chapter 21

1K 139 15
                                    

Mencari pekerjaan bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Meski berparas cantik dan terlihat kredibel, belum tentu suatu perusahaan akan menerima karyawan baru begitu saja apalagi dengan latar belakang yang tidak ada hebat-hebatnya.

Begitulah yang dirasakan Jimin selama
ini. Dia mencoba untuk bekerja di tempat yang baik, tapi hampir semuanya menolak lamaran kerja karena Jimin tidak punya pengalaman ataupun ijazah yang bagus.

Lima tahun ia berpacaran dengan Jungkook, bersamanya Jimin merasa tertolong. Banyak kebutuhan rumah yang mesti ia penuhi ditambah ibunya yang serakah semakin membuat beban di pundaknya melebar.

Jimin pikir menikah dengan pria kaya
seperti Jungkook adalah solusinya. Dia bisa menjadi kaya dan tidak perlu repot-repot untuk bekerja mencari uang. Tugasnya hanya menjadi istri Jungkook dan menikmati kekayaan yang belum ia dapatkan. Tapi ternyata lagi-lagi Jimin dikalahkan oleh orang lain yang jauh lebih hormat darinya.

Dia Seokjin, Namja cantik yang semasa
SMA merupakan siswa teladan dan
merupakan anak orang kaya raya. Tidak
hanya itu, Seokjin punya hati yang lembut dan wajah yang sangat cantik sehingga dia semakin terkenal di kalangan para pria dominan.
Dari dulu Jimin selalu iri melihat Seokjin.
Dia selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan seperti keluarga bahagia, uang yang banyak, paras cantik serta pria-pria idaman. Wajar apabila Seokjin selalu menjadi prioritas Jungkook dulu.

Jimin menatap sebuah undangan
beludru di tangannya. Di atasnya tertulis nama Jungkook dan juga Jinnie beserta tanggal resepsi pernikahan mereka. Jimin hancur, pria yang ia cintai kini sudah bahagia dengan orang lain sedangkan ia semakin terpuruk setiap hari tanpa ada seorangpun yang bisa membantunya bangkit, termasuk ibunya.

"Jim, kamu gak ada masak apa hari ini?"
Jimin menoleh ke arah dapur, wajah
ibunya yang suntuk langsung menyapa
dirinya dari sana.

"Bahan makanan abis, Ma. Minie belum dapet duit dari Om Suho."

"Haduh kamu ini gimana sih? Udah gak
jadi nikah sama pacar kaya kamu itu,
terus kini dibuang sama si Suho. Kita
mau makan apa kalo gini terus?" bentak
sang ibu.

Jimin mendengus kasar, dia dengan berani menatap ibunya kali ini.

"Minnie males banget dengerin keluhan
Eomma. Selama ini Minnie terus yang cari uang, tapi eomma gak pernah berterima kasih sama Minnie!"

"Eh kamu udah berani ya sama Eomma?
Lagian kerjaan apa yang bikin kamu
bangga? Cuma jadi simpenan gitu kamu
pikir udah berjasa banget di rumah ini?"
caci sang ibu.

Jimin sudah sangat kebal, ibunya memang wanita gila. Jimin membawa undangan pernikahan itu lalu buru-buru dia masuk ke dalam kamarnya karena sudah malas sekali mendengar celotehan ibunya setiap saat.

Tok! Tok! Tok!

"Jiminnn! Buru buka pintunya! Kita mau
makan apa kalo kamu gak cari duit hah!"

Jimin menutup telinganya dengan bantal. Berada di rumah ini sama sekali tidak membantunya, dia ingin pergi.

Jimin mengambil ponselnya, dia
mengecek tanggal untuk menghitung
kapan resepsi pernikahan Jungkook digelar. Masih seminggu lagi, batinnya.

Seminggu yang lalu Jungkook dan istrinya telah pulang ke Korea. Jimin tahu karena ia diam-diam mengecek akun sosial media Seokjin maupun Jungkook. Keduanya tampak lebih cerah sehabis bulan madu di Sydney.

Dulu, itu pernah menjadi mimpinya. Jimin  pernah bermimpi untuk bulan madu ke tempat yang mewah bersama Jungkook, tapi Seokjin merebut mimpi darinya.

"Argh! Kenapa jadi gini sih!" rutuknya.
Jimin memejamkan mata, berharap
segalanya berubah menjadi lebih baik.

Married without loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang