Jungkook melirik istrinya dengan sebuah senyuman. Semuanya sungguh berbeda dengan masa-masa saat jungkook masih bersama jimin. Mantan kekasihnya itu kerap menanyakan berapa gaji yang akan jungkook peroleh apabila sudah bekerja dan tentu saja merencanakan hal-hal mewah yang tidak ada gunanya sama sekali. Kalau dipikir-pikir, dia sangat bodoh karena diam begitu saja.
"Udah makin siang, kamu laper gak?"
tanya jungkook. Dia tahu beberapa restoran yang menyajikan menu makanan enak disekitar sini jadi ia akan membawa seokjin ke sana."Agak laper sih, mau makan di mana?"
"Yuk ikut dulu, aku kasih liat salah satu restoran langganan aku, ajaknya. Dia
menggenggam telapak tangan seokjin
lalu mengajaknya berjalan keluar gedung apartemen. Jungkook memanggil taksi yang kebetulan berada di sana lalu mereka pun segera masuk ke dalamnya."Where can I take you and your boyfriend, sir?"
"Take us to The Northeast, please. And...
he's actually my wife." jawabnya sembari melirik seokjin yang bersemu malu di sampingnya."Pardon, me... God bless your family, Sir."
"Thanks." Jungkook mengeratkan
genggamannya terhadap telapak tangan seokjin. Entahlah, hatinya merasa berbunga-bunga dan ia mulai merasakan.sesuatu yang sama seperti pertama kali merasakan cinta. Jantungnya berdebar dan ia merasa canggung.Tak beberapa lama kemudian, taksi pun
berhenti tepat di depan restoran yang
Jungkook maksud. seokjin tersenyum kecil melihat restoran yang sederhana dan sejuk di depannya ini. Dia bisa mencium aroma masakan dari dalam sana dan sungguh, itu membuat seokjin sangat lapar.Mereka duduk di meja khusus dua orang, Seseorang menyerahkan buku menu kepada mereka berdua dan memberi waktu untuk memesan.
"Kamu mau makan apa, Jin?"
"Hemm.. Semuanya keliatan enak. Kamu biasa makan yang mana?" tanyanya balik.
Jungkook menunjuk beberapa menu
kepadanya.
"Aku biasanya pesen yang simpel aja kayak Gyoza atau Mi Goreng dengan tambahan potongan daging kalo mau pesen itu gak apa-apa."Seokjin mengangguk cepat.
"Iya, aku mau pesen itu aja. Minumnya mau coklat panas."Jungkook menjentikkan jari untuk memanggil pelayan lalu menyebutkan beberapa menu yang mereka pesan. Sembari menunggu, mengobrol adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.
"Jadi... Kenapa kamu gak langsung
telepon aku soal kehamilan kamu?"Seokjin yang asyik membaca kata-kata
mutiara yang dipajang di dinding lantas
kembali menatap jungkook. Dia pun bingung kenapa menyembunyikan sesuatu yang besar dari jungkook."Aku cuma gak mau bikin kamu kepikiran.Maksudnya, kan kamu lagi sibuk sama tesis jadi jangan sampai mikir yang lain. Keluarga kita juga belum aku kasih tau, baru kamu sama temen aku aja yang tau."
"Temen kamu siapa? Yoongi?" celetuknya. Lidahnya terasa asing menyebut nama lelaki lain di dalam pembicaraan mereka.
"Bukan tapi Hobbi. Aku gak ada
bilang-bilang sama Yoongi atau temen kerja aku yang lain" jawabnya masih dengan pikiran positif. Seokjin tidak menyadari kalau sebenarnya Jungkook merasa cemburu sekali padahal kenyataannya Yoongi tidak tahu menahu soal kehamilan Seokjin."Seberapa deket kamu sama Yoongi, Jin?"
"Eh? Ya deketlah, Jung. Dia kan temen
kerja aku, fotografer di sana.kami selalu ketemu kalo lagi ada pemotretan.hasil fotonya bagus-bagus loh," jelasnya.Jungkook semakin merengut tidak suka. Dia yakin pria bernama Yoongi itu hanya punya satu skill saja, tidak patut untuk dijadikan saingan.
"Semua foto kamu itu hasil dia?"
