Bab 35

11 3 0
                                    

Istana Bintang

Qing Yan memandang lekat langit hitam diatas, pikirannya menerawang. Suasana hening dan sunyi membuat jiwa yang sepi seolah menjadi mati.

Kenangan-kenangan penuh kebahagiaan berubah menjadi kehampaan dan kesakitan. Hanya sebuah pengharapan untuk bisa kembali ke masa itu.

Kesepian, kesunyian dan keheningan, mereka adalah kamuflase kegelapan. Menjerat siapapun masuk ke sebuah jebakan, menjadikan pikiran lumpuh dan cacat.

"Apa yang kau pikirkan, hem?" Xing Yue mendekati adiknya dan memasangkan jubah ke tubuh Qing Yan.

"Ge..." Qing Yan memegang lengan kakaknya dan menarik duduk di sampingnya

"Memikirkan Rui Chang?"

Qing Yan mengangguk, "aku hanya berpikir kalau Chang'ge tidak mungkin pergi secepat itu. Setelah yang mulia, Chang'ge adalah orang yang sulit terluka." Meletakkan kepalanya di bahu sang kakak, Qing Yan menitikkan air mata. Seberapa kalipun dia berpikir positif, hatinya selalu resah dan takut.

Berhari-hari dia menyelidiki semuanya tapi hasilnya selalu merujuk kalau kakaknya telah pergi. Dia selalu bertanya-tanya apa yang membuat Rui Chang memberikan darah kehidupannya, apa yang sudah kakaknya alami. Sebagai seorang adik dia merasa tidak berguna. Apalagi gelarnya sebagai Dewi.

Dia merasa tidak pantas menjadi Dewi, jangan kan melindungi seluruh alam, melindungi kakaknya pun dia tidak bisa.

Xing Yue yang merasakan tubuh mungil itu bergetar, menandakan seberapa kuat adiknya menahan gejolak dalam hati, terdiam dan membiarkan.

"Qing'er, lebih baik kamu tidak tahu banyak hal. Karena yang mereka mau adalah kamu. Bukan nyawa yang mereka inginkan, melainkan penderitaan dan kemalangan diri kamu. Karena itu adalah kunci kekuatan mereka."

Merasakan bahunya memberat, Xing Yue melirik adiknya yang tertidur. Terlihat dari sudut mata sang adik ada jejak basah lalu ia mengusapnya pelan.

"Qing'er, demi keselamatanmu mengorbankan banyak nyawa juga setimpal."

*****

"Sampai kapan kau akan mengawasi dan mengintaiku seperti tahanan." Decak Ye Xi kesal. Kalau biasanya laki-laki di depannya mengintai dari jauh, sekarang dia lakukan terang-terangan.

"Kau membuat mereka lari ketakutan."

Xiao Lang dengan santai duduk dan menyesap teh milik Ye Xi.

"Duduklah. Ada hal yang ingin ku tanyakan." Bukannya duduk di kursi, Ye Xi justru duduk di atas jendela yang berbentuk lingkaran. Menaikkan satu kaki dan membiarkan satunya berpijak di lantai.

"Katakan."

"Apa hubunganmu dengan Xing Yue? Beberapa kali ku lihat kau masuk ke kediaman pria itu."

Ye Xi mendengus, "kau menanyakan itu? Ck... Apapun yang kau pikirkan, itulah jawabannya." Ia mengira Xiao Lang pasti berpikir jika ia ada hubungan asmara dengan Xing Yue.

Pria ini sudah mengecapnya sebagai perempuan mesum, membuat citranya buruk sekali lagi bukan masalah. Identitas rahasianya lebih penting.

"Jadi benar, selain Tao kau adalah tangan kanan Xing Yue?" Xiao Lang tersenyum miring melihat perempuan itu menegang. Sudah ia duga. Awalnya ia hanya menebak dan tak yakin, tapi sekarang sudah terbukti.

"Apa maksudmu?" Ye Xi pura-pura tidak tahu.

"Ye Xi... Ye Xi, apakah selama ini kau mengira aku sebodoh itu? Kau terlalu lengah sampai kamu ngga sadar kalau kamu sudah masuk ke jebakan yang ku buat."

"Tangan kanan seorang calon pemimpin agung tidak mungkin selemah itu kan?" Xiao Lang mendekati Ye Xi, "kau memang hebat dalam racun, tapi kau masih tidak bisa membedakan seseorang. Lain kali berhati-hatilah." Ucapnya menggantungkan lonceng di pinggang Ye Xi dan berlalu pergi.

Ye Xi menatap rumit gantungan lonceng di pinggangnya lalu dia terbahak-bahak.

"Bukan cuma aku yang masuk perangkap, tuan. Tapi kau juga. Tidak mungkin benda seberharga ini tidak ku jaga hati-hati. Jadi, ternyata ini sifat aslimu? Sifat yang kau sembunyikan?"

Licik. Mereka sama-sama licik dan manipulatif. Menjadi tangan kanan seorang pangeran agung dan calon pemimpin, mereka harus memiliki banyak wajah untuk bisa mengelabui lawan.

Karena mereka di didik bukan melalui perasaan melainkan keadaan.

*****

"Bagaimana Qing'er?" Tanya Xing Yue begitu Jian Yang masuk. Tadi, ketika adiknya tidur kebetulan Jian Yang datang dan membawa adiknya ke kamar.

"Masih tidur."

"Lalu apa yang akan kita lakukan? Kita tidak mungkin terus menerus menutupi semuanya dari Puteri Qing Yan apalagi status dia sebagai Dewi Petir. Cepat atau lambat dia akan bertemu dengan raja kematian."

Jian Yang dan Xing Yue terdiam, mendengar ucapan Xiwu.

"Aku tahu kalian mengkhawatirkan Qing Yan, karena dia hanya memiliki satu darah kehidupan. Tapi, berdiam diri tanpa bertindak semuanya sia-sia. Dia akan terus dikejar. Xing Yue, bukankah kau sendiri mengatakan kalau perasaan seperti ini bisa menghancurkan. Jangan mengulangi kesalahan yang Chang lakukan."

"Bukankah Qing Yan selain pemilik pedang kematian tapi dia juga pemilik dua cahaya petir langka? Apa yang harus ditakutkan?"

"Tak kusangka otakmu bisa berpikir sejauh itu, Xiwu." Xing Yue membuka suara, mencairkan suasana. Tidak dipungkiri perkataan Xiwu membuka pikirannya yang sempat buntu.

"Apakah itu sebuah pujian?" Ditanggapi kedikan bahu.

"Untuk sekarang jangan biarkan A'ner bertemu raja kematian, jangan biarkan dia tahu siapa raja kematian. Setidaknya sampai pikiran dia tentang Chang teralihkan. Dengan kondisinya sekarang, jangankan melawan raja kematian, melawan seekor beruang pun dia tumbang."

Sedangkan yang tidak mereka tahu, Qing Yan sudah melangkah ke jalan yang dia buat sendiri. Kesedihan dan kemarahan dalam hati membuatnya menempuh jalan nekat.

Orang yang mereka kira sedang tertidur lelap nyatanya kini ia berada di lembah kabut. Memeriksa sekali lagi apa yang membuat hatinya tidak tenang. Qing Yan merasa telah melewatkan satu hal penting.

"Apa kau bilang?! Qing Yan di lembah kabut?!" Bentak Xing Yue.

Tbc.....

Halohaaa..

Terimakasih sudah setia sampai bab 35..

Hope u enjoy it, guys... 🙋✍️⭐

Return with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang