otak dan saraf-sarafnya menjadi lamban.

Sepertinya mencoba sekali lagi, bukan ide buruk. Jian Yang tiba-tiba tersenyum, menatap lekat kearah bibir merah muda yang terus-menerus mengomel menyuruhnya berhenti.

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang