Mentari pagi menyinari hari yang
cerah itu. Ini merupakan hari spesial
yang ditunggu-tunggu karena Kim woo bin berulangtahun pada hari ini.Seluruh keluarga mereka sibuk merayakan hari ulang tahun sang kepala keluarga bahkan Kim min-ah menyiapkan kue lumayan besar sebagai hal paling istimewa untuk suaminya. Semuanya berbahagia, kecuali seokjin. Meski namja itu tersenyum, tapi di dalam hatinya ia menangis.
seokjin membenci dirinya sendiri yang
lemah soal cinta. Dia tidak mampu
menopang kesedihannya dan berujung menyakiti hatinya sendiri. Meski ia tersenyum, tapi itu adalah sebuah paksaan."Selamat ulang tahun, appa!" Taehyung mendekap Tn.kim cukup erat begitu ia mengucapkan kata selamat untuknya. Tn.kim membalas pelukan hangat anak bungsunya itu dan berterima kasih kepadanya.
" Jinnie, appa belum peluk kamu loh. Kok melamun?" seokjin segera tersadarkan dari lamunan kecilnya. Dia sontak tersenyum lalu bergerak cepat untuk mendekap Kim woo bin.
"Kamu kenapa, nak? Kok kayaknya lagi
sedih?" tanya Tn.kim setelah pelukan
mereka terlepas. Semua anggota
keluarga menatapnya penuh tanya dan itu membuat seokjin kebingungan sekaligus gugup."Ehm... Gak kok, jinnie cuma lagi gak
enak badan aja" jawabnya kikuk.seokjin memang tidak pandai dalam
menyembunyikan emosinya sehingga
ketika ia sedang sedih, marah, atau
senang maka segalanya akan tampak."Ya udah, yuk kita potong kue!" Ny.kim
berseru sembari mengambil pisau kue
agar suaminya dapat memotong kue
buatannya itu.seokjin tetap senang meski saat ini
hatinya sedang gundah. Melihat
keluarganya yang tersenyum dan saling
bercanda ternyata adalah obat untuknya merasa lebih baik.Setelah menghabiskan waktu
merayakan ulang tahun sang appa
secara bersama-sama, mereka pun
menyudahinya. taehyung pamit untuk melakukan kegiatan lain sampai akhirnya tinggal seokjin dan orangtuanya di ruang makan."Duh, ini taehyung makannya
banyak banget. Hampir dia yang
ngabisin kue" ucap ny.kim sembari terkikik lucu. Dia menyimpan sisa kue ke dalam kulkas karena bisa dimakan nanti malam."Kamu gak ada kegiatan hari ini, jin? Di
rumah aja?" tanya Tn.kim.seokjin hanya menggeleng pelan, memangnya apa yang bisa ia lakukan sekarang? la sedang liburan selama dua pekan sebelum kembali ke seoul.
"Kamu kenapa, jinnie? eomma liatin kayak sedih gitu?" Kini min-ah pun tampak khawatir melihat anaknya seperti melamun setiap saat. Dia duduk di kursi makan lalu meraih telapak tangan seokjin untuk ia genggam.
"Cerita dong sama eomma dan appa. Mana tau kami bisa bantuin kamu" ucapnya. Di sinilah seokjin merasa sangat rapuh dan dia ingin menangis saat ini.
Tn.kim dan Ny.kim saling berpandangan,
mereka bingung kenapa putra sulung
mereka tiba-tiba menangis seperti ini."Hey, ada apa nak?" Tn.kim mendekat lalu memeluk anaknya. Tidak biasanya seokjin menangis karena suatu hal dan tentu saja woo bin begitu bertanya-tanya akan penyebab kesedihan anaknya ini.
"Gak apa-apa, Pa... jinnie cuma lagi
sedih aja" jawab seokjin. Dia membalas
pelukan sang ayah dan menangis di
sana. Sekarang dia merasa begitu lemah dan memerlukan penopang. seokjin tidak pernah menduga kalau mencintai seseorang akan menyakitkan seperti ini.
Jika boleh, dia memilih untuk tidak mau
mencintai siapapun."Pasti ada sesuatu. Kenapa, jin? Cerita
sama kami"' Kini min-ah ikut bersimpati.seokjin melepaskan pelukan, dia mengusap kelopak matanya dan
mencoba untuk tersenyum.