Ruang studio di tempat ini lebih luas dari yang Jungkook kira. Ada banyak lampu sorot dan juga orang-orang dengan kesibukan masing-masing seperti fotografer, bagian dokumentasi, penata rias, dan sebagainya. Dia tidak bisa bekerja ditengah-tengah ramainya orang seperti ini.
Jungkook sudah bisa pastikan fokusnya
sudah terbagi ke mana-mana. Namun, istrinya sangat profesional. Jiwa seorang model sudah ada di dalam
dirinya sejak awal dan itu menjadikan
Seokjin sebagai peraga busana yang
handal. Kehamilan ternyata tidak membuat kualitasnya berkurang, Jungkook akui dia melihat kecantikan yang selama ini tidak pernah dia bayangkan."Jinnie memang berbakat. Mungkin ini
kali pertama kamu melihat dia melakukan sesi pemotretan, tapi aku jamin kamu bakal terpesona sama dia setiap hari." Suara Yoongi di sampingnya membuat Jungkook menaikkan alis."Jadi kamu masih terpesona sama istri
aku?"
Yoongi buru-buru mengibaskan tangannya karena Jungkook salah paham dengan ucapannya barusan."Maksud aku bukan gitu, Aku hanya kagum dengan talenta yang Jinnie punya. Gak mungkin aku ganggu istri kamu, Jungkook. Dia cintanya cuma sama kamu aja," jawabnya.
Jungkook tidak bisa menahan senyumnya..Tentu saja, Seokjin adalah yang pertama kali memaksanya untuk menikah bahkan tidak peduli kalau pernikahan itu hanya dilandasi cinta sepihak. Bukan sesuatu yang mudah, tapi Jungkook senang karena dia menikahi Seokjin. Bersamanya dia
sadar kalau orang yang ia cintai dan idamkan telah berada di sisinya sejak awal."Kamu bener. Jinnie milik aku, gak akan ada yang bisa dapetin dia selain aku."
Yoongi merasakan situasi yang aneh di sini. Kalimat jungkook sangat menusuk sekali, tapi itu benar adanya.
"Oke, kita break dulu ya sebelum lanjut.
Jinnie, kamu emang yang terbaik! Senang bisa kerja bareng kamu," puji si fotografer.Seokjin merasa tersanjung sekali lagi. Dia mengusap perutnya seraya berterima kasih. Seokjin merasa kehadiran bayi nya membuat dia jauh lebih bahagia dan kuat daripada sebelumnya.
Seokjin melihat suaminya sedang
tersenyum. Wajahnya terlihat bangga
sekali, entah kenapa seokjin menjadi
tersipu malu karena tatapan jungkook
untuknya.Jungkook pun mendekatinya. Dia
menyerahkan sebotol air mineral untuk
Seokjin lalu mengajaknya ke ruang
istirahat karena dia yakin istrinya merasa lelah."Pemotretan dalam keadaan hamil gini
kerasa beda banget, Jung. Tapi aku suka sama pemotretan untuk seseorang yang lagi hamil kayak gini. Aku bisa lebih menjiwai" jelasnya.Jungkook hanya tersenyum pelan, dia
memerhatikan wajah istrinya yang terlihat lelah padahal baru bekerja beberapa jam."Kamu harus banyakin istirahat, Jin. Aku
takut kamu kenapa-kenapa," sarannya.Seokjin melirik suaminya penuh kasih, ia
menangkup kedua pipi Jungkook menciumnya. Karena mereka hanya berdua di ruangan ini, jadi dia tidak perlu khawatir ada orang yang melihat."Aku seneng banget karena kamu
perhatian sama kondisi aku sampai mau nungguin aku kerja kayak gini."Jungkook menghela napas berat, dia meraih kedua tangan Seokjin untuk ia genggam sebelum dia membawa Seokjin duduk disofa terdekat.
"Liat muka kamu yang lelah aku makin
overthinking, Jin. Aku beneran bakal
pingsan kalo sampe kamu pendarahan
lagi.." ucapnya.Seokjin mulai merasa bersalah, dia mengesampingkan rasa khawatir suaminya sendiri untuk sebuah pekerjaan. Dia tahu kalau ia agak egois
kali ini."Maaf, Jungkook.. Aku cuma pengen nunjukin ke kamu kalo aku mampu tapi kamu gak percaya sama aku."
Jungkook mencium punggung tangan
Seokjin. Dia bukannya tidak percaya,
Jungkook hanya takut. Dia takut sesuatu
yang buruk menimpa anak dan istrinya.
Oleh karena itu, Jungkook ingin Seokjin
tetap di rumah agar dia selalu aman dan terkendali.
