Bab 21: Sudah dimulai.

23 2 0
                                    

Happy reading 💃🏻💃🏻💃🏻

Langit sedang menunjukkan salah satu kelebihannya. Aroma khas yang ditimbulkan bagaikan alunan symphony menenangkan jiwa. Bunyi rintik disertai desis angin seolah menyapu halus lara dan derita.

Qing Yan memejamkan mata tapi tak tidur. Menikmati percikan-percikan dingin mengenai tubuhnya.

"Kebiasaan masa kecilmu yang ini ternyata belum berubah."

Qing Yan membuka mata lalu melirik ke asal suara. Kakak pertamanya terlihat berjalan menghampiri dengan jubah ditangan membuat Qing Yan mengubah posisi menjadi duduk.

"Pakailah! Sekalipun kau tak kedinginan tapi kau bisa sakit." Wang Xing Yue memakaikan jubah berbulu ke tubuh adiknya. Memastikan telah terpasang rapi, ia kemudian menarik tangan dingin adiknya, menggosok pelan menghantarkan rasa hangat.

"Urusan kakak pertama sudah selesai?"

Xing Yue mengangguk lalu duduk di depan Qing Yan dan menuangkan teh yang selalu tersedia diatas meja.

"Ada yang ingin kakak sampaikan, mulai besok kamu tinggal di Istana Langit."

Qing Yan tersentak, "kenapa?!"

"Qing'er, kamu harus berlatih mengenai apa saja tugas Dewi Petir."

"Besok yang mulia akan menjemputmu. Kamu akan dilatih langsung oleh yang mulia."

"Menurutlah, semua untuk kebaikan kamu Qing'er." Tandasnya begitu dilihat adiknya siap membantah. Dirinya heran, bukankah semasa kecil adiknya sangat menyayangi dan selalu mengikuti kemanapun Jian Yang pergi? Tapi kenapa sekarang malah berbalik?

"Bukan masalah ngga mau latihan,... Tapi kenapa harus ada makhluk fiksi mesum itu. Bikin naik darah aja. Kenapa semesta seolah mendekatkan disaat dia ingin menjauh." Batin Qing Yan bersungut-sungut

"Tapi, aku jadi ngga bisa sama kakak? Kita baru ketemu terus pisah lagi, nanti kalau aku pulang, kakak pasti ke perbatasan." Ia berharap suara sendu dan sedihnya mampu memikat sang kakak, membuatnya mengurungkan niat.

Xing Yue terkekeh lalu ia bangkit dan memeluk adiknya erat. "Siapa bilang kakak kembali ke perbatasan?"

"Engga??" Potong Qing Yan cepat.

"Disana sudah aman. Makannya kakak bisa pulang."

Qing Yan langsung memekik bahagia. Dulu, dia selalu berharap memiliki kakak laki-laki dan sekarang akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya punya kakak. Tidak lagi merasa kesepian dan memiliki seseorang untuk bergantung.

"Qing'er sayang kakak." Lanjutnya memeluk erat perut kakaknya dibalas elusan dikepala.

*****

"Xiao Lang!!"

Sang empu membungkuk hormat, menunggu hal apa yang akan disampaikan.

"Bagaimana keadaanmu? Apakah masih ada efek dari racun itu?"

"Menjawab yang mulia, hamba sudah tidak apa-apa dan tidak ada racun dalam diri hamba."

Jian Yang mengangguk-anggukkan kepala. "Xiao Lang, bantu aku awasi perempuan itu. Kau ikuti kemanapun dia pergi, bertemu siapa dan selidiki lagi apakah dia punya sesuatu mengenai kejadian sepuluh tahun lalu!"

"Baik yang mulia."

"Satu lagi, segera laporkan kalau dia dan Qing Yan pergi! Kemanapun!" Titah Jian Yang. Xiao Lang pun pamit pergi siap menjalankan tugas sekaligus mencari cara untuk membalas perbuatan perempuan itu.

Dia tak akan melupakan kejadian dimana perempuan itu berhasil menumbangkan dirinya dan membuatnya tak berdaya selama berhari-hari. Orang waras mana mengucapkan salam perkenalan dengan memainkan nyawa seseorang.

"Xiao Lang.. jangan pernah sekalipun kau memprovokasi perempuan itu, kalau tak mau kejadian lalu terulang!" Sambungnya dingin dan tajam.

Seolah paham, Jian Yang memberikan nasihat yang pasti akan dipatuhi. Karena orang kepercayaannya akan selalu mendengarkan apapun yang keluar dari mulutnya. Tanpa peduli apa itu.

Di kediamannya, Qing Yan baru selesai berganti pakaian. Dia baru saja mendapat surat dari Ye Xi, mengajak bertemu.

Rintikan air masih sesekali menetes dari atap genteng dan pohon-pohon yang terkena angin. Qing Yan mengeratkan sedikit jubahnya, walau tak kedinginan tapi dirinya tak mau pakaiannya basah.

"Qing'er.....?"

Qing Yan menoleh. "Chang'ge, kakak pertama."

"Mau kemana?" Tanya Rui Chang.

"Ke balai kota." Rui Chang dan Xing Yue mengangguk.

Setelah diberikan petuah oleh kedua kakaknya untuk berhati-hati dan menjaga diri, Qing Yan berlalu.

"Tao!!"

Sekejap mata tiba-tiba orang bernama Tao muncul, "awasi Qing Yan! Cukup dari jauh. Kalau mereka mendekat, habisi tanpa ampun!" Tao pun mengangguk kemudian menghilang dalam sekejap.

Tao, pengawal bayangan sekaligus orang terdekat Xing Yue. Hanya beberapa orang yang mengetahui kalau Xing Yue memiliki pengawal dan pasukan bayangan. Bahkan, Kaisar Bintang pun tidak tahu.

Pengawal bayangan bukan orang sembarangan, mereka telah mengikuti berbagai macam ujian yang mematikan. Goresan pedang, gigitan hewan buas, tusukan senjata ataupun racun sudah menjadi makanan pokok mereka.

Tidak ada yang mereka takuti kecuali pemimpin mereka sendiri, Wang Xing Yue. Bisa dibayangkan seberapa kuatnya anak sulung dari Kerajaan Wang calon penerus Wang selanjutnya. Mungkin, hanya dialah yang setara dengan Li Jian Yang.

Tidak bisa di bayangkan jika dua orang yang sama-sama kuat dan tak terkalahkan menjadi saling berlawanan. Mungkin Alam Bintang akan hancur.

"Apakah mereka sudah bertindak?" Tanya Rui Chang was-was.

Xing Yue menatap langit dengan pikiran berkecamuk. "Kemungkinan mereka sudah memasuki Alam Bintang."

Rui Chang membelalakkan mata mendengar ucapan sang kakak. Bukankah artinya adiknya dalam bahaya. Tapi tunggu, bagaimana mungkin bangsa iblis bisa memasuki Alam Bintang? Dirinya dan Xiwu telah memperkuat lapisan pelindung.

"Bagaimana mereka masuk? Aku dan Xiwu telah memperkuat lapisan pelindung. Seharusnya mereka tidak bisa masuk."

"Kalian baru memperkuatnya saat acara ulang tahun permaisuri. Bisa dipastikan mereka sudah ada disini sebelum itu atau bahkan beberapa hari setelah Qing Yan mendapatkan gelarnya."

"Tapi bagaimana bisa mereka kesini? Sekalipun tipis, selama pelindung itu tidak bocor maka tidak akan masalah. Aku yakin, tidak ada kebocoran sama sekali."

Xing Yue tersenyum tanpa menjelaskan. Biarkan adiknya mencari tahu sendiri apa penyebabnya.

"Chang.... Aku pernah bilang, jangan pernah lengah karena perasaan. Perasaan mu yang seperti itu bisa menghancurkanmu satu saat nanti. Pada akhirnya, kau takkan bisa melindungi siapapun."

Rui Chang terdiam mendengar perkataan kakaknya, beberapa waktu lalu dirinya memang sempat hilang kendali karena mengkhawatirkan adiknya. Dirinya tidak bisa memikirkan apapun selain keselamatan dan kesembuhan Qing Yan.

"Maafkan kesalahanku ge. Aku bersalah."

Xing Yue menepuk bahu adiknya yang menunduk penuh sesal lalu menjitak pelan kepalanya. "Sepertinya ilmu dasar yang kuberikan sudah kau lupakan. Kita ke tempat latihan!"

Rui Chang melotot, "sekarang?!"

"Tentu saja." Tandas Xing Yue sembari tersenyum manis yang sangat diketahui artinya oleh Rui Chang. Seorang Wang Xing Yue tertawa atau tersenyum tanpa ada Qing Yan disisinya bukan hal menyenangkan. Siapkan saja hati, mental dan tulang untuk lebih kuat.

Napas Rui Chang terasa berat, membayangkan adegan beberapa tahun silam membuat badannya bergidik. Kakaknya tidak pandang bulu dengan siapa yang dilatihnya. Dalam hidup kakaknya hanya ada satu kata. BISA!

*****

Tbc.....

Hai.. apa kabar? Hai semuanya?? Baik bukan???🖐🏻😁

Maafkan diriku yang mangkir empat hari....

Sampai jumpa di part nanti... ✍🏻⭐🙋

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang