Bab 28: aku kembali!

23 4 0
                                    

Ledakan kedua berhasil melempar Qing Yan ke dinding dengan keras membuatnya nyaris tak sadarkan diri, kepalanya berdengung hebat disertai cairan merah kembali dimuntahkan.

Jika saja fokusnya tidak terbagi, mungkin dia bisa mengalahkan sosok bertudung hitam yang kini tengah tertawa puas.

"Aih.... Aih.... Hanya segini kah kemampuan seorang Dewi. Lemah! Kau membuatku kecewa, kupikir kau termasuk seseorang yang bisa menghadapi racun itu."

Sosok itu melanjutkan saat tidak ada tanggapan apapun, batinnya berdecak girang saat gelar yang diinginkan oleh seluruh wanita di dunia kini bersimpuh tak berdaya di hadapannya.

"Kau tahu bagaimana kinerja racun mahkota dewa? Sedikit menyakitkan untukmu, tapi sangat menyenangkan bagi ku. Hanya ketika kau kesakitan maka racun itu akan bergerak. Bisa dikatakan kalau racun mahkota dewa adalah racun paling egois. Kau tau kenapa? Karena dia tidak mau inangnya terluka jika bukan karenanya."

"Jadi sekarang tahu kan kenapa sedari tadi aku hanya fokus menggores tubuhmu, karena racun itu akan dengan senang hati mempermudah kerjaku. Wuuahhh... Bukankah racun ciptaan tuanku sangat luar biasa?" Sosok bertudung itu menjentikkan jari bangga. "Bagaimana.. kau masih mampu?" Ujarnya penuh ejekan.

"Bedebah!" Geram Qing Yan. Jadi inikah alasannya kenapa badan dia seringkali merasakan sakit yang teramat sangat sedari kemarin.

"Ku akui tuanmu sangat hebat karena menciptakan racun yang rumit. Tapi, sayang sekali tuanmu tidak lebih dari makhluk hina dan lemah. Hanya karena sebuah pedang, dia rela membunuh banyak orang tak berdosa. Bukannya mendapat apa yang dia inginkan, justru dia binasa. Sangat miris. Dibandingkan aku, tuanmu lah yang paling kasihan, dia tak bisa merasakan bagaimana rasanya berdiri di atas puncak. Bagaimana rasanya dipuja."

"Kau?!" Tuding sosok bertudung penuh amarah. Berani-beraninya Dewi yang tidak ada apa-apanya, meremehkan tuan agung nya.

"Apa? Marah? Ingin membunuhku? Haha.. kau takkan bisa membunuhku saat kau tahu pedang kematian ada padaku."

Meskipun terlihat tidak kesakitan dan biasa-biasa saja, nyatanya sekujur tubuh Qing Yan seolah sedang di cambuk.

Apalagi bagian belakang tubuhnya, seperti pedang-pedang tak kasat mata menusuk dan menggores punggungnya tanpa ampun.

Sosok itu berdecih saat apa yang dikatakan Qing Yan benar. Sebelum raja kematian mendapatkan pedang sakti itu, perempuan di depannya tidak boleh mati.

"Kalau begitu bagaimana dengan ini, kau tidak akan mati melainkan kau hidup tapi menderita." Dari telapak tangannya muncul api berwarna hitam, perlahan demi perlahan api tersebut semakin membesar.

Qing Yan menatap dingin api di tangan sosok itu, dia tahu api jenis apa itu karena dia lah yang menciptakan senjata dari bangsa iblis. Dalam novel, api itu digunakan saat mereka berperang memperebutkan kekuasaan.

Api yang akan menggerogoti siapa saja yang terkena, jika biasanya api terasa panas, sebaliknya api yang dia buat sangat dingin melebihi dingin di kutub selatan.

Kini dia menyesal mengikuti imajinasi liarnya. Niat hati ingin membuat senjata yang berbeda, ternyata menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Qing Yan menghindar saat api dilemparkan berulang kali. Naas, saat akan menghindar sebuah batu kecil membuatnya tersandung menyebabkan dia limbung dan lengah.

Braakkk....

Sebuah pecutan melesat menghalau lemparan api yang sejengkal lagi mengenai tubuh Qing Yan.

"Kau tak apa?" Jian Yang memindai luka-luka di sekujur tubuh tunangannya. Ada luka lebam paling parah di dahi dan samping hidung, bahkan darah di sudut bibir masih basah. Mengusap pelan pasir di pipi Qing Yan, Jian Yang seketika menatap penuh ancaman terhadap sosok yang membuat gadisnya luka.

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang