Suasana pagi hari di Sydney memang
terasa berbeda dari korea. Seokjin
bangun jam tujuh pagi di mana matahari terbit.Tirai jendela masih tertutup rapat sehingga seokjin tidak bisa melihat langit di kota itu saat pagi hari. Dia melirik ke arah suaminya yang sedari tadi asyik berbaring di atas dadanya.Jungkook sering bergerak-gerak, mencari posisi senyaman mungkin di antara payudara istrinya. Tidurnya lelap sekali tadi malam.
Seokjin tersenyum kecil, dia mengusap
lembut rambut suaminya sambil sesekali menyentuh bibir jungkook. Entah apa yang terjadi kepada pria itu, tapi semalam mereka bercinta beberapa kali dan seokjin merasakan sikap jungkook yang sangat lembut kepadanya.Suaminya itu tidur sambil memeluknya, mencuri satu ciuman dan tidak segan menceritakan beberapa keluh kesahnya beberapa hari ini. seokjin harap ini memang pertanda bahwa jungkook sudah menaruh rasa cinta kepadanya. Semoga saja begitu.
"Jungkook, ayo bangun. Udah jam tujuh, apa kamu gak ada kegiatan?" panggilnya, akan tetapi jungkook hanya bergumam sambil terus menyamankan dirinya sendiri.
Seokjin sekali lagi menghela napas, dia
membiarkan suaminya berada di posisi
ini sedikit lebih lama sampai ia lelah
sendiri. yang bisa seokjin lakukan adalah memberikan usapan lembut di punggung ataupun lengan suaminya itu."Jin?"
seokjin berhenti mengelus lengan jungkook, dia melirik suaminya yang sekarang tengah menatapnya.
"Kenapa?"
"Maaf aku udah Cuek sama kamu selama sebulan ini. Aku jarang telepon kamu,," ungkapnya. Suaranya terdengar serak sekali karena baru bangun tidur, tapi seokjin menyukai suara Jungkook yang seperti itu.
Dia tersenyum kecil, seokjin menangkup
kedua pipi jungkook lalu memintanya untuk mendekat agar ia bisa mengecup sebelah pipi jungkook."Gak apa-apa, aku ngerti kalo kamu sibuk."
Jungkook menjadikan siku kirinya sebagai tumpuan, dia memegang dagu seokjin lalu menatapnya penuh arti. Bagaimana bisa dia menutup mata akan kebaikan dan ketulusan yang diberikan seokjin kepadanya? Secara tidak langsung jungkook menyakiti perasaan istrinya dan yang ia lakukan sangatlah tidak adil sekali. seokjin tidak pantas diperlakukan buruk.
"Kamu..gak nyesel karena mutusin buat
nikah sama aku kan, Jung Kadang-kadang aku mikir kamu nyesel banget,,"tanya seokjin dengan wajah tertekuk sedih. Sampai hari ini dia tidak tahu apakah Jungkook ikhlas dengan pernikahan mereka atau masih merasa terpaksa. Dia tidak mau menjadi alasan kenapa jungkook kecewa."Untuk apa disesalkan? Semuanya juga
udah jadi bagian dari keputusan aku,
jadi kamu gak perlu merasa bersalah,"
jawabnya.Seokjin mengangguk kecil, itu sudah cukup menjawab rasa penasarannya. Baiklah, kali ini dia mesti memikirkan pertanyaan lain yang lebih relevan.
"Ehm.. Soal semalem, kamu beneran mau punya anak?"
"Jinnie, semua orang yang udah nikah pasti pengen punya keturunan. Memangnya kamu gak mau?" tanya jungkook.
Seokjin menggeleng cepat, bagaimana mungkin dia tidak mau di saat Jungkook yang menginginkannya. Lagipula, sekarang calon bayi mereka sudah ada didalam perutnya yang masih rata. Tinggal menunggu waktu bagi seokjin memberitahukan kehamilan ini kepada Jungkook.
Jungkook tersenyum sangat kecil, seokjin sangatlah unik menurutnya. istrinya ini selalu mempertanyakan hal yang sudah ia ketahui jawabannya. Pikirannya masih terlalu murni dan itu menjadikan seokjin semakin menarik. Kenapa dulu dia tidak berpikiran seperti itu?
"Muka kamu bikin aku pengen cium, tau
gak?"Pipi seokjin seketika menjadi merah
mendengar rayuan itu. Bisa-bisanya
jungkook merayunya spontan seperti
itu. Tingkahnya benar-benar berbeda
sekarang. seokjin menggigit bibir bawahnya, dia tidak sanggup apabila ditatap sedemikian rupa oleh suaminya. Jantungnya berdegup kencang, semoga saja Jungkook tidak mendengarnya.
