Pada hari Senin di awal bulan September ini Arion, Gin dan Harris sedang sibuk sibuknya mengurus pekerjaan mereka masing masing. Dan Souta kini hanya tinggal berdua dengan pengasuhnya di rumah. Sejak kemarin sudah banyak aktivitas yang si kecil lakukan. Di mulai dari memainkan mainannya yang cukup banyak, menonton televisi, mengisi buku mewarnai, memasak bersama mbak dan lainnya.
Tapi, kali ini Souta benar benar merasa bosan. Si bayi nampaknya merindukan ketiga keluarganya yang lain setelah satu minggu ini mereka sering pulang ketika Souta sudah tertidur lelap dan berangkat bekerja ketika Souta belum terbangun dari tidurnya.
"Mbak.."
"Iya, mau apa de?"
Badan Souta terlentang diatas karpet, si bayi menatap ke arah plafon dengan ekspresi yang terlihat sangat sedih tapi juga menggemaskan secara bersamaan.
"Anen,"
(Kangen)Mbak terkekeh geli melihat tingkah laku Souta. Si kecil itu nampak seperti remaja yang sedang patah hati karena cinta.
Souta mulai terisak pelan dan lama kelamaan tangis itu mulai mengeras. Bayi itu meraung keras dan menggumamkan nama Gin, Harris dan Arion berkali-kali. Mbak akhirnya pasrah dan memutuskan untuk menelpon Arion.
"Iya, Mbak?" Suara Arion terdengar di telepon membuat tangisan Souta perlahan mulai memelan.
"Souta nangis Mas, kangen katanya." Mbak menjawab.
"Ayon, puwang Ayon!" Teriak Souta sambil merebut ponsel Mbak yang menampilkan panggilan video dengan Arion.
Si surai ungu terkekeh diseberang sana. "Iya, tunggu sebentar ya?"
"Ndak! Sekalang Ayon."
Arion sedari tadi sibuk me-scrennshoot wajah Souta yang terpampang jelas memenuhi layar ponselnya. Saat ini Souta yang merajuk terlihat sangat menggemaskan. Pipi bulatnya yang dihiasi semburat merah muda, mata besarnya yang berair, juga hidung kecilnya yang memerah karena menangis.
"Oke, ini Ayon pulang sekarang, tunggu ya?" Arion berujar. Souta mengangguk, masih terisak pelan.
"Ayyis cama Gin juga puwang."
"Nanti mereka juga pulang, sabar ya bocilku."
Sambungan telepon terputus karena Souta tak sengaja menekan tombol matikan di handphonenya. Si Bayi kembali menangis dan lebih kencang dari sebelumnya. Mbak menggendong Souta kemudian menimang-nimang si Bayi sambil mengusap punggungnya pelan.
Setelah Souta menunggu hampir satu jam, akhirnya terdengar suara mobil dari arah parkiran rumah. Si Bayi yang semangat berlari dengan kaki kecilnya menuju pintu utama. Tak lama, Sosok pria tinggi muncul dihadapannya, Arion akhirnya sudah pulang ke rumah.
Si surai ungu mengangkat tubuh Souta, mengayunkan tubuh mungil itu sambil menciumi pipi berisi Souta sampai membuat Si bayi tertawa riang.
"Siapa yang kangen," Arion menggendong Souta menuju sofa dan mendudukan si Bayi disana.
Arion mensejajarkan badannya dengan Souta, memegang kedua tangan berisi itu sambil sesekali menciuminya.
"Maaf ya, Ayon jarang main sama Souta."
Alis bayi itu bertaut, bibirnya cemberut. Ia menatap Arion dengan kesal. Sepertinya Souta akan mulai aksi merajuknya dari sekarang.
"Ndak mawu." Ucap Souta ketus. Tangannya ia tarik sekuat tenaga, kemudian melipatnya di depan dada.
Arion terkekeh geli melihatnya. Salah dia juga sih, terlalu fokus pada pekerjaannya hingga membuat ia sampai mengabaikan bayi kecil kesayangannya.
"Janan ketawa, Ayon!" Ujarnya sok garang.
Si surai ungu menutup mulutnya, mati matian berusaha untuk menahan tawanya. "Enggak loh, ini gak ketawa."
Dengan tiba tiba bayi itu berdiri dari duduknya dan mendekati tubuh Arion. Dengan cepat ia mengigit lengan bagian atas Arion dengan kuat hingga membuat si empu meringis. Walaupun giginya belum kuat, gigitan Souta itu tidak main main."Aduh, jangan digigit dong Sou.."
"Huwkumwan (Hukuman)" Katanya tidak jelas karena Souta masih enggan melepaskan gigitannya.
Kini Arion tertawa lepas. Oh, jadi ini hukuman karena terlalu lama meninggalkan si kecilnya?
Tak lama setelahnya, terdengar suara Harris yang sepertinya juga menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat hari ini. Si kecil langsung melepaskan gigitannya lalu dengan semangat berlari lagi ke arah pintu. Tapi belum sampai ke sana, Souta terjatuh karena kakinya tersandung.
Harris yang melihat itu terkejut dan dengan cepat menghampiri Souta yang kini menangis dengan keras.
"Cakit, Ayyis.." Rengeknya.
Si surai merah menggendong tubuh mungil itu dan mengusap-usap pelan punggungnya serta kakinya yang tersandung. "Aduh, lain kali lebih hati hati, ya."
Arion tentunya ikut panik, takut Souta mengalami luka karena suara benturannya terdengar cukup keras. Pria itu mengecek lutut Souta, dan benar saja ada luka memar disana.
"Merah, Ris."
Harris berusaha menenangkan Souta yang semakin kencang menangis. "Udah—udah, Souta kan kuat."
"Jatuh dimana, Mas?" Tanya Mbak sambil mengocok botol susu Souta.
"Kesandung karpet."
"Ini Mas, Adek belum tidur siang jadi makin rewel." ujar Mbak sambil memberikan botol susu itu pada Harris.
Harris mengubah posisi Souta agar si bayi dapat dengan nyaman meminum susunya. Tangis Souta perlahan mulai mereda, hanya terdengar isakan yang sesekali keluar.
"Gin kapan puyang," Lirih si Bayi disela kegiatan meminum susu.
"Sebentar lagi juga pulang kok."
Setelahnya hanya terdengar suara menghisap botol dengan lembut. Arion yang pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan Mbak yang kembali ke pekerjaannya. Harris menatap lembut ke arah Souta yang nampaknya mulai mengantuk. Perlahan, kelopak matanya mulai memberat, dan tak lama kemudian Souta tertidur pulas sambil menggenggam erat botol susu kesayangannya.
°°°
Gin kembali ke rumah saat hari sudah menjelang malam. Setelah pria itu menyelesaikan pekerjaan di kantornya, ia juga harus mengecek kondisi barnya yang juga beberapa hari ini sudah jarang ia kunjungi.
"Souta!"
Si bayi yang sedang asyik bermain lego dengan Arion menolehkan kepalanya, dan tersenyum ketika melihat yang ia tunggu tunggu sudah datang.
"Gin!" Souta kini melangkah dengan cepat menuju Gin yang juga sedang menghampirinya.
Gin menangkap tubuh Souta lalu melayangkan tubuh kecil itu ke udara dengan pelan. Keduanya tertawa, saling melepas rindu setelah lama tak bertemu. Tapi pada saat Gin hendak menciumi pipi Souta, bayi itu menolaknya dan merengek.
"Gin bau, Ndak suka." Katanya sambil berusaha menjauhkan badannya dari Gin.
Pria yang merasa tertolak itu langsung memasang ekspresi murung, dan langsung menurunkan Souta dari gendongannya.
"Lo minum, Gin?" Tanya Arion yang sepertinya paham kenapa Souta tidak menyukai bau Gin.
"Ah, Iya. Nemenin client tadi." Jawabnya.
"Mandi sana."
Gin mengangguk dan berjalan menuju kamarnya dengan perasaan yang buruk. Tau begini, Gin akan menolak keras ajakan orang lain untuk minum bersamanya.
Setelah cukup lama Gin membersihkan dirinya, Pria itu langsung bergegas menemui Souta yang masih sibuk menyusun lego-nya yang tadi sempat tertunda.
"Tidur sama Gin, yuk?" ajaknya ketika melihat Harris yang sudah mempersiapkan sebotol susu hangat untuk Souta.
Yang diajak langsung menyetujui, sepertinya Souta juga sudah lelah. Bisa dilihat dari matanya yang sudah berat juga beberapa kali menguap.
Dan hari itu berakhir dengan Souta dan Gin yang tidur sambil berpelukan hingga sang mentari menyapa mereka di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
infantem.
Fanfictionbeberapa kumpulan kisah kasih si kecil Souta dengan keluarga barunya. OOC / Mohon untuk tidak membawa karangan ini ke dunia nyata. 💌 : Precious Art by @/catlisart_ on X