20

268 46 13
                                    

**

"Psst psst paman Kim!" Bisik pemuda bersurai sebahu di luar pintu pagar memanggil sang sopir agar membukakan pintu, namun tak kunjung digubris.

"Paman Kim!" Panggil nya sekali lagi, masih berbisik.

"Astaga den kirain paman hantu."

Hyunjin tersenyum kikuk, menatap ke arah rumah memastikan pria bersurai keriting tak ada di dalam rumah. Pasalnya ia pulang lebih dari pukul 05.00 sore. "Paman, Chris udah pulang belum?"

"Belum kayaknya den Paman lupa lagi, coba cek motor sama sepatunya seingat Paman belum pulang. Eh udah kayaknya den." Paman Kim menggaruk kepalanya bingung. Maklum dirinya sudah tua wajar bila lupa.

Hyunjin menghela nafas. "Ya udah Hyunjin ke dalam dulu ya paman. Kalau ada Chris suruh tunggu dulu di luar."

"Siap den." Hormat Paman Kim seperti pada tiang bendera.

Sementara anak tuan Hwang itu berjalan mengendap-ngendap memasuki rumah, gelap satu hal yang ia lihat. Hufh selamat, batin si surai sebahu lega karena rumah terasa sepi.

Sebelum pria datang, Hyunjin buru-buru menaiki tangga menuju kamarnya untuk menyembunyikan tas juga topi bucket ke dalam lemari paling bawah. Bahaya bila ketahuan keluar tanpa izin.

Tapi saat membuka pintu hidungnya menabrak sesuatu yang cukup keras. Kala  saklar lampu dinyalakan, Hyunjin melotot terkejut mulutnya sedikit terbuka berucap gugup, maksud ingin menjelaskan sesuatu namun suaranya menghilang.

"Dari mana?" Tanya Chris dengan suara rendah nya, namun terkesan cuek.

"A-anu kenapa Chris udah pulang?" Jawab yang muda balik bertanya. Kepala nya mendadak kosong bingung ingin menjawab apa.

"Abin mau ngajak Seungmin nge-date, tapi ditelepon nggak diangkat. Orang tuanya nyari dari pagi anaknya nggak pulang-pulang. Sekarang gue tanya, lo habis dari mana?"

"I-itu ikut Jisung mancing ke sungai. Sama Minho. Hyunjin ngga nakal, tadi tidur di batu sambil nungguin dapat ikan." Jelas Hyunjin jujur, selama ikut memancing ia hanya duduk di atas bebatuan sambil memakan jajanan. 

Tapi,..

"Terus itu lutut kenapa?" Chris masih kurang puas dengan alasan Hyunjin. Masih ada hawa berbohong.

"Jatuh kena batu." Cicit Hyunjin menunduk.  Tadi ia menaiki batu besar dan terjatuh, kemudian perutnya hampir terbentur, dan hampir hanyut di sungai karena ciki sisa setengahnya jatuh.

Hyunjin tidur karena di tegur Minho, pria itu tau pasti apa yang terjadi jika Hyunjin kenapa-napa. 

"Tahu nggak kesalahan lo di mana?" Tanya Chris kembali dengan suara tinggi.

Hyunjin menggeleng.

"Kalau mau keluar rumah minimal minta izin, paman Kim ada. Tadi waktu gue tanya dia jawab nggak tahu soalnya lo bilang cuma main ke rumah Seungmin. Taunya apa lo main di sungai, gimana kalau terjadi sesuatu, siapa yang nyari kesana karena ga ada orang yang tau?

Gue nggak masalah kalau mau main keluar, asal jelas ke mana dan sama siapa. Jangan bohong, gue khawatir lo kenapa-napa. Tuh kaki luka kenapa belum di obatin?

Jawab jangan cuma nunduk." Chris hampir gila rasanya.

"Chris kok ngatur-ngatur, suka-suka aku lah mau keluar sama siapa. Kamu tuh cuma numpang di rumah ini. Jangan merasa paling berkuasa! Jangan lebay!"

Chris tersenyum kecil. "Lebay? Iya gue emang lebay dan bisanya cuma numpang, lo ga salah. Yang salah tuh karena gue khawatir. Maaf udah ngerepotin keluarga lo buat nampung orang kaya gue."

Chris lepas helm dari kepala nya, ia memutuskan keluar sebentar dari rumah demi menenangkan hati kecil nya yang sedikit tergores.

Di jembatan kecil sepi dekat taman kota, sekarang dirinya berada. Duduk bersandar menatap sendu gelap nya langit malam. 

"Gue jadi malu, kenapa gue ga punya rumah. Apa nge kos lagi aja? Padahal gue cuma khawatir dia kenapa-kenapa, kemarin habis di infus terus keluar rumah pulang sore ga izin. Hm ga salah kok, gue aja yang terlalu khawatir." Memang benar seperti nya Chris lebay.

"Mah, kenapa Chris ga punya rumah? Chris takut di injak, tapi mungkin tadi kalau gue diam ga bakal gini. Tapi lagi dia tanggung jawab gue, kalau kenapa-napa gue yang salah ga bisa jaga Hyunjin dengan baik."

"Nyesel ga ya, lo nikah sama gue? Yang miskin dan ga punya apa-apa. Kalau misalnya cari pengganti juga gampang, siapa si yang ga mau sama lo."

Sementara gue beruntung karena di jodohin. Mungkin gue cuman dapet fisiknya.

"Gue sayang banget sama lo tau gak, pengen tiap hari rasanya terus di deket lo. Tapi karena tadi, gue ngerasa ga pantes lagi. Maafin gue ya, cuma bisa nyusahin terus numpang hidup di rumah lo yang cemara itu."

Lo ga pernah salah, gue yang salah Hyunjin.

Chris tatap bintang kecil di langit, cerah tapi rasa mendung siap turun hujan. Ada yang luka, tapi di pendam rapat-rapat.

Setelah cukup tenang, Chris memutuskan untuk pulang.  Tapi hatinya masih terbesit ucapan tadi.

Chris simpan sepatu yang biasa dipakai saat kerja di rak sepatu, pintu di tutup rapat-rapat. 

"Ngapain kesini? Oh iya gue hamil anak lo Chris, bohong kemarin gue bilang cuma kecapean." Celetuk Hyunjin tiba-tiba.

"Hah? Beneran Hyunjin?" Chris maju lebih dekat, namun yang muda memilih mundur menciptakan jarak. Pandangan nya tak se cerah biasanya. Datar dan suram.

"Bener, tuh surat nya. Tapi mendingan lo keluar dari sini. Jangan temui gue lagi." Tutur Hyunjin jutek.

"Hyun tapi kita suami-"

"Ngga gue ga mau di kekang lagi, keluar Chris. Gue bisa besarin anak sendiri."

"Hyunjin jangan gini, gue minta maaf kalau terkesan ngekang. Gue ga ada niatan gitu, gue cuma khawatir lo kenapa-napa terus sakit lagi, gue ga mau." Jawab Chris jujur, bukan ia takut Hyunjin selingkuh atau apa. Dia percaya kok, tapi bila terjadi sesuatu Chris pula yang salah.

"Buktinya gue ga kenapa-napa kan? Sana pergi, ga usah ngasih tau bunda biar jadi urusan gue. Emang cuma bunda yang paling ngerti."

"Oke gue pergi." Chris simpan surat dokter nya kembali, tak ada yang di bawa selain tangan kosong. Chris tutup pintu rumah, berjalan datar menaiki motor.

Sebenarnya Chris tak punya lagi arah tujuan kemana dirinya harus pulang. Jika memang harus pergi, Chris akan pergi.

"Tuan Chris itu den Hyunjin nya nangis, jangan berantem tuan muda. Jangan egois, setiap rumah tangga pasti ada masalahnya tapi jangan sampai pisah. Samperin den Hyunjin kalau tuan muda masih sayang.

Paman yakin den Hyunjin cuma lagi kebawa emosi. Mood nya lagi ngga baik. Paman mohon tuan muda. Kalau tuan muda pergi anaknya bagaimana?

Terkadang kita ga mau di situasi kaya gini, selalu banyak ujian, goda'an, apalagi sampai mau pisah. Tapi tuan muda harus inget, anaknya tuan muda pasti sedih kalau orang tuanya pisah dari waktu dia belum lahir.

Mungkin den Hyunjin nya nyakitin hati tuan muda, tapi pasti bisa di perbaiki. Sebelum terlambat tuan muda,  daripada nanti menyesal. Paman selalu dukung tuan muda."

Iya, masih. Chris masih sayang.

"Nih belah dada gue, ada nama Hyunjin Bang disini. Udah permanen."






TBC

BITTER SWEET [ChanJin][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang