Gin POV.
Kalau cerita itu diulang lagi, mungkin sakitnya masih sama.
————————
Souta itu, buat kita adalah sumber kebahagiaan.
Dulu, waktu Gue, Arion dan Harris masih sharing apartemen, kita itu gak terlalu akrab bahkan waktu itu kita cuma ngeluarin suara secukupnya aja. Suasana waktu itu canggung banget, kalau gak ada urgensi gak akan ada tuh yang mau ngajak ngobrol duluan. Dan, di Minggu ke-3 Souta datang sebagai pelengkap. Dimana yang awalnya apart kita sepi, sejak adanya Souta entah kenapa rasanya lebih hangat.
Awalnya kita bertiga mikir, "Anak ini makannya apa sih, kok aktif banget?". Souta itu berisik, sering teriak teriak gak jelas, dan banyak hal yang gak bisa ditebak dari si rambut biru itu. Walaupun kita awalnya gak suka karena apartemen yang awalnya sepi kayak kuburan tiba-tiba berubah jadi pasar malam, ternyata hal itu yang bikin kita makin betah ada di apart.
Kita yang biasanya tiap pulang dari kegiatan masing-masing langsung naik ke atas kasur, sekarang udah berubah. Setelah hadirnya Souta, kita jadi lebih sering ngobrol-ngobrol, nonton bareng, bahkan kita setiap hari selalu sarapan dan makan malam bareng-bareng juga.
Hal-hal kecil yang ternyata bikin kita lebih ngerasa kalau apartemen ini tempat yang paling pas buat pulang.
Kita sadar, hadirnya Souta itu bawa banyak perubahan. Souta udah kayak lem yang ngerekatin kita semua.
Tiga tahun lamanya kita bertahan hidup di kota orang bareng-bareng. Susah senangnya udah kita coba semua, dari Souta yang dulunya baru masuk sekolah menengah atas, sekarang dia udah mau lulus dan mulai persiapan masuk perguruan tinggi. Yang dulunya, kita makan aja harus berhemat, sekarang kita udah bisa traktir satu sama lain di tempat makan yang mewah.
Dengan waktunya yang cukup lama itu, sejujurnya kita bisa aja keluar dari apartemen itu dan cari tempat tinggal masing-masing. Tapi, kita lebih suka berempat kayak gini, nyaman.
Souta itu kadang suka ngomongin hal apapun, tapi dia paling suka kalau udah ngomongin masa depan.
"Gin, Souta pengen deh nanti kita punya rumah berempat dipinggir pantai, kayaknya seru ya?"
"Kalau kalian udah punya pacar, jangan lupain Souta, ya?"
"Gimana kalau nanti kalian pergi tinggalin Souta sendiri? Kalian kan udah kerja, Souta masih sekolah."
Tapi, ada hal yang paling Gue inget dari dia, dia pernah ngomong hal yang awalnya gue kira itu cuma celetukan random aja.
"Gin, kalau nanti Souta pergi, gimana?" Katanya sambil merhatiin jendela yang masih kebuka.
"Pergi kemana sih emangnya, cil?"
"Tempat yang jauuhh banget gitu misalnya."
Gue perhatiin Souta, anak itu kayak serius banget ngomongnya. Tapi, waktu itu gue mikirnya, Ya sekedar celetukan biasa aja.
"Jangan lah, nanti sepi kita. Minimal harus ada Souta ke dua dulu buat nemenin."
Souta disitu ketawa lepas, katanya lucu kalau ada beberapa Souta lagi. "Lucu ya, kalau ada Souta yang lain. Hm, nanti kalau Souta pergi, Souta bakal datangin kalian Souta yang lain, biar kalian gak lupa."
Disitu, gue tetep berfikir positif. Gue kira, Souta bilang mau pergi itu, dia pergi kuliah ke luar kota atau bahkan luar negeri.
Tapi ternyata, hal yang gue pikirin bertolak belakang sama apa yang terjadi.
Souta pergi jauh, ke tempat dimana kita gak akan pernah bisa gapai dia lagi.
~~~
"Kebakaran!"
Masih terekam didalam ingatan, teriakan yang saling bersahutan, membuat suasana terasa sangat mencekam.
Asap mengepul di udara, menari-nari liar di bawah langit malam yang kelam. Souta dengan napas terengah-engah berusaha mencari jalan keluar. Tiba-tiba, ia mendengar suara teriakan dari kamar disebelahnya. Teriakan anak kecil yang terdengar memilukan.
Tanpa ragu, Souta kembali kedalam kobaran api, menghiraukan rasa panas yang terasa di sekujur tubuhnya.
Diluar sana, Arion, Gin dan Harris hanya bisa pasrah menyaksikan dari jauh. Mereka terus merapalkan doa, berharap Souta berhasil keluar dengan selamat. Mereka berteriak sekuat tenaga, memanggil Souta yang masih terjebak di atas sana.
Tapi nyatanya, sampai api sudah seluruhnya padam pun Souta belum ditemukan. Ketiga pria itu hanya bisa pasrah, tubuh mereka terasa lemas dan tak bertenaga. Sampai, salah satu petugas pemadam menemukan tubuh Souta yang tengah memeluk seorang anak kecil.
Anak kecil itu berhasil selamat, karena tertutupi oleh badan Souta. Sedangkan, Souta sudah dinyatakan meninggal dunia ditempat.
———————————
(🦹🏻♀️) kalau ada ide, saran buat cerita ini, di silahkan untuk berkomentar ya. Terima kasih. <3

KAMU SEDANG MEMBACA
infantem.
Hayran Kurgubeberapa kumpulan kisah kasih si kecil Souta dengan keluarga barunya. OOC / Mohon untuk tidak membawa karangan ini ke dunia nyata. 💌 : Precious Art by @/catlisart_ on X